Wednesday 12 September 2012

Tips Memilih Mainan Edukatif

Tips Memilih Mainan Edukatif

Bermain adalah dunia anak-anak. Banyak sekali jenis dan bentuk mainan yang diperuntukkan bagi si kecil. Namun, sudahkah kita sebagai orangtua memahami betul mainan yang kita belikan untuk buah hati? Jangan-jangan selama ini kita hanya mengikuti keinginannya, tanpa pernah mempertimbangkan manfaatnya! Jadi, bagaimana sih memilih mainan yang tepat untuk si kecil?


Kini seringkali disebut-sebut mainan yang baik untuk anak-anak adalah mainan edukatif. Lho, apa bedanya mainan edukatif dengan jenis mainan lainnya? Mainan edukatif adalah mainan yang dapat merangsang kemampuan anak. Satu jenis mainan biasanya merangsang beberapa aspek kemampuan.
Mainan edukatif membantu anak untuk belajar duduk diam dalam kurun waktu tertentu, tekun dalam memainkannya, serta melatih kemampuan anak dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi. Dalam memainkannya, tentu diperlukan arahan dari orangtua atau orang dewasa.

Tujuh Manfaat
Banyak sekali manfaat dari mainan edukatif. Pertama, melatih kemampuan koordinasi visual motorik atau keakuratan koordinasi mata dan tangan.
Kedua, melatih kemampuan pengenalan konsep dasar seperti pengenalan warna primer (merah, kuning, hijau). Juga pengenalan bentuk geometris sederhana (lingkaran, kotak, dan segitiga), konsep besar dan kecil, konsep banyak dan sedikit, pendek dan tinggi.
Ketiga, proses naming (memberikan nama pada suatu benda), misalnya kucing, tikus, dan lain-lain. Ini kemudian diikuti oleh proses pengelompokan, seperti kucing dan tikus ialah nama hewan.
Keempat, mengembangkan aspek bahasa. Dengan memainkan sebuah mainan tentunya disertai dengan adanya interaksi antara anak dengan orangtua. Ada dua bentuk kemampuan bahasa yang dapat dikembangkan, yaitu bahasa reseptif (kemampuan anak untuk menangkap dan memahami kata/kalimat yang disampaikan) dan bahasa ekspresif (kemampuan anak untuk mengungkapkan kata/kalimat yang sudah ia pelajari).
Kelima, menambah wawasan pengetahuan. Keenam, merangsang kreativitas anak, misal pada mainan yang sifatnya konstruksif (membangun atau membuat sesuatu). Ketujuh, mengembangkan kemampuan untuk memusatkan konsentrasi.

Kenalkan Sejak Dini
Mainan edukatif menuntut anak lebih tekun dan berkonsentrasi, oleh karena itu mengenalkannya sejak dini sungguh disarankan bagi para orangtua. Anak jadi terlatih untuk duduk diam, tenang dan kreatif. Nantinya dia mudah diarahkan untuk berkonsentrasi menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. Sementara anak yang tidak diperkenalkan dengan mainan edukatif biasanya akan lebih tertinggal dalam perkembangan kecerdasannya karena kurang mengenal bentuk dan warna serta tidak terbiasa untuk duduk tenang, tekun juga berkonsentrasi.
Sejak usia batita, ajak anak bermain dengan berbagai jenis permainan, baik dengan mainan edukatif ataupun jenis lainnya. Bermain merupakan aktivitas fisik yang disukai anak-anak, apalagi permainan yang menuntut mereka untuk banyak bergerak. Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik. Masa lima tahun pertama adalah fase emas (the golden age) bagi perkembangan motorik anak. Hal ini disebabkan pada usia tersebut fisik anak masih lentur, juga mudah diarahkan.
Secara umum perkembangan motorik dibagi dua bagian. Motorik kasar meliputi kemampuan merangkak, duduk, berdiri, berjalan, melompat, berlari. Sedangkan motorik halus seperti memegang mainan, memegang sendok, menulis, menggunting, menempel dan sebagainya.

Cara Mengajarkan Mainan Edukatif
Sebelum membelikan mainan edukatif untuk permata hati Anda, sebagai orangtua sebaiknya Anda paham terlebih dahulu cara memainkannya. Mainan edukatif berbeda dengan mainan pada umumnya, seperti boneka, mobil-mobilan dan mainan yang tidak untuk dibongkar pasang. Dibutuhkan cara tertentu untuk menikmati mainan edukatif tersebut, karena itulah orangtua atau orang dewasa harus memberi contoh bagaimana cara memainkannya.
Kemampuan setiap anak berbeda, ada yang cepat memahaminya atau dapat langsung memainkannya tanpa arahan terlebih dahulu, ada juga yang lambat menangkap instruksi. Misalnya mainan miracle pounding, anak harus memegang palu dan memukulnya pada bola, untuk orang dewasa tentu sangat mudah melakukannya, tapi kalau anak-anak kan kemampuan motoriknya belum sempurna.
Meski memiliki manfaat melimpah, bukan berarti anak harus diberikan mainan edukatif terus-menerus. Mainan edukatif hanya salah satu faktor pendukung perkembangan otak anak agar lebih maksimal.

Tips Memilih Mainan Edukatif
• Sesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.
• Lihat tujuan dari mainan tersebut, aspek-aspek kemampuan apa saja yang bisa diperoleh. Jangan malas untuk membaca keterangan yang tertera pada mainannya atau bertanyalah kepada penjual untuk mendapatkan informasi yang benar.
• Berikan arahan yang tepat pada si kecil.


Jenis-jenis Mainan Kayu Edukatif
Salah satu bahan yang kerap dijadikan mainan edukatif adalah kayu. Walau cukup tahan lama, tidak semua bahan kayu aman untuk anak-anak, terutama yang dicat dengan bahan cat yang belum mendapat sertifikat aman untuk anak-anak. Kayu – terutama di dalam iklm Indonesia yang lembab – juga gampang berjamur, karenanya perlu dirawat rutin. Tidak semua toko mainan menjual mainan edukatif berbahan kayu; kalau pun ada, biasanya dengan harga lebih mahal dibandingkan yang berbahan plastik – bahkan jika yang terahir ini produk impor.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Monday 10 September 2012

Disiplin Positif: Tanpa Kekerasan pun Anak Bisa Disiplin

Menghukum dan Memarahi Anak? Ah, Kuno! Cobalah Disiplin Positif


Apakah Anda sependapat bahwa pola didikan orangtua zaman dahulu sudah tak bisa diterapkan di era sekarang? Tak perlu main pukul, mencubit atau suara Anda harus naik satu oktaf, saat melarang si kecil berulah kan? Nah, simak 'cara halus' berikut untuk mendisiplinkan buah hati Anda!

Saat si kecil tidak menuruti permintaan orangtua, kerap kali hal ini menjadi sumber kemarahan. Sebaliknya, bersikap lembut pada buah hati dianggap terlalu memanjakan. Padahal mengajarkan anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok bisa diterapkan dengan disipilin positif.
Disiplin positif adalah penerapan disiplin yang bertujuan tidak hanya mengatasi masalah tingkah laku, tetapi juga dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya diri (self confidence), kedisiplinan diri, tanggung jawab, harga diri (self-esteem) yang sehat serta berbagai keterampilan hidup (life skills), terutama keterampilan dalam memecahkan masalah.

Prinsip 3 R
Dalam menerapkan disiplin positif, orangtua perlu memperhatikan unsur 3R, yaitu respect, rules, dan role models.

Respect (menghargai anak)
Orangtua merupakan figur otoritas di rumah, namun dalam penerapan disiplin Anda harus menghargai anak, bukan hanya menuntut atau mengharuskan anak menuruti perintah.
Hal yang dapat dilakukan orangtua adalah memberikan tanggung jawab di rumah, yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Misalnya memberikan tanggung jawab merapikan kembali mainan yang telah digunakan, tanggung jawab untuk tidak bermain dengan benda-benda yang berbahaya, atau pada anak yang sudah bersekolah dapat diajarkan bertanggung jawab merapikan peralatan sekolah yang akan dibawanya.
Selain itu, Anda perlu bersikap adil dan seimbang dalam memberikan penghargaan terhadap tingkah laku yang diharapkan maupun konsekuensi terhadap tindakan yang tidak diharapkan. Seringkali orangtua lebih menonjolkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak dan memberikan hukuman ataupun teguran atas kesalahan tersebut. Tetapi jika anak melakukan tingkah laku yang positif, tidak terlalu diperhatikan. Akan lebih baik bila orangtua fokus pada tindakan positif yang dilakukan anak, sehingga anak termotivasi untuk mengulanginya.
Kemudian kontrol diri orangtua patut diperhatikan. Orangtua harus menjaga emosi agar tetap netral dalam menerapkan disiplin. Hal yang harus dihindari ketika anak melanggar disiplin adalah berteriak-teriak memarahinya, menyakiti secara fisik seperti memukul atau mencubit, serta mempermalukan anak. Dengan berteriak-teriak memarahi, anak menjadi tidak fokus pada tindakannya yang salah, tetapi lebih fokus pada rasa takut mendengar suara yang keras. Sedangkan hukuman fisik, dapat ditiru anak dan menjadi alternatif pemecahan masalah baginya kelak dalam memecahkan masalah.

Rules (penerapan aturan)
Menerapkan aturan pada si kecil harus bersifat jelas dan spesifik. Jadi, aturan berisi tingkah laku yang diharapkan dari anak atau tugas-tugas yang diharapkan dapat dilakukan anak setiap hari. Aturan hendaknya disesuaikan dengan usia anak dan orangtua wajib bersikap tegas dan konsisten dalam menerapkan aturan, namun tetap disertai sikap tenang dan hangat.

Role Models (menjadi contoh bagi anak)
Orangtua merupakan contoh bagi anak. Jadi jika mengharapkan anak bertingkah laku tertentu, Anda hendaknya memberikan contoh dengan menampilkan tingkah laku tersebut. Bukankah anak belajar dengan meniru?

Ganti Hukuman dengan Konsekuensi
Selama ini, salah satu cara yang kerap dilakukan orangtua untuk mendisiplinkan anak yaitu dengan hukuman. Dalam disiplin positif dikenal adanya konsekuensi, yakni hal-hal yang mengikuti atau terkait dengan tindakan anak.
Ada dua jenis konsekuensi, terdiri atas konsekuensi natural dan konsekuensi logis.
Konsekuensi natural adalah konsekuensi yang terjadi secara alami, seperti kalau hujan-hujanan akan basah, jika tidak makan akan kelaparan. Sedangkan konsekuensi logis merupakan konsekuensi dari pilihan yang dibuat oleh anak dan dapat ditentukan sesuai perjanjian.
Proses pembelajaran konsekuensi dapat dimulai saat anak mendapatkan suatu kesempatan, maka ia bertanggung jawab atas kesempatan tersebut sehingga ada konsekuensi yang menyertainya. Misal anak mendapatkan kesempatan bermain bersama teman di luar rumah, maka anak bertanggung jawab menjaga tingkah lakunya selama bermain, seperti bertingkah laku sopan dan tidak menyakiti teman. Jika anak melanggarnya, konsekuensinya anak hanya boleh bermain di rumah, tentunya ia harus meminta maaf pada temannya tersebut.
Konsekuensi dapat berupa kehilangan atau penundaan hal-hal yang disukai anak, contohnya anak tidak diperbolehkan main keluar rumah bersama teman selama beberapa hari karena ia memukul temannya.
Pada dasarnya, penerapan konsekuensi lebih efektif dibandingkan memberi hukuman. Biasanya hukuman hanya fokus membuat anak jera, namun dalam jangka waktu pendek. Artinya anak jera saat diberi hukuman, tetapi kemudian mengulang tindakan yang sama di lain waktu. Sedangkan konsekuensi lebih fokus pada solusi dan bersifat jangka panjang. Tentu saja jika konsekuensi tersebut melibatkan anak dalam pembuatannya, disertai diskusi mengapa harus dilakukan, sehingga anak mengetahui kesalahannya dan dapat mengubah perilakunya.

