Sunday 13 March 2011

Sayang, Meongnya Jangan Ditimpuk, Dong!

Sayang, Meongnya Jangan Ditimpuk, Dong!

Tanya: Anak saya Lizbeth (2,5 tahun) sangat tertarik dengan hewan. Tapi alih-alih menyayangi ia malah lebih suka menjahili dan menyakiti hewan-hewan tersebut. Misalnya, menarik buntut kucing peliharaan kami, bahkan pernah saya pergoki Lizbeth tengah berusaha memasukkan anak kucing ke dalam kulkas. Apakah hal itu normal dilakukan oleh anak seusianya? Bagaimana caranya agar putri saya tak lagi menyakiti hewan dan bisa menyayanginya? Terimakasih.

Jawab: Sebenarnya bukan hal yang aneh jika anak usia ini sangat senang menjahili hewan. Ada saja tingkahnya yang membuat orangtua terkaget-kaget, semisal mengikat kedua kaki anak ayam sehingga tak bisa berjalan. Atau mengikat ekor capung agar tak bisa terbang tinggi untuk dibuat mainan. Di satu sisi, anak akan menemukan keasyikan tersendiri saat mengamati bagaimana si anak ayam berjalan tertatih-tatih atau si capung terbang sempoyongan. Dalam masa itu, sesungguhnya anak tengah mengeksplorasi objeknya, hanya saja caranya salah.

Kenali Motifnya!
Orangtua sebaiknya tidak serta merta melarang anak, melainkan lihatlah seberapa sering ia melakukannya. Amati pula apa motif tindakannya. Bisa jadi anak mengikat capung supaya binatang tersebut tidak lepas darinya. Jika ini motifnya, orangtua harus memberikan alternatif. Semisal dengan memasukkan capung tersebut ke dalam sangkar kecil agar tidak lepas dan bisa dibawa-bawa ke mana pun ia pergi.
Alternatif lain, alihkan si kecil pada aktivitas lain yang bisa berguna seperti menerangkan kenapa capung bisa terbang. Dengan begitu, anak tidak cuma bermain, tetapi juga mengambil manfaat dari aktivitas bermainnya.

Taraf Menyiksa Hewan
Memasukkan kucing dalam kulkas, seperti yang putri Anda lakukan sudah termasuk ke dalam tindakan menyiksa hewan. Amat beralasan jika Mom Mieke begitu khawatir dan bertanya-tanya apakah anak Anda normal ataukah mengalami kelainan. Namun Anda tak perlu khawatir berlebihan. Pasalnya, anak usia batita belum tahu dan paham secara tepat apakah perilaku yang ditunjukkannya termasuk kategori sadisme atau bukan.
Boleh jadi, anak sudah tahu mengenai konsep sakit dan terluka. Anak mungkin sudah tahu kalau air dalam gelas kalau disimpan dalam freezer akan membeku. Justru berbekal pengetahuan inilah, anak terdorong membuktikan rasa penasarannya. Dalam hal ini, bisa jadi anak ingin tahu apa yang akan terjadi kalau kucing dimasukkan ke dalam freezer? Apakah juga akan membeku dan menjadi es mambo yang sering Anda buat sehari-hari, misalnya. Berikanlah pengertian kepada anak bahwa perilakunya tergolong sadis atau jahat. Sampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak. Katakan, "Lho kok kamu masukin kucing ke kulkas? Kasihan dong, dia bisa kedinginan lalu mati."

Jika Menyiksa, Segera Larang!
Selain itu, orangtua juga harus segera melakukan tindakan tegas berupa larangan. Jika tidak, mungkin anak tidak tahu bahwa perbuatannya salah, sehingga kelak akan terus mengulanginya. Terlebih jika ia menemukan keasyikan tersendiri dari perilaku tersebut. Bukan mustahil di kemudian hari si kecil mengalihkan perbuatannya kepada objek hidup lain, semisal teman-temannya. Jika orangtua tidak bersikap tegas, dikhawatirkan perbuatan ini akan terus menetap hingga anak beranjak dewasa. Berdasarkan sebuah penelitian di Amerika, dikabarkan anak-anak yang berperilaku sadis saat dewasa ternyata pernah menyiksa binatang selagi mereka kecil.

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D


Untuk konsultasi dan permintaan seminar – workshop, silahkan menghubungi Intan di 0813-1641-0088.

No comments:

Post a Comment