Reward atau Dukungan (encouragement)
Setelah disiplin positif berhasil dijalankan, maka orangtua perlu memperkuat tampilnya tingkah laku yang positif. Umumnya orangtua memberikan hadiah (reward) pada si kecil. Idealnya, pemberian reward harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan anak, serta tetap fokus pada tingkah lakunya.
Lebih baik jika orangtua memberikan dukungan (encouragement), saat anak melakukan tindakan positif maupun negatif. Dukungan dapat berbentuk pujian atau penghargaan bila anak melakukan tindakan positif, serta membantu anak mencari solusi ketika anak menampilkan tindakan negatif atau tidak diharapkan. Misalnya anak mendapat nilai buruk di sekolah, orangtua dapat memberikan dukungan dengan mengatakan “Sekarang Kakak dapat nilai lima untuk ulangan matematika. Tapi Mama tetap sayang Kakak kok. Kira-kira gimana ya supaya lain kali Kakak dapat nilai lebih tinggi?” Dengan demikian, anak tetap merasa dirinya dihargai.

Trik “Time Out” di Rumah
Duh, berbagai upaya sudah dilakukan orangtua untuk mendisiplinkan si kecil. Apa daya ia tetap saja bandel! Cobalah teknik time out yang bertujuan memberikan kesempatan pada anak untuk ‘beristirahat’ sejenak dan kemudian mencoba lagi segera setelah mereka siap mengubah tingkah laku. Jadi, pada prinsipnya time out dilakukan agar anak dapat menenangkan diri, merasa lebih baik dan bukan sebagai hukuman.
Misalnya jika anak bertengkar dengan adik atau kakaknya, orangtua dapat menerapkan time out sehingga masing-masing dapat menenangkan diri. Setelah mereka tenang dan siap mengubah tingkah laku, yaitu tidak lagi bertengkar, mereka diperbolehkan bermain kembali. Selain itu, orangtua dapat membantu anak menetapkan area time out. Anak dapat mengatur area ini menjadi tempat yang menyenangkan sehingga dapat menenangkan dirinya. DB
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Wednesday 5 September 2012

Terangkan Bahwa Untuk Mendapat Adik Bayi, Papa dan Mama Harus Menikah Dulu

Pendidikan Seks Untuk Anak Umur 6 – 8 Tahun
Terangkan Bahwa Untuk Mendapat Adik Bayi, Papa dan Mama Harus Menikah Dulu


Yang paling penting, pendidikan seks itu lebih bagus jika diberikan dari orangtua. Setelah itu baru dari orang lain. Dalam memberikan pendidikan seks tidak boleh dalam keadaan formal, tapi diberikan ketika anak bertanya. Dan diberikan dengan contoh yang ada di sekeliling kita. Pendidikan seks itu harus diberikan ketika anak-anak berada pada usia mulai sekolah.
Khusus untuk pendidikan seks bagi anak berumur antara 6 – 8 tahun, orangtua juga perlu mengetahui perkembangan aspek-aspek lain anak, yang mencakup jasmani, pikiran dan perasaan, sebagaimana di bawah ini.

Perkembangan Fisik
Sebagian besar anak berumur antara 6 – 8 tahun akan:
- mengalami pertumbuhan yang lebih lamban sekitar 6cm dan 4kg pertahun
- kaki-kakinya tumbuh lebih panjang dibandingkan dengan tinggi totalnya dan mulai menyerupai orang dewasa dalam proporsi kaki dibandingkan tubuh
- lemaknya semakin kurang dan tumbuh lebih banyak otot dibandingkan periode sebelumnya
- meningkat kekuatannya
- kehilangan gigi bayi dan mulai tumbuh gigi dewasa yang mungkin tampak kebesaran untuk mukanya
- menggunakan ketrampilan motorik besar dan kecil dalam olahraga dan berbagai kegiatan lainnya

Perkembangan Kognitif
Anak-anak berumur 6 – 8 tahun, kebanyakan akan:
- mengembangkan kecakapan-kecakapan untuk memroses konsep-konsep yang lebih abstrak dan ide-ide yang leih kompleks (misalnya, kehamilan, penambahan/pengurangan, dsb)
- mulai masuk sekolah dasar
- menghabiskan lebih banyak waktu dengan kelompok bermain dan bergantung pada teman bermainnya untuk mendapat informasi [mereka membutuhkan sumber-sumber informasi di luar keluarga, dan orang-orang dewasa lain menjadi penting dalam kehidupannya.]
- mampu fokus pada masa lalu dan masa depan selain masa kini
- rentang perhatiannya meningkat dan meluas
- memperbaiki kontrol dirinya, mampu menyesuaikan dengan ide-ide orang dewasa tentang perilaku “yang tepat” dan mengenali kelayakan perilaku
- memahami konsep normal/abnormalitas, peduli untuk menjadi normal, dan ingin tahu tentang perbedaan-perbedaan
- mulai berkembang sebagai seorang individu
- memikirkan diri mereka sendiri dan mengembangkan pendapat-pendapat individual, khususnya ketika mereka mulai membaca dan mendapat informasi melalui media

Perkembangan Emosional
Biasanya anak-anak berumur 6 – 8 tahun akan:
- menjadi lebih lembut dan menginginkan privasi
- mengembangkan hubungan dengan dan mengasihi orang-orang di luar keluarga ketika kebutuhan emosionalnya dipenuhi oleh teman-teman maupun keluarganya
- mengembangkan hubungan yang secara fisik kurang demonstratif dan mengungkapkan cinta kasih melalui berbagi dan berbicara [Mereka bisa saja malu dengan ungkapan sayang secara jasmaniah, seperti malu dipeluk atau dicium.]
- membutuhkan cinta dan dukungan, tapi merasa kurang mau memintanya
- memahami perasaan-perasaan yang lebih kompleks, seperti bingung dan ketegangan
- menginginkan kebebasan emosional dan ruang dari orangtua
- menjadi lebih baik dalam mengontrol dan menutupi perasaan-perasaannya
- mulai membentuk konsep diri yang lebih luas dan mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dirinya sendiri, utamanya yang terkait dengan kecakapan atletik, akademik dan sosial
- memiliki teman-teman dan mempertahankan interaksi dengan kelompok bermain

Perkembangan Seksual
Anak-anak berumur 6 – 8 tahun kebanyakan akan:
- lebih suka bersosialisasi dengan jenis kelaminnya sendiri, nyaris eksklusif dan mempertahankan pemisahan kaku antara lelaki dan perempuan [Mereka akan menggoda seseorang yang bertingkah tidak sesuai dengan peran-peran jenis kelamin yang telah ditetapkan.]
- mengenali stigma-stigma sosial dan berbagai tabu seputar seksualitas, terutama jika orangtuanya sulit dan tegang membicarakan seksualitas, dan akan kurang mau mengajukan pertanyaan
- memahami ide-ide yang lebih kompleks bertalian dengan seksualitas dan mulai memahami senggama sebagai hal yang terpisah dari membuat bayi
- menoleh pada teman-teman, media, dan sumber-sumber lain untuk informasi soal seks
- memahami stereotip-stereotip peran jenis kelamin, jika berhadapan dengan stereotip seperti itu
- bisa saja terlibat dalam eksplorasi seksual dengan teman-teman sesama jenis kelaminnya
- mempunyai konsep diri yang lebih kuat dalam pengertian citra badaniah dan jenis kelamin

Apa yang Musti Dilakukan Keluarga untuk Membesarkan Anak-anak yang Secara Seksual Sehat
Untuk membantu anak berumur 6 – 8 tahun mengembangkan seksualitas yang sehat, keluarga harus:
- terus memberikan informasi tentang seksualitas, bahkan jika seorang anak tidak memintanya. Pada umur ini, anak-anak lebih sedikit mengajukan pertanyaan, tapi tetap punya banyak rasa ingin tahu membutuhkan informasi tentang seksualitas
- jelaskan bahwa ada banyak jenis keluarga dan semua jenis keluarga mempunyai nilai yang setara dan layak dihormati
- berikan informasi dasar tentang masalah-masalah seksualitas yang penting, seperti HIV/AIDS, aborsi, perkawinan, dan kekerasan atau penistaan seksual
- Beritahu anak-anak tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi bila mereka mencapai pubertas. Meskipun kebanyakan anak periode umur ini belum mengalami perubahan-perubahan ini, namun usia anak mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas seperti tumbuhnya bulu pubik, ketiak dan membesarnya payudara semakin muda, sehingga anak-anak membutuhkan informasi ini lebih cepat
Kenalkan bahwa tidak semua orang memiliki orientasi seksual yang sama. Kenalkan pula kepada anak-anak bahwa banyak orang memiliki perasaan romantis pada orang berjenis kelamin berbeda, namun ada sebagian orang yang mempunyai perasaan romantis itu terhadap sesama jenis kelamin.

Jangan Pernah Bohongi Anak Tentang Darimana Bayi Berasal
Umur berapa biasanya anak-anak mulai bertanya soal kelahirannya? Kalau untuk anak-anak yang kritis dan cerdas, biasanya mereka mulai bertanya sekitar umur 3-4 tahun.
Kalau tiba-tiba anak bertanya dari mana adik lahir, sebaiknya orangtua jangan panik. Mereka harus bisa menjelaskan secara ilmiah. Jangan membohongi anak. Mereka bisa menerangkan bahwa di dalam tubuh ibu ada tempat yang bernama rahim. Jelaskan pula apa fungsi rahim, yaitu tempat berkembangnya anak. Jadi jangan pernah mengatakan bahwa adik dibawa oleh burung bangau.
Lalu, bagaimana kalau anak bertanya lagi, “Nanti adik keluarnya dari mana?” atau “Masuknya dari mana?” Maka orangtua bisa menjawab bahwa itu semua sudah ada salurannya yang masing-masing punya fungsi tertentu. Mungkin jawaban itu terkesan ilmiah. Sedari kecil sebaiknya anak-anak sudah diajarkan bersikap ilmiah. Tapi tidak semua harus memakai bahasa ilmiah. Artinya, penjelasan bisa menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Hanya saja, tidak sampai harus menggunakan alat peraga.
Sedangkan kalau si kecil mempertanyakan bagaimana proses terjadinya adik bayi, orangtua juga harus menerangkan dengan jujur. Walaupun tidak terlalu vulgar. Kita bisa menjawab dengan mengatakan bahwa untuk bisa mendapatkan adik bayi, papa-mama harus menikah terlebih dulu. Kemudian orangtua memperlihatkan foto-foto pernikahan mereka. Tapi tentu saja ada hal-hal yang tidak perlu dijelaskan secara gamblang. Karena toh sang anak tidak sepenuhnya mengerti.
Selain itu, orangtua bisa menjelaskan datangnya bayi dengan contoh hewan yang ada di sekitar mereka, seperti ayam. Orangtua bisa menjadikan binatang tersebut sebagai contoh. Untuk bisa menghasilkan anak ayam, ayam betina dan ayam jantan harus kawin dulu. Dari situ baru si betina bertelur. Dan setelah dierami induknya selama 21 hari baru telur itu menetas dan keluarlah anak ayam. Hanya saja perlu dijelaskan juga bahwa manusia tidak bertelur. Tapi langsung melahirkan bayi. Contoh tersebut hanya sebagai gambaran si anak untuk proses pembuatan anak.


Biasakan Tidur Terpisah dari Orangtua Sejak Balita
Dalam kehidupan berumahtangga, melakukan hubungan intim tentu menjadi suatu kebutuhan. Tapi dengan hadirnya si kecil, ekspresi cinta itu bisa terganggu. Terlebih bila si kecil tidur sekamar bersama kedua orangtuanya. Jangan sampai si kecil melihat kedua orangtuanya saat bersenggama. Karena dia belum mengerti, nanti akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Bisa saja dia mengira ayahnya tengah menyakiti ibunya. Kesan ini bisa mengakibatkan trauma bagi anak. Bahkan bisa berdampak pada merenggangnya hubungan antara anak dengan ayahnya.
Kalau dia anak yang terbuka, pasti akan menanyakan kepada orangtua, apa yang telah terjadi pada kedua orangtuanya. Sebaliknya, tipikal anak yang tertutup lebih senang memendam dan mencari tahu sendiri secara tidak langsung entah melalui tayangan-tayangan di televisi, majalah atau di media-media lain.
Anak yang memiliki konsep beda mengenai seks akan terbawa hingga dewasa dan memengaruhi pola pikirnya kelak. Dalam hal ini, orangtua musti berhati-hati saat memberikan pengertian pada si kecil, dengan bahasa yang konkrit, yang mudah dipahami anak-anak.
Selain memberi pengertian, lebih baik biasakan anak tidur terpisah dari orangtuanya sejak usia 3 tahun atau saat masih balita. Meski awalnya dia belum bisa menerima keputusan ini, tapi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia dan pengaruh lingkungan atau pergaulan akan mengerti alasannya, mengapa sedari dini tidurnya harus terpisah dari orangtuanya.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Monday 3 September 2012

Adik Bukan Dikirim Oleh Angsa ;)

Pendidikan Seks untuk Umur 4 – 5 Tahun
Balita Sudah Bisa Menerima Penjelasan Soal Bagaimana Bayi “Keluar dari” Rahim Ibu




Apabila periode batita merupakan kesempatan bagi orangtua untuk mengenalkan nama-nama bagian tubuh – termasuk alat kelaminnya – sesuai dengan nama sebenarnya, maka pada masa dua tahun berikutnya, anak bisa dikenalkan dengan fungsi dasar bagian-bagian tubuhnya, termasuk bagaimana adiknya bisa “masuk” ke dalam rahim ibunya. Sejak dini anak juga musti dikenalkan akan konsep privasi dan bahwa pembicaraan dan perilaku seks merupakan hal yang tidak bisa diumbar di depan banyak orang. Tiap tahap perkembangan mencakup tanda-tanda tertentu.
Orangtua juga perlu mengetahui sederetan pedoman perkembangan fisik, kognitif, emosional dan seksual pada masa balita. Karena bicara perkembangan seksual tak bisa lepas dari perkembangan fisik, kognitif, maupun emosional anak. Pedoman ini berlaku untuk mayoritas anak balita; yang tentu saja ada anak yang mungkin lebih cepat atau lambat perkembangannya.

Perkembangan Fisik
Sebagian besar anak berumur antara empat sampai lima tahun akan:
- terus tumbuh, tapi dengan kecepatan yang lebih lambat daripada selama periode dari bayi sampai batita [sebagian bagian tumbuh lebih cepat atau lebih segera daripada bagian lain. Misalnya, organ-organ tumbuh lebih cepat daripada tubuh, sehingga perut anak prasekolah tampak bundar.]
- mencapai paling tidak 50 persen dari tinggi masa dewasa dan sekitar 20 persen dari tinggi masa dewasanya pada umur lima tahun
- mengembangkan ketrampilan-ketrampilan motorik kasar yang lebih terkoordinasi, yang memungkinkan mereka untuk melompat-lompat, berlari, dan naik-turun tangga
- mengembangkan kecakapan motorik halus yang membuat mereka bisa mengikat tali sepatu, mengancingkan baju, menggunakan gunting, dan menggambar bentuk-bentuk yang bisa dikenali
- otaknya terus berkembang secara signifikan, mencapai 90 persen pada umur lima tahun
- meningkatkan kapasitas paru dan kemampuan bernafas lebih dalam
- mulai kehilangan “wajah bayi” karena anggota-anggota tubuhnya memanjang
- tampak berukuran sama, tak peduli jenis kelaminnya
- secara umum kesehatannya meningkat dan memperoleh daya tahan terhadap kuman-kuman penyakit

Perkembangan Kognitif
AAnak-anak berumur 4-5 tahun, kebanyakan akan:
- berinteraksi dengan dan belajar tentang dunia melalui kegiatan bermain
- mulai mengalami dunia dengan eksplorasi dan merasa ingin tahu terhadap diri sendiri dan sekitarnya
- mulai belajar terpisah dari keluarga dengan lebih mandiri dan agak kurang dekat ddengan orangtua/perawat
- memahami baik dan buruk (walau mereka mungkin tidak memahami mengapa) dan mampu mengikuti aturan-aturan
- mampu memahami dan mememenuhi kegiatan-kegiatan sederhana untuk sehat, seperti menyikat gigi atau mencuci tangan
- memahami konsep privasi

Perkembangan Emosional
Biasanya anak-anak balita akan:
- tetap bergantung pada orangtuanya (perawatnya) walau tidak lagi membutuhkan atau menginginkan banyak kontak fisik dengan perawatnya sebagaimana saat masa bayi dan batitanya
- terus mengungkapkan emosinya secara jasmaniah, termasuk mendapatkan pelukan dan ciuman
- bersosialisasi dengan teman-teman bermain, mulai mengembangkan hubungan, dan belajar mengenali beberapa kawan bermain sebagai teman dan yang lain sebagai orang-orang yang tidak disukainya
- mempunya banyak kesempatan berinteraksi dengan teman sepermainan, baik lewat sekolah maupun kegiatan rekreasi, dan akan bermain dengan anak-anak lain

Perkembangan Seksual
Anak-anak balita kebanyakan akan:
- mengalami ereksi atau pelumasan vagina
- menyentuh alat kelamin mereka demi rasa senang
- ingin tahu tentang segala hal dan bertanya tentang asal-usul bayi dan bagaimana mereka dilahirkan
- ingin tahu akan tubuhnya dan mungkin bermain seperti dokter-dokteran
- merasa pasti akan jenis kelaminnya sendiri dan mampu mengenali laki-laki dan perempuan
- mulai mengenali peran-peran tradisional jenis kelamin laki-laki dan perempuan serta membedakan peran-peran ini berdasarkan jenis kelamin
- menyadari tubuhnya sendiri, bagaimana tampilan tubuhnya ini bagi orang lain, dan bagaimana fungsi-fungsi tubuhnya

Apa yang Musti Dilakukan Keluarga untuk Membesarkan Anak-anak yang Secara Seksual Sehat
Untuk membantu anak balita mengembangkan seksualitas yang sehat, keluarga harus:
- membantu anak-anak memahami konsep privasi dan bahwa bicara tentang seksualitas itu bersifat pribadi dan dilangsungkan di rumah
- mengajarkan nama-nama yang tepat dari bagian-bagian tubuh utama (internal maupun eksternal) dan fungsi-fungsi dasarnya
- menjelaskan bagaimana bayi “masuk ke dalam” rahim ibu
- mendorong anak-anak untuk datang kepada orangtua atau orang dewasa lain yang bisa dipercaya jika bertanya soal seksualitas.

Jelaskan Proses Kelahiran Anak dengan KISS
Pagi itu, tak seperti biasa jika tengah bertandang ke rumah tantenya, balita bernama Ludvina Agatha itu tampak bersungut. Vina, gadis kecil yang kritis dan ceriwis tampak kesal. Dari mulut mungilnya keluar ocehan kekesalan kepada tantenya, “Tante... Vina marah sama Bunda!”
"Lho, kenapa?" tanya Tante Vina yang perutnya sedang membuncit karena hamil. "Vina cuma tanya, tapi Bunda nggak mau jawab. Katanya Vina masih terlalu kecil." "Memangnya Vina tanya apa?" si tante kembali menyahut. "Lala tanya, kenapa perut Tante buncit. Kata Bunda, perut Tante ada adiknya, dulu perut Bunda juga buncit waktu Vina masih dalam perut Bunda. Terus Vina tanya lagi, waktu Vina dalam perut, keluarnya lewat mana Bunda? Eh, Vina malah dimarahin, disuruh diem, nggak boleh tanya-tanya lagi sama Bunda!" jawab Vina sambil cemberut.
Tidak sedikit orangtua menjawab seperti itu, "Kamu masih terlalu kecil, tidak boleh tanya-tanya masalah itu, diam saja." Mereka masih menganggap seksualitas adalah sesuatu yang tabu dan saru untuk dibicarakan.
Padahal, di zaman yang 'gila' seperti ini, di mana kasus perkosaan dan sodomi pada anak meningkat sangat tajam, pendidikan seks sejak dini sangat diperlukan. Belum lagi masalah seks bebas di kalangan remaja yang semakin merajalela. Dengan kondisi seperti itu orangtua mana yang tidak cemas dan waswas melepas anaknya berangkat remaja. Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat membicarakan masalah seks dengan orangtua. Artinya, orangtua harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya.
Hal ini hanya dapat dilakukan bila sejak dini, orangtua telah memberikan pendidikan seks untuk mereka. Orangtua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Orangtua tidak dapat mengekspor tanggung jawab ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah diberi amanat oleh Tuhan. Masing-masing mempunyai porsi untuk menjelaskan masalah seks pada anak.
Sebagai contoh, ayahlah yang harus menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelakinya menjelang akil balig. Sedangkan ibu bertugas membeberkan apa itu menstruasi kepada anak gadisnya yang beranjak remaja. Apa saja yang musti dilakukan orangtua? Landasan paling penting bagi orangtua dalam masalah ini adalah agama. Jadikan agama sebagai pedoman, karena panduan pendidikan seks pada anak sudah terangkum dalam ajaran agama. Orangtua harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menerangkan dan menjawab pertanyaan anak. Selain itu, orangtua harus memutuskan masa lalu dan keluar dari tabu-saru yang selama ini membelenggu.
Bagaimanakah kiat dasar mengasuh seksualitas? Pendidikan ini tidak mungkin dilakukan secara 'borongan', tetapi harus 'dicicil' sedini mungkin. Orangtua harus proaktif, terlibat penuh dan tidak menunggu anak bertanya. Contohnya, ketika sedang memandikan balita, orangtua dapat sekaligus memberitahukan tentang tumbuhnya rambut lain di bagian tubuhnya. Ibu dapat berkata “Nanti kalau adek sudah besar, akan tumbuh rambut di ketiak dan di kemaluan adek.” Atau orangtua dapat menjelaskan tentang perlunya menjaga kemaluan dan bagian penting tubuhnya.
“Dek, bagian dada sampai lutut adalah bagian penting tubuhmu, tidak boleh ada orang yang memegang kecuali Ayah dan Bunda ya.” Penjelasan ini penting untuk menghindari kasus perkosaan balita yang terutama sering dilakukan oleh kerabat dekat anak. Untuk 'mencicil'nya orangtua harus waspada pada setiap tahap perkembangan anak. Orangtua harus paham, hal-hal apa saja yang perlu diketahui anak balita tentang seksualitas, bagaimana dengan anak usia 7-9 tahun dan bagaimana dengan remaja.

Keep Information Short and Simple
Orangtua harus berada selangkah lebih maju dari anak, karena lingkungan telah membuat mereka sangat kritis dan cerdas dalam masalah ini. Langkah-langkah praktis untuk menjelaskan tentang seks sebagai berikut. Ajarkan anak menyebut alat kelamin laki-laki dan alat kelamin perempuan bukan sebagai 'burung' atau 'dompet'. Istilah dalam bahasa Latin juga dapat dipergunakan, yaitu vagina dan penis.
Perhatikan dan gunakan The Golden Opportunity (kesempatan emas). Maksudnya, setiap ada kesempatan untuk menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan seks, kemukakan saat itu juga. Tentunya disesuaikan dengan tahapan usia anak. Contoh, ketika melihat cicak sedang berdempetan-kawin, kucing melahirkan atau menyusui, jelaskan kejadian tersebut, dihubungkan dengan yang terjadi pada manusia. Terangkan dengan jelas, pendek, dan sederhana, atau diberi singkatan KISS (Keep Information Short and Simple), agar lebih mudah mengingatnya.
Kiat-kiat untuk menghadapi pertanyaan anak, orangtua harus tenang dan dapat mengontrol diri. Bila orangtua merasa segan, ungkapkan saja apa yang terasa dalam hati, bingung, kaget, heran atau perasaan lainnya. Segera jawab pertanyaan anak saat itu juga, dan jangan lupa untuk mengaitkannya dengan agama. Bila orangtua tidak siap menjawab pertanyaan anak, jawaban dapat ditunda tetapi janji untuk menjawab harus ditepati.
Sebagai contoh, pertanyaan yang lazim ditanyakan anak usia 3-6 tahun adalah, “Bunda, dari mana aku lahir?” Orangtua dapat menjawab, “Dari rahim Bunda, adek keluar melalui vagina.”
Bila anak bertanya lebih lanjut, orangtua dapat menjelaskan melalui buku yang benar, bukan buku mengenai pornografi. Tunjukkan gambar yang ada di buku dengan metode KISS. Orangtua dapat menerangkan “Kalau adek sudah mau keluar dari rahim Bunda, alat kelamin Bunda akan melar seperti karet gelang ini.” Bila anak sudah berhenti bertanya, tak perlu melanjutkan penjelasan.
Ingat, keterangan Anda harus jelas, singkat dan sederhana. Orangtua terkadang panik ketika mendengar anak yang berusia 7 atau 8 tahun tiba-tiba bertanya, “Sodomi itu apa sih bu?” Bila kaget, orangtua dapat menarik napas terlebih dahulu agar tetap tenang di depan anak. Orangtua dapat berkata “Bunda kaget kakak bertanya seperti itu, kakak perlu jawaban sekarang?” Menunjukkan perasaan seperti ini akan membuat orangtua lebih tenang dalam menghadapi anak. Orangtua yang tidak siap dapat berkata kepada anaknya, “Wah jawabnya nanti ya sayang, Bunda harus masak dulu.” Tetapi jangan lupa, setelah berjanji menjawab, orangtua harus menepatinya.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Sunday 2 September 2012

Sebut Alat Kelamin Sesuai Nama Ilmiahnya

Beri Nama Alat Kelamin Anak Sesuai Istilah Ilmiahnya Saja



Seperti dalam dua kasus di dalam tulisan ini, cukup banyak orangtua yang merasa kikuk, malu dan sekaligus takut dalam menyebutkan alat kelamin laki-laki atau perempuan. Istilah ilmiah yang seharusnya bebas nilai, bagi mereka malah dianggap “jorok” bahkan tabu. Mereka kemudian menggantinya dengan istilah eufemisme yang menurut mereka lebih “halus” tetapi sesungguhnya malah mengaburkan. Tidak sedikit yang kemudian meminjam nama benda, binatang atau makanan untuk menamai alat kelamin. Padahal, anak-anak yang masih kecil ini butuh kejelasan.
Mengutip teori perkembangan seks yang dikemukakan Sigmund Freud, anak-anak yang berumur antara 3 – 6 tahun, berada dalam phalic stage. Pada masa itu anak-anak mengalami kepuasaan dan kesenangan dari area genital mereka. Sedangkan ketika umur 1-2 tahun disebut masa oral. Anak-anak suka menghisap tangan sendiri (nyedot), seperti saat mereka menyusui. Jadi wajar jika anak-anak usia 3-6 tahun mulai banyak bertanya seputar alat kelamin karena memang sesuai dengan fase perkembangannya.
Ada dua hal dalam menyikapi anak-anak dalam masa phalic yakni dari perkembangan kognitif dan psikososialnya. Teori psikososial Erik H. Erikson mengatakan bahwa anak umur 3 - 6 tahun berada dalam masa inisiatif. Mereka punya banyak inisiatif, untuk mengetahui segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Seiring dengan itu, anak mulai merasakan sensasi berbeda di daerah-daerah kelaminnya. Wajar saja jika anak bertanya, sebab mereka ingin tahu apa yang membuat mereka merasakan sensasi itu.
Dan anak juga mulai menghubungkan keingintahuannya dengan informasi yang diperoleh dari luar. Misalnya, “Oh punya saya seperti ini, kok berbeda dengan adik.” Kemudian timbul pertanyaan, “Kok saya berbeda dengan adik? Adik pipis berdiri, kenapa saya harus duduk?” Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Mama, punya adik itu apa (sambil menunjuk alat kelamin adik laki-lakinya), terus punya saya namanya apa?”
Pertanyaan beruntun pun akan menghampiri orangtua seputar alat kelamin. Sebaiknya orangtua tidak panik atau malah menghindar, sebab tujuan anak bertanya kelamin pada usia phalic hanya untuk menjawab keingintahuan mereka saja. Bukan berarti menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas seksual.

Lantas bagaimana orangtua bersikap?
Sayangnya banyak orangtua tidak memahami fase perkembangan anak dan rasa ingin tahunya. Orangtua lebih memilih menjawab dengan meminjam nama-nama benda untuk menamai alat kelamin. Seharusnya orangtua tidak perlu berbohong. Katakan saja yang benar, kalau alat kelamin anak laki-laki disebut penis dan kelamin anak perempuan disebut vagina.
Jika alat kelamin pria disebut ‘burung,’ mungkin pada saat itu anak menerima jawaban tersebut. Tetapi semakin besar anak akan bertanya-tanya, kok namanya burung sih, padahal anggota tubuh yang lain memakai nama sebenarnya; mata ya mata, hidung ya hidung. Akibatnya, anak semakin bertanya-tanya ada apa kok dinamai bukan dengan nama aslinya. Itu bisa menambah rasa ingin tahu mereka. Jadi seharusnya organ genital itu harus diperlakukan sama seperti organ tubuh lain dengan nama yang sebenarnya supaya anak mendapat gambaran yang benar.
Bayangkan jika saat masuk sekolah ada pelajaran pengenalan hewan. Anak akan bingung, kok burung di sekolah bisa terbang, berbeda dengan burung yang dimaksud orangtuanya.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Ajarkan Batita Untuk Merasa Nyaman dengan Tubuhnya Sendiri

SEX EDUCATION Umur 0 – 3 Tahun
Mengajarkan Batita untuk Merasa Nyaman dengan Tubuhnya Sendiri


Perkembangan manusia merupakan proses pertumbuhan dan perubahan jasmaniah, perilaku, kognitif dan emosional yang berlangsung sepanjang hidup. Pada tahap-tahap awal kehidupan – dari bayi sampai kanak-kanak, kanak-kanak sampai remaja, dan remaja sampai dewasa – sangat banyak perubahan terjadi. Dalam proses ini, tiap orang mengembangkan sikap-sikap dan nilai-nilai yang memandu mereka dalam membuat pilihan, membangun hubungan dan memahami sesuatu.
Seksualitas juga proses yang berlangsung seumur hidup. Bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa adalah makhluk seksual.” Sama pentingnya dengan memperkuat pertumbuhan fisik, emosi dan kognitif anak, penting pula untuk memberi pondasi yang bagus pada pertumbuhan seksual anak. Orangtua bertanggungjawab untuk membantu anak-anak memahami dan menerima seksualitas mereka yang tengah berkembang.
Tiap tahap perkembangan mencakup tanda-tanda tertentu. Pedoman perkembangan berikut ini sesuai untuk kebanyakan anak dalam kelompok umur ini. Akan tetapi, tiap anak adalah individu yang mungkin mencapai tahap-tahap perkembangan ini lebih awal atau lebih lambat daripada anak-anak lain yang berusia sama. Jika Anda mengkhawatirkan sesuatu dalam perkembangan anak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter dan psikolog.

Perkembangan Jasmani
Kebanyakan anak berusia di bawah tiga tahun akan:
- tingginya menjadi dua kali lipat antara kelahiran dan 3 tahun
- berat badannya tiga kali lipat antara kelahiran dan 3 tahun
- tumbuh geliginya dan mampu makan makanan padat
- menumbuhkan sampai 75 persen dari kapasitas otaknya
- belajar merangkak dan berjalan
- mengembangkan kecakapan motorik besar seperti berlari, meloncat, dan menaiki tangga
- belajar melepas dan mengenakan pakaian mulai mengontrol fungsi-fungsi tubuh dengan toilet training

Perkembangan Kognitif
Kebanyakan anak batita akan:
- belajar ketrampilan berbahasa dan komunikasi dan memajukan dari pemakaian kata-kata tunggal menjadi anak kalimat sampai kalimat lengkap
- mengembangkan imajinasi dan mulai menciptakan kisah-kisah imajiner dan teman-teman khayalan
- memahami dunia terutama melalui keluarganya
- mulai berinteraksi dengan teman-teman sepermainan melalui peniruan [meskipun sebagian anak pada umur ini belum bermain secara langsung satu sama lain, namun mereka sering terlibat bermain secara paralel; bahasa awamnya, “sama-sama bermain, tetapi tidak bermain bersama-sama.”]
- berfikir secara konkrit, mendapat sedikit informasi, dan memperoses informasi terutama melalui panca indranya – dengan melihat, menyentuh, mendengar, merasakan dan membaui
- mengidentifikasi dirinya dengan dan mulai meniru orangtua yang berjenis kelamin sama [anak lelaki dengan ayahnya, anak perempuan dengan ibunya]
- mulai memahami perbedaan antara perempuan dan laki-laki (perbedaan-perbedaan identitas jenis kelamin dan perbedaan-perbedaan peran jenis kelamin)
- meniru bahasa dan perilaku orangtua atau orang dewasa yang dipercayainya

Perkembangan Emosional
Anak-anak di bawah umur tiga tahun, kebanyakan akan:
- mengembangkan rasa percaya terhadap perawatnya (orangtua, atau kakek-nenek, mbak, dll) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, seperti memberi makan ketika anak ini lapar, mengganti popok ketika ia mengompol, dst
- mulai menguji kemandiriannya dan mengeksplorasi keterbatasannya, tetapi tetap ingin sangat dekat dengan perawat utamanya (ibu, dll)
- berhubungan terutama dengan anggota-anggota keluarga yang merupakan orang-orang paling penting dalam kehidupannya saat ini
- secara jasmaniah menunjukkan perasaan, seperti mencium dan memeluk untuk menunjukkan cinta dan memukul untuk menunjukkan kemarahan
- menguasai ide menjadi bahagia, sedih, atau marah, tetapi secara umum akan memilih untuk mengekspresikan emosinya secara jasmaniah daripada secara verbal [“anak umur sekitar dua tahun yang nakal” terjadi bila seorang anak mulai mengembangkan rasa diri di luar dan terpisah dari orang-orang lain, dan mengungkapkan individualitasnya ini dengan mengatakan “tidak!” dan memaksa untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri.]

Perkembangan Seksual
Kebanyakan anak berumur di bawah tiga tahun akan:
- melit (ingin tahu) dan mengeksplorasi tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. mengalami ereksi atau pelumasan vagina
- menyentuh alat-alat kelaminnya agar merasa senang
- berbicara secara terbuka soal tubuh mereka
- mampu mengatakan dan memahami, jika diajari, nama-nama yang tepat untuk bagian-bagian tubuhnya (kepala, hidung, perut, penis, vulva, dsb) [Baca: Beri Nama Alat Kelamin Sesuai Istilah Ilmiahnya Saja!]

Apa yang Musti Dilakukan Keluarga untuk Membesarkan Anak-anak yang Secara Seksual Sehat
Untuk membantu anak-anak batita mengembangkan seksualitas yang sehat, keluarga musti:
- Membantu anak-anak merasa nyaman dan baik terhadap seluruh tubuhnya.
- Orangtua, perawat dan keluarga lainnya musti menamai semua bagian tubuh secara akurat dan menyampaikan pesan bahwa tubuh dan fungsi-fungsinya adalah hal yang alamiah dan sehat.
- Menyentuh, mengelus, memijat dan menenangkan anak-anak akan memabntu mereka memahami cinta kasih dan bagaimana cara berbagi kasih ini
- Memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak-anak juga akan membantu mereka mengembangkan rasa percaya
- Membantu anak-anak mulai memahami perbedaan antara perilaku publik dan pribadi dan bahwa perilaku tertentu, seperti mengorek-ngorek hidung atau menyentuh alat kelamin adalah perilaku yang bersifat pribadi
- Mengajarkan perbedaan anatomis antara lelaki dan perempuan sambil tetap menekankan bahwa anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama istimewa
- Mengajarkan anak-anak bahwa mereka bisa mengatakan “Tidak!” pada sentuhan-sentuhan yang tidak mereka inginkan, tidak peduli siapa pun yang tengah berusaha menyentuh mereka, dan bahwa mereka memiliki hak untuk dihargai jika mereka mengatakan “Tidak!”
- Menjelaskan proses-proses jasmaniah, seperti kehamilan dan kelahiran, dalam istilah-istilah yang sangat sederhana
- Menghindarkan rasa malu dan bersalah terhadap bagian-bagian dan fungsi-fungsi tubuhnya sendiri.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Pendidikan Seks dan Agama: Berdampingan

Pendidikan Seksualitas yang Berhasil Musti Libatkan Agama


Membahas masalah seks pada anak bukan perkara mudah. Keengganan orangtua bisa dimaklumi, karena seks masih dianggap tabu, walaupun itu ditujukan untuk memberikan pendidikan. Karenanya, pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati. Kesulitannya, jika pengetahuan orangtua kurang memadai sehingga menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks pada anak.
Meski demikian, pendidikan seks tetap harus diberikan, sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tujuannya tak lain adalah memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak-anak dan remaja seputar masalah seks secara benar dan jelas. Dengan pendidikan seks yang benar berarti menghindarkan mereka dari berbagai risiko negatif seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual, dan penyakit menular seksual.

Apa Itu Pendidikan Seks?
Pendidikan seks adalah proses memperoleh informasi dan membentuk sikap serta keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan dan keintiman. Anak-anak dan remaja berhak mendapat pendidikan seks, antara lain untuk membantu mereka melindungi diri sendiri terhadap eksploitasi, penistaan dan kekerasan seksual, kehamilan yang tak diinginkan, penyakit menular seksual (PMS) maupun HIV/AIDS.

Apa Tujuan Pendidikan Seks?
Pendidikan seksualitas bertujuan mengurangi risiko potensi akibat-akibat negatif dari perilaku seks seperti kehamilan yang tak diinginkan dan tak direncanakan dan infeksi penyakit menular seksual (PMS), serta meningkatkan kualitas hubungan. Selain itu, pendidikan ini juga mengembangkan kemampuan anak muda untuk membuat keputusan yang baik sepanjang kehidupannya. Dengan demikian, Pendidikan seks yang berhasil adalah yang bisa mencapai semua tujuan itu.
Di dalam pendidikan seksualitas itu musti mencakup pula pendidikan agama, khususnya moralitas. Dengan pendidikan agama, remaja bisa terhindar dari hubungan seks pranikah.

Landasan Agama
Sayangnya, banyak orang menganggap antara pendidikan seksualitas dan agama adalah dua hal yang tidak berkaitan. Diakuinya, di dalam komunitas tertentu, seksualitas diterima sebagai sesuatu yang rahasia dan kotor. Ada tradisi yang memisahkan tubuh kita dari jiwa dan pikiran. Tubuh dianggap sebagai bagian negatif diri kita. Akibatnya, muncul rasa bersalah, ketakutan terpendam dan kesalahfahaman soal seksualitas. Padahal hubungan seks adalah hal yang sakral.
Pandangan seperti itu, karena orang menyamakan seksualitas dengan seks, khususnya senggama. Padahal, seksualitas itu mencakup keintiman, identitas diri, kesehatan, dan reproduksi.
Semua agama meyakini bahwa seksualitas adalah berkat Tuhan yang suci. Anak-anak dan remaja adalah harapan masa depan. Karenanya, anak-anak musti dilindungi dari kemungkinan dampak negatif perilaku seks.
Anak-anak bukan hanya berkembang sebagai makhluk seksual, tetapi juga melewati perjalanan spiritual. Jauh lebih penting adalah mendorong remaja untuk berkembang menjadi orang dewasa yang peduli dan penuh kasih kepada orang lain dan lingkunganya. Dengan begitu, mereka pasti bisa mengambil keputusan yang bertanggung jawab, termasuk soal seks. Melalui pendidikan agama, remaja sanggup untuk berpuasa, menahan diri dari nafsu seks, sampai saat sakral yang ditentukan. Karena mereka tahu bahwa ‘hadiah’ yang menunggu mereka di depan jauh lebih berharga, yaitu kemuliaan.
Orangtua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Orang tua tidak dapat 'mengekspor' tanggung jawab ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah diberi amanat oleh Tuhan.
Masing-masing memunyai porsi untuk menjelaskan masalah seks pada anak. Sebagai contoh, ayahlah yang harus menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelakinya menjelang akil balig. Sedangkan ibu bertugas membeberkan apa itu menstruasi kepada anak gadisnya yang beranjak remaja.
Landasan paling penting bagi orang tua dalam masalah ini adalah agama. Jadikanlah agama sebagai pedoman, karena panduan pendidikan seks pada anak sudah terangkum dalam ajaran agama. Orang tua harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menerangkan dan menjawab pertanyaan anak. Selain itu, orang tua harus memutuskan masa lalu dan keluar dari tabu-saru yang selama ini membelenggu.

Remaja Proaktif
Menanamkan pendidikan agama dan moralitas kepada remaja sangat penting untuk membentengi dirinya dari pergaulan bebas yang semakin merajalela sekarang ini. Pemahaman agama yang baik merupakan pondasi yang kuat. Alangkah baiknya jika orangtua sudah mulai mengajarkan pentingnya moralitas, khususnya dari pendekatan agama sejak anak-anak lulus sekolah dasar, yakni kira-kira usia 12 tahun yang merupakan awal memasuki usia remaja. Dalam hal ini, peran orangtua sangat besar.
Pendidikan dalam keluarga bisa dimulai dari keteladanan yang diberikan oleh orangtua. Dan itu merupakan contoh yang konkrit bagi anaknya. Karena biasanya anak kemudian akan mentransfer sikap yang ditunjukkan oleh orangtua. Jadi, orangtua sebaiknya menjadi figur panutan bagi anak-anaknya. Selain orangtua, anak bisa belajar melalui pendidikan di luar seperti sekolah maupun melalui media-media pendukung seperti buku-buku rohani dan sebagainya.
Agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, sebaiknya remaja diarahkan untuk proaktif mengikuti aktivitas positif baik itu di sekolah maupun dalam kelompok komunitas keagamaan. Agar remaja tertarik dan menikmati aktivitas tersebut, orangtua perlu memberikan dorongan dan memberi gambaran positif kepada anak-anaknya.
Agama mana pun tentu sangat peduli dengan masa depan remaja, karena remaja merupakan cikal bakal bangsa. Peran aktif komunitas agama dalam mendukung kegiatan remaja adalah mengarahkan kegiatan yang positif, seperti membangun camp-camp belajar dan mengadakan seminar tentang pembekalan moralitas.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Pendidikan Seks (1 dari 11 Tulisan)

Pendidikan Seks Bisa Diberikan Sejak Umur 18 Bulan


Anak-anak penuh rasa ingin tahu soal seks. Mereka cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam menusuk, seperti “Ma, adik keluarnya dari mana?” atau “Pa, apa sih Lesbian itu?” Jawablah dengan jujur. Jangan khawatir kalau informasi yang Anda berikan berlebihan. Mereka akan menunjukkan kepada Anda kalau mereka sudah cukup mendengar.

Tidak pernah terlalu dini untuk mulai bicara kepada anak-anak Anda tentang masalah seks. Keterbukaan, bahkan kepada anak-anak kecil, akan menunjukkan bahwa seks adalah topik percakapan yang bisa diterima di dalam keluarga Anda. Tegaskan kepada anak Anda bahwa Anda selalu bersedia membicarakan masalah-masalah seksual. Yang tidak kalah pentingnya, tekankan bahwa topik itu – baik bagi Anda maupun anak Anda – bisa dibicarakan dalam kondisi nyaman – sama sekali tak perlu tegang, risi, malu, apalagi cemas. Santai saja, seperti membicarakan makanan, baju, pelajaran sekolah atau acara televisi.
Jangan merasa kalau bicara soal pendidikan seks, maka Anda harus duduk rapih bersama anak untuk bersiap membicarakan semua hal dalam waktu cukup lama. Sebaliknya, tak perlu ada waktu khusus. Bicarakan begitu anak bertanya; atau persis setelah ada kejadian atau perilaku tertentu. Misalnya, ketika anak mendengar kucing peliharaannya mengeluarkan suara-suara untuk menarik pasangannya; atau sewaktu menonton sinetron remaja yang tengah menayangkan adegan ciuman.

Anak-anak Suka Mengeksplorasi Tubuhnya
Antara umur 18 bulan sampai 3 tahun, anak-anak mulai belajar soal tubuh mereka sendiri. Ajari anak Anda nama-nama organ seks secara tepat. Misalnya, alat kelamin anak lelaki sebagai “penis.” Jangan ganti dengan kata-kata yang mengaburkan atau menyiratkan makna tersembunyi seperti “anu,” “burung,” “titit,” dll. Dengan kata-kata yang mengesankan porno, tabu, terlarang atau semacamnya, maka anak-anak akan berfikir bahwa ada yang salah atau keliru dengan bagian-bagian tubuhnya sendiri.
Sangatlah normal bagi seorang anak untuk mengeksplorasi tubuhnya sendiri dan melakukan sesuatu yang terasa nyaman. Merangsang diri sendiri adalah salah satu cara menunjukkan rasa ingin tahu anak yang sangat alamiah. Anak lelaki biasanya suka menarik penisnya, dan anak perempuan menggosok bagian luar alat kelaminnya.

Konsep Privasi
Periode batita merupakan waktu yang tepat bagi anak Anda untuk mengenal konsep privasi. Masturbasi pada anak seumuran ini merupakan hal yang normal, namun tekankan bahwa itu adalah aktivitas yang bersifat pribadi. Kalau anak Anda mendadak mulai bermasturbasi di tengah-tengah kelompok bermainnya, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya. Kalau gagal, pinggirkan anak Anda untuk diingatkan soalpentingnya privasi.
Kadang-kadang, kerap masturbasi menunjukkan ada masalah dalam kehidupan anak. Mungkin anak lelaki atau perempuan ini sedang mengalami stres, atau tidak mendapat perhatian yang mencukupi di rumah. Bahkan, masturbasi juga bisa menjadi penanda penistaan seksual. Karena itu, ajari anak Anda bahwa bagian-bagian tubuhnya yang ditutupi oleh “baju mandi” adalah bagian pribadi, dan tidak satu pun orang yang boleh menyentuhnya tanpa ijin dirinya.

Rasa Ingin Tahu terhadap Orang Lain
Pada umur 3 atau 4 tahun, anak-anak sudah tahu bahwa anak laki-laki dan perempuan mempunyai alat kelamin yang berbeda. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya yang normal tentang organ-organ seks, anak-anak mungkin bermain “dokter-dokteran” atau langsung saling memeriksa alat kelaminnya. Eksplorasi semacam ini jauh dari kegiatan seksual orang dewasa, dan tidak berbahaya jika hanya anak-anak kecil yang terlibat. Akan tetapi, sebagai suatu persoalan keluarga, Anda mungkin ingin membatasi eksplorasi seperti itu. Kalau memang itu keinginan Anda, larang saja eksplorasi itu jika Anda melihatnya.
Pada usia ini, banyak anak menusukkan pertanyaan, “Bayi asalnya dari mana? Coba berikan jawaban langsung dan sederhana, seperti “Bayi tumbuh di satu tempat khusus di dalam tubuh ibu.” Kalau anak makin besar, Anda bisa menambahkan informasi yang lebih detail.

Pemisahan Jenis Kelamin
Antara umur 5 – 7 tahun, anak-anak mulai menyadari peran jenis kelamin (gender). Anak-anak lelaki cenderung hanya bermain dengan sesama laki-laki, dan anak gadis dengan sesamanya pula. Malah, kadang-kadang, mereka mengatakan kalau mereka membenci anak-anak yang berlawanan jenis.
Pada umur ini, pertanyaan-pertanyaan seputar seks akan menjadi lebih kompleks, seperti ketika anak Anda mencoba memahami hubungan antara seksualitas dan membuat bayi. Ada kemungkinan mereka bergantung pada teman-temannya untuk menemukan jawabannya. Karena anak-anak bisa saja mencomot informasi yang keliru sosal seks dan reproduksi, maka Anda perlu bertanya kepada anak apa yang mereka ketahui tentang topik ini sebelum Anda mulai menjelaskannya.

Gairah Remaja
Anak-anak antara 8 – 12 tahun mencemaskan banyak hal, termasuk apakah mereka “normal.” Yang laki-laki biasanya mencemaskan ukuran penisnya, sementara para gadis khawatir dengan ukuran payudaranya. Namun Anda perlau menyadari bahwa anak-anak yang usianya sama persis, belum tentu memiliki tingkat pertumbuhan yang sama pula. Karena itu yakinkan anak Anda bahwa ia masih berada di dalam rentang perkembangan yang normal.

Apa yang Perlu Anak-anak Ketahui Sebelum Mereka Mencapai Pubertas
Ikatan Dokter Anak merekomendasikan bahwa sebelum mencapai pubertas, anak-anak mustinya memiliki pemahaman dasar soal:
- nama-nama dan fungsi organ seks laki-laki dan perempuan
- apa yang terjadi selama pubertas dan apa makna perubahan-perubahan jasmaniah selama pubertas ini, yaitu proses menuju/menjadi pria atau perempuan dewasa muda
- tujuan, ciri-ciri dan kondisi siklus menstruasi
- apa itu sanggama dan bagaimana perempuan bisa hamil
- bagaimana mencegah kehamilan
- hubungan sesama jenis kelamin
- masturbasi
- aktivitas-aktivitas yang bisa menyebarkan penyakit menular seksual (PMS), khususnya AIDS
- nilai-nilai dan harapan-harapan Anda/orangtuanya

Bersikap Jujur, Terbuka dan Berdasar Fakta
Membicarakan masalah seksual dengan anak Anda bisa membuat Anda maupun anak Anda merasa tidak nyaman dan malu. Biarkan anak Anda yang memandu pembicaraan melalui pertanyaan-pertanyaannya. Ingat, jangan tertawa, cekikikan atau tersenyum-senyum, walau pertanyaan mereka lucu. Cobalah untuk tampil biasa saja. Jangan terlalu serius, tapi juga jangan malu-malu.
Apabila Anda sudah terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan anak-anak sejak awal, maka anak Anda akan lebih mungkin datang bertanya kepada Anda pada lain kesempatan, daripada mencari-cari jawaban dari teman-teman bermainnya atau orang dewasa lain. Tempat terbaik bagi anak-anak Anda untuk belajar tentang hubungan, cinta, komitmen dan respek adalah dari Anda, orangtuanya.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Monday 27 August 2012

Anak Stres Karena Les

Kecil-kecil Kok Supersibuk, Awas Stres!

Moms: Maiyka, jangan lupa ya, siang ini les piano loh, nanti hari Rabu les bahasa mandarin, Kamis les berenang, dan Jumat les balet.
Maiyka: ????



Akrab dengan situasi itu? Ya, jamak ditemui Moms yang menuntut si kecil bisa menguasai banyak keterampilan di usia dini. Dalih les merupakan bagian untuk mempersiapkan si kecil supaya kelak berprestasi dan mempunyai masa depan yang sukses. Alhasil jadwal les si kecil tak ubahnya orang kantoran yang sibuk dengan berbagai meeting. Hari ini les itu, besok les ini, lusa ada les lagi. “Wah, sibuk kali anak ini!” kata si Naga Bonar he..he..
Bila kita intip, apakah keikutsertaan si kecil dalam berbagai les itu benar-benar aspirasi si kecil atau malah ambisi Moms? Jangan-jangan les ini les itu si kecil karena ingin menyeimbangkan waktu Anda yang habis di kantor. Jadi selama Anda di kantor, anak-anak les sana-sini sehingga waktu Anda pulang kantor bersamaan dengan si kecil pulang les.
Padahal mengenalkan dunia les pada si kecil berarti sudah meminta si kecil untuk belajar bertanggung jawab loh Moms!

Bisa Sebabkan Stres
Ikut les belum tentu hal yang menyenangkan bagi anak, bisa-bisa dia malah stressful atau bahkan depressed. Untuk itu, Moms harus bisa memahami si kecil dengan baik dan jangan memaksanya melakukan hal yang kurang ia sukai. Lebih baik, dukung apapun keinginannya selama semua itu positif.
Pernahkah terpikir oleh Moms, menjalani les yang si kecil sukai saja bisa membuat si kecil stres, apalagi menjalani les yang kurang ia sukai?
Nando salah satunya. Nando didaulat ibu dan bapaknya untuk menjadi pianis. Seakan gayung bersambut, Nando amat senang membagi waktu bermainnya untuk mengikuti les piano. Tapi entah kenapa beberapa hari terakhir ini, Nando selalu murung dan loyo ketika les. “Nando pingin sekali nggak masuk les hari ini, soalnya mau main sepeda bareng Ario,” batin Nando yang kecil-kecil sudah mengalami dilema. Ya, siapa sangka hal kecil seperti itulah yang bisa memicu stres bocah kecil ini yang takut mendapati ibunya marah karena tak masuk les dan dicap pemalas.
Sesekali tak apa bila si kecil ingin menggantikan waktu lesnya dengan bermain. Yang penting sesudah itu perkenalkan kembali tujuan dari les tersebut. Ingat, masa kecil hanya datang sekali saja dan tidak pernah bisa terulang. Dan jangan sampai Moms merampas hak bermain anak dengan ‘menggunting’ jam bermain anak tanpa toleran.
Mungkin Moms juga pernah mengalaminya waktu kecil dulu. Rentetan alasan mogok les tiba-tiba menggunung. Mulai dari letih, ngantuk, pusing, sakit perut, dan sebagainya. Sebagai orangtua, ada baiknya kita mencari tahu apa yang ada di balik alasan-alasan itu. Siapa tahu, masalah sebenarnya adalah, anak bosan dengan aktivitasnya yang terlalu padat dan melampaui kemampuannya sebagai balita
Jadi, beri stimulasi yang tepat sesuai dengan perkembangan usia mereka, untuk merangsang semua potensi dalam diri anak. Intinya apapun bekal yang kita berikan kepada anak, pastikan bahwa mereka tidak kehilangan hak mereka, indahnya masa bermain.

Pilih yang Sesuai Minat Anak
Menyelipkan jadwal les pada schedule si kecil sebenarnya tidak salah, karena sangat mungkin bermanfaat. Hanya saja, Moms harus amat peka dengan segalanya. Seperti melihat di mana minat si kecil, lingkungan kelas si kecil, dan juga melihat kemampuan apa yang di ajarkan di kelas lesnya. Seperti, motoriknya sajakah yang diasah, kognitifnya sajakah, atau juga melengkapi kemampuan emosional dan sosialisasi si kecil.
Mengapa harus melengkapi banyak aspek, karena bila Moms mengasah banyak kemampuan si kecil, selain menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, si kecil juga diasah dalam keterampilan berkomunikasi, menumbuhkan rasa empati, belajar bersabar, menghargai orang lain, mendapatkan pengetahuan baru, dan menemukan nilai-nilai baru yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
Untuk itu, akan sangat bijaksana jika orangtua menanyakan minat sang anak sebelum meleburkannya dalam suatu les. Karena sudah pasti setiap anak memiliki kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Tak pelak semua kegiatan les harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak. n


Tip Jalani Les Tanpa Stres
1. Sesuaikan jenis kegiatan serta waktu les dengan usia dan kebutuhan anak.
2. Anggap saja bermain merupakan sarana bagi anak untuk mengekspresikan dirinya untuk beristirahat, sehingga ia akan siap kembali untuk belajar sesudahnya.
3. Ciptakan waktu yang seimbang antara kegiatan les dan kegiatan bermain.
4. Berikan kebebasan pada anak untuk memilih permainan, asalkan sesuai dengan perkembangan dan usia anak.
5. Aktiflah mengikuti perkembangan kemampuan anak dalam lesnya, misalnya selalu menanyakan hal baru apa yang diajarkan hari itu, kesulitan apa yang dialami.
6. Tanyakan juga teman-teman yang ia miliki dalam kegiatan les itu karena salah satu keuntungan mengikuti berbagai les adalah dengan bertambahnya teman yang anak miliki.
7. Yang juga perlu diingat, jadwal les anak harus disesuaikan dengan kondisi anak sendiri. Jangan sampai waktu untuk istirahat bahkan bermain malah hilang akibat kesibukannya mengikuti les. n

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Beras Merah untuk Kesehatan BuMil dan Janin

Beras Merah
Sangat Baik untuk Perkembangan Otak Janin dan Turunkan Kolesterol Ibu Hamil


Warnanya yang merah dan rasanya yang asing di lidah masyarakat, membuat beras merah ini tak lazim dikonsumsi. Padahal kalau ditilik lebih jauh, beras merah luar biasa istimewa dibandingkan kerabatnya, beras putih. Bahkan sangat bermanfaat bagi ibu hamil.

Jangan remehkan beras merah. Beras merah bukan hanya tidak berefek negatif bagi ibu hamil dan janin, bahkan memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik daripada beras putih. Beras merah baik dikonsumsi oleh anak-anak sejak mereka boleh makan makanan padat. Agar mereka terbiasa dan tidak asing dengan rasa beras tersebut.

Kandungan Gizi Super
Banyak faktor yang membuat beras merah lebih unggul dibandingkan beras putih. Pertama, beras merah diolah bukan dengan cara digiling seperti beras biasa, melainkan ditumbuk sehingga beras merah masih memiliki kulit ari yang sudah tidak dimiliki beras biasa.
Kulit ari beras merah mengandung lemak esensial dan serat. Lemak esensial ini merupakan penghasil EPA dan DHA yang sangat baik untuk perkembangan otak janin selama dalam kandungan. Sedangkan untuk sang ibu hamil, beras merah dapat menurunkan kolesterol darah, salah satu faktor risiko penyakit jantung.
Selain dua keunggulan itu, beras merah juga sebagai sumber utama karbohidrat. Protein, tiamin, fosfor dan kalsium juga terkandung di dalam beras merah. Bahkan jika ditimbang kandungan vitamin dan mineralnya, beras merah tetap lebih unggul: 2 - 3 kali lipat dari beras biasa.
Beras merah mengandung tiamin (vitamin B1) yang diperlukan untuk
mencegah beri-beri pada bayi. Jika kekurangan tiamin, bisa mengganggu sistem syaraf dan jantung. Ini diawali dengan gejala nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, ‘kesemutan,’ jantung berdebar dan refleks berkurang.

Anti Oksidan
Keunikan lainnya, beras merah mengandung Selenium yang merupakan elemen kelumit (trace element), yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidae. Sederhananya, selenium berguna sebagai anti oksidan yang mencegah kerusakan sel. Memang hanya sedikit sekali dibutuhkan, tapi sangat penting. Sehingga siapapun yang mengonsumsi beras merah dapat mencegah kanker dan jantung koroner.
Beras merah juga sangat bermanfaat untuk memperlancar diet. Ini karena banyaknya kandungan serat yang terdapat dalam beras merah. Dengan kata lain, dengan mengonsumsi beras merah dapat membantu mengurangi penyerapan lemak. Dengan tingginya serat, otomatis buang air menjadi lebih lancar dan makanan tidak tersimpan terlalu lama di dalam tubuh.
Selain itu serat juga menimbulkan rasa kenyang lebih lama. Karena, tubuh memerlukan waktu yang lama untuk mencernanya, dan akan segera terbuang melalui kotoran.

Tak Perlu Mencuci Lebih Lama
Untuk mengolah beras merah tidak jauh berbeda dengan beras biasa. Malah, kelebihan pengolahan beras merah tidak memerlukan pencucian terlalu lama. Karena pada beras merah memiliki kemungkinan yang sangat kecil terdapat pemutih atau zat warna lain, karena adanya kulit ari yang masih melindungi. Malah, jika dilakukan proses pencucian terlalu lama, dikhawatirkan dapat mengurangi vitamin larut air seperti B1, B6, tiamin, tiasin, dan sebagainya.
Selain itu, beras merah sebaiknya tidak dipanaskan terlalu tinggi. Pemanasan tinggi dapat merusak kandungan proteinnya. Sebaiknya setelah memasak beras merah, jangan dimasukkan ke dalam mesin penghangat terlalu lama.
Dengan setumpuk keunggulan seperti itu, mengapa musti mengedepankan kebiasaan lidah Anda? Segeralah beralih ke beras merah, baik untuk ibu hamil, menyusui maupun anak-anak. Ayah juga boleh ikut menyantapnya. DB
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Sunday 12 August 2012

Serial Mudik: Permainan Tradisional

Serial Mudik
Permainan Tradisional di Kampung Halaman


Salah satu tradisi saat Lebaran adalah pulang kampung atau mudik. Dan biasanya tradisi ini dijadikan ajang untuk berkumpul dengan keluarga besar. Tentu tak hanya berasal dari satu daerah saja, pasti ada juga saudara yang berasal dari luar daerah. Mums bisa loh memanfaatkan hal ini untuk mendekatkan anak-anak dengan kerabat seusianya dengan permainan ‘jadul’ (jaman dulu). Kok permainan jadul? Karena permainan ini sudah banyak tergeser dengan permainan modern. Tak salah mengenalkan mainan lama ini menjadi mainan baru kepada si kecil. Selain alatnya sederhana, cara memainkannya juga mudah. Ya, hitung-hitung melestarikan permainan tradisional jangan sampai punah begitu saja.

Cublak-Cublak Suweng
Kita patut bangga loh Mums, karena mempunyai permainan yang tak kalah serunya dengan permainan truth or dare yang berasal dari negaranya Obama. Orang Jawa menyebutnya cublak-cublak suweng. Permainan yang melibatkan banyak orang ini mengharuskan pesertanya untuk melakukan sesuatu bila tidak bisa menebak dengan tepat. Jumlah peserta yang banyak inilah yang membuat permainan cublak-cublak suweng menjadi lebih seru.

Cara Bermain:
1. Kumpulkan peserta sebanyak-banyaknya atau paling sedikit 6 orang.
2. Siapkan batu kerikil sebagai benda yang nantinya akan disembunyikan saat bermain.
3. Setelah semua peserta berkumpul, lakukanlah hom pim pa dan suit untuk menentukan siapa yang akan menjadi penebak pemegang kerikil.
4. Bagi yang kalah suit, ia harus duduk bersimpuh dengan kepala mencium lantai dengan mata tertutup. Peserta lainnya meletakkan telapak tangan di punggung orang tersebut (kalah suit). Satu peserta bertugas memegang kerikil yang akan disembunyikan.
5. Permainan dimulai dengan menyentuh kerikil ke setiap telapak tangan peserta lain.
6. Sepanjang permainan, peserta menyanyikan lagu cublak-cublak suweng. Syairnya, "cublak-cublak suweng, suwenge teng-gelenter, mambu ketundung gudel, pa empo lera lere, sopo ngguyu ndeliake". Setelah sampai pada kata ‘ndelikake’, kerikil harus digenggam oleh peserta yang tangannya terakhir kali disentuh.
7. Setelah kerikil digenggam, orang yang harus menebak bangun dan duduk bersimpuh. Sementara peserta lain menyanyikan “"sir, sir pong ndelik gopong" sebanyak mungkin hingga orang yang harus menebak menentukan siapa yang menyembunyikan kerikil. Sambil menyanyi, telunjuk tangan digoyangkan dan diarahkan ke orang yang harus menebak. Dia hanya diberikan kesempatan satu kali. Bila tak berhasil, dia akan menjadi orang yang harus menebak pada permainan berikutnya.
8. Bila gagal menebak, akan dimintai mengelilingi lapangan atau hal lain seperti jalan jongkok atau lainnya sesuai dengan kesepakatan. Jangan heran kalau ada permintaan yang aneh-aneh dari peserta lain.

Engklek
Jenis permainan ini sudah jarang sekali dijumpai terutama di daerah perkotaan. Permainan ini juga mempunyai banyak nama, ada yang menyebutnya teklek, engklek ataupun ciplak gunung. Istilah yang disebutkan memang beragam, namun tetap saja cara memainkan tetap sama.

Cara bermain:
1. Siapkan pecahan batu bata atau batu kerikil.
2. Gambar kotak sebanyak delapan kotak dan dibagi empat bagian, di atas kotak berikutnya gambar satu buah tempat yang berbentuk setengah lingkaran sebagai gunungnya.
3. Kumpulkan pemain minimal tiga orang. Setelah itu hom pim pa. Bagi yang menang bisa langsung bermain.
4. Caranya lempar batu kerikil atau potongan batu bata ke kotak yang tersedia. Geser batu dengan menggunakan kaki diangkat satu sambil melompat dari kotak satu ke kotak berikutnya.
5. Begitu seterusnya. Bila sudah sampai ke gunung berarti sudah berhasil melewati satu periode. Setelah itu diulang kembali dari awal.

Egrang
Permainan tradisional satu ini tidak asing lagi bagi anak-anak di masyarakat Jawa. Egrang terbuat dari dua batang bambu yang panjangnya masing-masing sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50 cm dari alas bambu tersebut, bambu dilubangi lalu dimasuki bambu dengan ukuran sekitar 20-30 cm yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Maka jadilah sebuah alat permainan yang dinamakan egrang.
Dalam permainan ini, anak harus bisa menjaga keseimbangan badan. Jika tidak bisa menjaga keseimbangan maka akan jatuh. Jangan takut, jika banyak berlatih dijamin akan terampil menggunakan egrang ini.

Congklak
Congklak merupakan permainan popular. Walau demikian, congklak juga dikenal dengan berbagai nama di setiap daerah. Misalnya dakon, untuk daerah Jawa. Congklak terdiri dari papan yang terbuat dari kayu dengan dua lubang besar sebagai rumah dan 14 lubang kecil sebagai anaknya. Jadi total keseluruhan ada 16 lubang, serta 98 buah biji congklak.
Biji congklak yang digunakan berasal dari cangkang kerang, namun sekarang sudah banyak cangkang kerang yang sengaja dibuat dari plastik. Bahkan di daerah pedesaan ada juga yang memainkan permainan ini dengan cara menggambar papan congklak di tanah menggunakan kapur, sedangkan bijinya menggunakan kerikil kecil.

Cara bermain:
1. Permainan congklak dimainkan oleh dua orang dengan duduk saling berhadapan.
2. Untuk pertama kali permainan, setiap lubang (14 lubang kecil) diisi masing-masing 7 buah biji congklak.
3. Salah satu pemain dapat memulai permainan ini lebih dulu dengan memilih lubang yang akan diambil bijinya, dan meletakkannya satu ke lubang di sebelah kirinya, lalu satu lagi ke lubang sebelah kirinya, begitu seterusnya.
4. Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, sedangkan bila habis di lubang besar miliknya (yang terletak di ujung sebelah kiri pemain) maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya.
5. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
6. Kalau sudah begini, giliran pemain ke dua yang memainkan permainan ini, dengan peraturan yang sama.
7. Permainan dianggap selesai apabila sudah tidak ada lagi biji congklak di lubang kecil kedua pemain (semua biji sudah ada di lubang besar). Pemain yang menang adalah pemain yang memiliki biji terbanyak.
8. Apabila permainan ingin dilanjutkan maka pemain yang memiliki biji yang lebih sedikit terpaksa harus mengosongkan beberapa lubang kecil yang dia punya. Lubang yang kosong tersebut tidak boleh diisi.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Thursday 2 August 2012

Bekerja Bukan Halangan Untuk Memberikan ASI

Ibu Bekerja Tetap Mampu Berikan ASI Eksklusif


Sibuk bekerja, bukan hambatan untuk ibu tidak memberikan ASI eksklusif bagi buah hatinya. Motivasi dalam diri dan sediakan waktu untuk memeras susu. Serta perhatikan cara menyimpannya. Maka permata hati tetap bisa menikmati ASI dengan puas.

Pemberian ASI eksklusif tidak hanya dilakukan para ibu rumah tangga. Tapi bisa juga dilakukan oleh wanita karir. Salah satu caranya adalah dengan memompa air susu ibu tersebut. Kapan sebaiknya para ibu memompa air susunya?
Tidak ada masalah kapan pemompaan susu itu dilakukan; pagi ataupun malam. Toh, hampir semua ibu sudah memiliki kulkas. Jadi tidak ada istilah ASI itu akan basi. Selain itu memompa ASI juga sebagai salah satu cara untuk mengurangi pembengkakan. Jika ibu pekerja tidak mau menyusui anaknya, ASI-nya tetap harus dipompa. Walaupun ASI itu dibuang. Rugi berlipat-lipat.
Mengapa? Selain karena gizi dan perlindungan terbaik untuk bayinya terbuang percuma, dirinya sendiri juga akan sakit karena payudaranya mengalami pembengkakan jika ASInya tak diperas. Bisa menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan infeksi.
Jika setelah terjadi pembengkakan dan si ibu sudah berusaha memeras ASI-nya tetap tidak mau keluar, segera kompres dengan handuk hangat, lalu diurut dari pangkal sampai ke ujung. Pengurutan payudara itu akan merangsang oksitosin. Kemudian, dengan menggunakan jari, peganglah daerah areola, lalu dorong ke belakang. Pada bagian itu akan terasa ada benjolan yang disebut kelenjar susu, tekan, maka ASI keluar pada puting.

Stres Pengaruhi ASI
Banyak ibu pekerja yang merasa produksi ASI-nya kurang. Hal ini kebanyakan dipengaruhi oleh stres yang mereka alami. Maklum, di kantor banyak persoalan. Karena itu, lakukan teknik-teknik untuk menenangkan diri, seperti teknik pernafasan, meditasi, berdoa, atau teknik-teknik manajemen stres lainnya. Lakukan penenangan diri ini sebelum memeras ASI.

Perlukah Asup Suplemen?
Jika setelah merasa tenang, menganggap tidak ada stres, namun produksi ASI masih sedikit, perlukah mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan produksi ASI seperti teh daun katuk? Tidak ada salahnya. Walaupun sesungguhnya dengan minum yang cukup, gizi seimbang, makan buah-buahan, sayuran dan vitamin yang cukup, maka produksi ASI tidak akan mengalami masalah. Karena pada dasarnya, di mulut bayi sudah terdapat rangsangan syaraf-syaraf yang terhubung ke puting si ibu, yang akan dibawa ke daerah otak dan menimbulkan hormon air susu. Inilah yang menyebabkan keluarnya ASI dari payudara. Tapi seandainya Anda ingin mengonsumsi daun katuk atau yang lainnya, tidak apa-apa. Toh, banyak juga yang berhasil.

Menyusui Dulu Sebelum Memeras
Sebaiknya, ibu yang mau memeras ASI terlebih dulu menyusui bayinya. Mengapa? Susu kalau langsung diperas yang keluar adalah fork milk yang lebih banyak kandungan airnya. Tetapi kalau memerasnya sesudah menyusui maka yang keluar adalah hind milk, yang lebih banyak kandungan lemaknya.

Cara Memeras ASI
Perlu dan harus diingat, pada saat ibu memompa air susunya di kantor, sebaiknya, dia mempunyai beberapa botol sebagai wadah penampungan ASI tersebut.
Cara memompanya pun bervariasi. Sekarang ini sudah banyak cara untuk memompa ASI. Selain dipompa langsung pakai tangan, ada juga yang memompanya menggunakan alat yang ada mesinnya. Kedua-duanya aman digunakan. Bahkan menurut sebagian ibu, memompa ASI menggunakan alat lebih mudah. Karena mereka tidak merasa sakit dan air susunya langsung keluar dan masuk ke dalam botol.

Menyimpan ASI
Bagi ibu-ibu yang memompa ASI-nya, sebaiknya disimpan dalam kulkas. Kalau bisa pada bagian freezer-nya. Karena, pada tempat itu pertumbuhan kuman tidak ada. Sehingga susu yang disimpan dalam freezer dapat bertahan satu sampai dua bulan.
Lantas, bagaimana seandainya susu tersebut tidak disimpan dalam freezer? Tentu tidak tahan lama, sekitar dua-sampai tiga hari harus sudah dipakai. Itu kalau masih disimpan dalam kulkas. Sedangkan kalau tidak ditaruh dalam kulkas, artinya disimpan dalam suhu kamar hanya dapat bertahan selama enam sampai delapan jam.
Botol susu yang disimpan itu sebaiknya diberi tanggal sesuai dengan tanggal ibu memompa ASI-nya. Ini bertujuan agar mereka dapat mengetahui, mana susu yang lama dan mana yang masih baru.
Sebaiknya menyimpan susu dalam botol yang kecil. Tandai jam berapa dan hari memerasnya. Sehingga ketika akan diberikan ke anak, ASI yang lebih dulu diperas yang diberikan. Sebab, setelah dipakai, sisanya tidak bisa lagi dipakai.

Cara Mencairkan ASI Beku
Cara untuk mencairkan susu yang beku akibat disimpan dalam freezer: sebelum diberikan kepada bayi, sebaiknya susu itu harus dikeluarkan dari freezer dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar.
Setelah itu, rendam botol susu tadi di dalam panci yang berisi air hangat. Tapi ingat, jangan dimasak! Jangan direbus!

Jika Produksi ASI Berlebih
Ibu-ibu sering kali mengalami hal ini, ASI menetes sendiri, membanjiri baju. Sebaiknya jika sudah dalam kondisi seperti ini segera susui bayi. Kalau memang bayi tidak mau, peras susu. ASI harus dikeluarkan, karena jika tidak akan menyebabkan penyumbatan di payudara dan mengakibatkan infeksi. Biasanya payudara akan terasa kencang.
Untuk mengatasinya kompres payudara dengan handuk hangat sambil diurut. Tujuannya agar ASI tidak lagi menggumpal. Namun, jika sudah parah, biasanya ibu demam, maka segara bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Yang perlu diingat adalah kalau anak sedang menyusu, jangan tiba-tiba berhenti, biarkan anak puas.

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Wednesday 1 August 2012

TIPS: Memberi ASI Saat di Mal dan Tempat Umum

Bagaimana Trik Menyusui di Mal dan Kantor



Tidak sedikit ibu yang membiarkan anaknya menangis, walau bayinya meminta ASI. Maklum, mereka tengah berada di keramaian. Si Ibu malu atau menghindari tatapan mata orang lain. Karena itu, menyusui di tempat umum, seperti mal, perlu juga berlatih agar anak tidak kelaparan. Awalnya, mungkin sulit. Namun, semakin sering berlatih, semakin piawai Anda melakukannya sampai orang lain tidak tahu bahwa Anda sedang menyusui.
Bila Anda sudah memantapkan diri untuk memberi ASI pada si kecil, terutama ASI eksklusif selama 6 bulan, sebaiknya Anda juga mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu harus menyusuinya di tempat umum. Kalau Anda ke tempat umum yang memiliki ruang menyusui (nursery room), tentu tidak terlalu merisaukan. Yang menjadi masalah adalah jika Anda ke mal atau kantor yang tidak mempunyai fasilitas itu.
Berlatihlah sampai Anda dan si kecil merasa nyaman dan percaya diri dengan kemampuan Anda menyusui di tempat umum. Tempat yang paling baik untuk mulai melatih kemampuan tersebut adalah di rumah Anda.
Bila perlu, berlatihlah menyusui bayi sambil berjalan berkeliling. Hal ini dapat Anda lakukan dengan menggunakan alat menggendong bayi yang memungkinkan bayi menempel di dada Anda. Selain bayi merasa aman, tangan Anda pun bebas bergerak sehingga orang lain tidak tahu Anda sedang menyusui.
Menyusui dengan “rapi” adalah sedapat mungkin Anda tidak menarik perhatian orang saat menyusui bayi. Berlatihlah di depan cermin agar Anda dapat melihat apa yang orang lain lihat saat Anda menyusui. Bila Anda mengenakan baju dengan bukaan kancing depan, misalnya, bukalah beberapa kancing bagian atas sehingga Anda tetap “tertutup.”
Anda juga dapat menggunakan selimut. Namun ingat, kontak mata dengan bayi saat berlangsungnya kegiatan menyusui sangatlah penting. Jadi, jangan “menutupi” pandangan bayi Anda.
Kenakan busana yang tepat. Sejak Anda memutuskan menyusui bayi, sejak itu pula Anda sebaiknya melakukan penyesuaian dengan jenis busana yang Anda kenakan. Solusi gampang adalah mengenakan busana two pieces, yaitu atasan dan bawahan. Lebih baik lagi bila baju atasan yang Anda kenakan adalah baju menyusui. Berlatihlah menyusui dengan aneka model baju, sehingga Anda akan menemukan model baju yang Anda rasa paling nyaman dan tepat untuk menyusui di tempat umum.
Segera menyusui bayi saat ia lapar. Saat berada di tempat umum, waspadalah dengan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi saat ia merasa lapar. Anda sebaiknya segera menyusuinya bila ia tampak gelisah seakan-akan ada yang ia cari, rewel, atau mengisap jari tangannya. Jangan ditunda menyusuinya sampai ia menangis dengan suara yang semakin lama semakin keras. Karena, hal ini tentu akan menarik perhatian negatif dari orang-orang di sekitar Anda. Bila segera disusui, bayi akan tenang dan biasanya tidak menarik banyak perhatian.
Temukan tempat yang baik. Bila Anda berada di restoran atau area lain yang ramai dan tidak punya ruang laktasi, cobalah untuk duduk. Bila mungkin, pilihlah tempat yang dapat memberi sedikit privasi, misalnya di sudut ruangan yang cukup luas atau di samping suatu dinding. Bila Anda tidak berhasil mendapatkan tempat seperti itu, rundukkan badan Anda untuk menghindari pandangan orang lain saat membuka baju dan menempelkan mulut si kecil ke dada Anda. Setelah si kecil mulai menyusu, rapikan baju Anda, lalu tegakkan kembali badan Anda. Orang umumnya tidak akan memperhatikan bila Anda tidak bertindak berlebihan atau dibuat-buat. Dengan kata lain, bersikaplah wajar.
Toilet atau kamar kecil diakui banyak ibu sebagai tempat yang tidak nyaman untuk menyusui. Seperti juga kita yang enggan makan di toilet, bayi pun mungkin menginginkan hal yang sama.
Yang tak kalah pentingnya, menyusui bayi di tempat umum tidak perlu membuat Anda gugup atau tidak nyaman. Menyusui bayi adalah hal yang benar dan alami. Bila seseorang memperhatikan Anda, balaslah pandangannya sambil tersenyum. Hal ini akan membuat mereka mengalihkan pandangan dari Anda. Yang penting, tetaplah teguh dengan prinsip Anda, bahwa Anda sedang melakukan sesuatu yang terbaik untuk bayi Anda. DB

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)


Mal dan Kantor yang Memiliki Ruang Laktasi

Plaza Semanggi Lt. 3A
Jl. Jendral Sudirman Kav.50, Jakarta 12930

Senayan City Lt. 4
Jl. Asia Afrika Lot 19 Jakarta Selatan 10270

Family Salon & Nursery Room
Lantai 6 Pasaraya Grande
Jl. Iskandarsyah, Blok M, Jakarta Selatan

The Residences at Puri Casablanca
Jl. Puri Cablanca No.1 Kuningan, Jakarta 12870

Mal Ciputra Jakarta
Lantai LG, No. 34A
Jl. Arteri S. Parman, Grogol
Jakarta 11470

Transit room Terminal D
Bandara Soekarno Hatta Cengkareng

The Imperial Aryaduta Country Club
Jl. Boulevard Jendral Sudirman
Lippo Karawaci Tangerang

PT.Unilever Indonesia Tbk
Jl. Jend. Gatot Subroto kav. 15
Jakarta 12930

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

Kembalilah ke ASI Agar Bayi Tak Alergi

Bayi Rentan Alergi Karena Susu Formula

Bayi yang diberi susu formula sebelum usianya 6 bulan cenderung rentan terhadap reaksi alergi dibandingkan bayi yang hanya diberikan ASI. Lalu apa yang bisa kita lakukan jika bayi alergi?


Bayi alergi disebabkan karena sistem pencernaan bayi berusia 0-6 bulan belum bekerja sempurna, sehingga bayi tidak dapat mencerna protein dalam susu formula dan akan menyerapnya secara utuh. Jika sistem pencernaannya sudah sempurna, protein dalam makanan akan dicerna dengan bantuan enzim. Karena itulah, WHO selalu menyarankan upaya pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan, tanpa makanan tambahan maupun susu formula.
Sekitar 50-80 persen alergi disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Selain itu, pencetus alergi dapat berupa menurunnya daya tahan tubuh maupun pemberian makanan tertentu (mengandung alergen) yang terlalu dini pada bayi. Contoh makanan yang bersifat alergen yaitu ikan, telur, kacang, sea food, susu sapi, dan coklat.
Bila salah satu orangtua menderita alergi, maka 50 persen kemungkinan anaknya juga akan menderita alergi. Apalagi jika kedua orangtua menderita alergi, maka kemungkinannya akan semakin besar lagi. Gejala alergi yang disebabkan oleh faktor keturunan biasanya tidak langsung terlihat dan akan tampak jika si anak sudah berusia 5-10 tahun.

Pencegahan
Sebenarnya reaksi alergi bisa dicegah sejak dini. Salah satunya adalah dengan pemberian ASI selama 6 bulan. Namun, jika si ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif, maka bayi bisa diberikan susu formula khusus untuk mencegah alergi.
Susu formula pencegah alergi merupakan susu formula yang telah melalui proses hidrolisis parsial, yaitu susu tersebut sudah diproses namun masih disisakan yang aslinya agar tubuh bisa mengenalinya dan akhirnya tubuh si bayi tidak kaget jika suatu saat mengonsumsi susu itu lagi.
Namun, jika kondisi alergi sudah timbul, maka si bayi bisa diberikan susu kedelai maupun susu yang telah melalui proses hidrolisis sempurna, yaitu susu tersebut sudah diproses dan tidak mengandung alergen lagi.

Gejala Alergi
Reaksi alergi biasanya berupa diare, muntah, dan serangan asma. Hentikan langsung pemberian susu atau makanan tertentu yang menyebabkan reaksi itu muncul, dan makanan tersebut bisa diberikan kembali setelah 6 bulan kemudian. Pemberian makanan pencetus alergi sebaiknya diberikan jika usia si bayi sudah 1 tahun.
Alergi yang bersifat berat akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Namun, hingga kini belum diketahui bagaimana cara menyembuhkan alergi secara total. Gangguan tersebut diduga akan hilang seiring dengan pertumbuhan si kecil. Agar gejala alergi tidak muncul kembali, sebaiknya hindari si kecil dari makanan yang mengandung alergen dan selalu konsultasikan kondisinya kepada dokter yang tepat.

Pemberian Makanan Semipadat
Dalam memberikan makanan semipadat sebagai pendamping atau pelengkap ASI/susu formula, perhatikan mutu bahan makanan yang terkandung di dalamnya. Bahan makanan yang bermutu tinggi akan menjamin kualitas zat gizi yang baik pula.
Sesuaikan jumlah dan jenis makanan dengan kebutuhan fisik dan kemampuan pencernaan si kecil. Semakin bertambah usianya, maka kebutuhannya akan zat gizi pun akan semakin meningkat pula.
Lakukan pemberian makanan semipadat ini secara bertahap. Mulanya, mulailah dengan jumlah sedikit dan dalam bentuk encer, kemudian makin lama makin banyak dan dibuat lebih kental. Sebaiknya ibu tidak memperkenalkan beberapa makanan sekaligus pada si kecil dalam waktu bersamaan. Setidaknya tunggulah empat hari, barulah ibu boleh memperkenalkan jenis makanan yang lain. Hal ini perlu, agar si kecil dapat menyesuaikan diri sekaligus memberinya kesempatan untuk benar-benar mengenal dan dapat menerima jenis makanan baru. Dengan cara ini ibu pun dapat mendeteksi ada tidaknya reaksi alergi si kecil pada jenis makanan tertentu.
Saat pertama kali memperkenalkan makan semi padat di kecil, jangan sekali-sekali memaksanya, karena hal ini dapat mempengaruhi perkembangan emosionalnya. Bersabarlah, dan biarkan si kecil mengembangkan rasa suka dan tidak sukanya sendiri. Agar ia tidak terlalu merasa asing dengan makanan barunya, mungkin Ibu juga dapat mencampur makanan tersebut dengan susu atau sari buah yang sudah dikenalnya.
Mulailah memberikan makanan semi padat secara bertahap, mulai dari buah-buahan, tepung-tepungan, lalu sayuran. Jenis makanan seperti daging, ikan dan telur biasanya diberikan pada si kecil bila ia telah berusia 6 bulan, itupun masih harus dilunakkan.

Bila si Kecil Susah Makan
Adakalanya si kecil menolak makanan semi padatnya. Jangan buru-buru menganggapnya tidak menyukai makanan yang ibu berikan, karena bisa saja si kecil masih merasa asing dengan makanan barunya atau sistem pencernaannya belum terbiasa menerima makanan lain selain susu. DB
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)


Ragam Alergi pada Bayi

Sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna seringkali menyebabkan ia mengalami alergi terhadap beberapa jenis makanan tertentu, seperti:

Susu sapi. Penyebabnya, karena protein yang terdapat pada susu sapi dan produk olahannya mengandung beta lakto globulin, yang dapat menimbulkan alergi.
Gejalanya: diare, muntah, sakit perut, eksim ataupun ruam kulit.

Kacang-kacangan. Sebenarnya alergi karena kacang-kacangan jarang terjadi. Alergi hanya terjadi akibat jenis kacang tertentu, seperti kacang tanah, yang sering disebut-sebut sebagai salah satu pemicu alergi berat yang dikenal dengan nama anaphylatic shock.
Gejalanya: pembengkakan tenggorokan yang akan menyebabkan kesulitan bernafas.

Intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan sistem pencernaan tubuh untuk mencerna laktosa karena kurangnya enzim pencernaan yang disebut laktase dalam usus. Hal ini biasanya oleh bakteri atau virus yang merusak mukosa (selaput lendir) usus, sehingga tidak bisa memproduksi laktase. Biasanya terdapat pada susu.
Gejalanya: diare

Intoleransi gluten. Intoleransi gluten adalah kondisi alergi yang mirip seperti intoleransi laktosa, bahkan terkadang dapat terjadi secara bersamaan. Biasanya terdapat jenis makanan seperti gandum, barley, havermut, dan produk olahannya.
Gejalanya: kembung, mual, diare dan kram. DB

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)