Thursday 14 July 2011

Prestasi = (Bakat + Minat) x Karakter


Anakku gemar sekali menyanyi, padahal umurnya ketika itu baru menginjak tiga tahun. Setiap lirik lagu yang sering muncul di televisi dengan mudah dihapalnya. Berbeda dengan teman-teman sepantarannya. Rasanya bangga sekali melihat kelebihan yang dimiliki anakku. Tapi sayangnya ketika masuk sekolah dan ikut les menyanyi, ia malah terlihat enggan dan kurang berminat menyanyi di depan umum. Ternyata usut punya usut, ia kecewa lantaran nilai menyanyinya jelek. Apakah nilai bisa membuat bakat dan minat anak menjadi surut? – Nydia, Semarang.

Pertanyaan ini menggambarkan pengertian kebanyakan orang bahwa bakat itu bisa meningkat atau menyurut. Padahal, bakat itu bersifat bawaan. Bakat tidak bisa dipengaruhi lingkungan. Kalau pun bisa, pengaruhnya sangat kecil.

Jadi, seorang anak yang berbakat matematis, mekanis, seni atau olahraga misalnya, tidak bakal bakatnya hilang atau turun hanya karena kejadian seperti nilai akademik rendah. Nilai buruk itu mempengaruhi perasaan anak, sehingga minatnya untuk menyanyi berkurang.

Akan tetapi, seorang anak berbakat umumnya memiliki motivasi yang kuat, sehingga biasanya peristiwa seperti mendapatkan nilai akademik rendah seperti itu tidak membuatnya gentar, tidak menyurutkan semangatnya, malah memacunya. Boleh jadi, orangtua, guru maupun anak itu sendiri belum atau keliru mengenali bakatnya. Mungkin, ia memang kurang memiliki bakat menyanyi, sehingga kurang memiliki komitmen dan keteguhan. Besar kemungkinan, bakatnya malah ada di bidang lain.

Apa sih Bakat Itu? Kalau Minat?
Bakat adalah sesuatu yang berasal dari gen, dibawa sejak lahir. Bakat dibawa dari orangtua (kakek-nenek, buyut, dst).

Bukan berarti kalau sudah punya bakat ini dan itu, tidak perlu diasah. Bakat itu sendiri hanyalah potensi (modal dasar). Karenanya, bakat perlu ditajamkan, dirangsang agar muncul dan dapat terlihat sebagai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan menjadi bekal di masa depannya.

Kalau tidak diasah? Bakat tersebut tidak akan surut; hanya terpendam, tidak terlihat dalam kecakapan.

Proses merangsang, menajamkan dan mengasah bakat tersebut membutuhkan minat. Minat merupakan ketertarikan anak terhadap suatu hal yang memotivasi dirinya melakukan hal tersebut tetapi belum tentu ia memiliki bakat di dalamnya. Minat bisa kita anggap seperti “kegemaran.”

Minat ini pada anak-anak kecil biasanya masih seperti gelombang laut: naik-turun, kadang kuat, di lain waktu turun drastis, bahkan benci. Karena itu, minat bisa dipengaruhi oleh suasana hati dan sikap lingkungan, khususnya teman-teman dekat anak Anda. Kalau teman-temannya suka balet, ia juga ingin ikut les balet.

Nah, tugas orangtualah untuk menumbuhkan minat anak – setelah berhasil mengidentifikasi bakat anaknya. Bagaimana cara menumbuh-kuatkan minat tersebut?

Sebagai contoh, anak Anda punya bakat logika visual, berarti nantinya ia bisa menjadi, antara lain, arsitek. Nah, agar ia punya minat kuat, sering-seringlah ajak memandangi bermacam-macam rumah dan gedung. Bahaslah detail-detail bangunan itu, potretlah, gambarlah. LIhat dari depan, belakang, samping. Ajak ia ke bank yang bangunannya serba kaca. Lain kali ajak pergi ke museum yang gedungnya peninggalan Portugis. Belikan, bacakan dan diskusikan buku-buku yang banyak gambar-gambar gedung dan bangunan.

Jadi, urutan yang ideal adalah: mengetahui bakatnya sedini mungkin, baru kemudian menumbuhkan minatnya sesuai dengan bakatnya. Sesuai? Ya, tidak jarang (berarti sering, ya… ) orangtua sudah punya keinginan tertentu, “profesi” yang menurutnya cocok untuk dijalani anaknya ketika dewasa nanti. Maka, orangtua sejak kecil “memaksakan” sejumlah les dan hobby untuk anaknya. Bisa saja, si anak benar-benar berminat akan bidang itu – tetapi sesungguhnya bakatnya di bidang itu kecil saja. Atau sebaliknya, minatnya tetap tidak tumbuh juga (ini sebenarnya tak terlalu masalah bagi si anak karena toh bakatnya memang kecil).

Kalau terlambat mengetahui bakatnya? Ya, kesempatan untuk menumbuhkan minatnya jadi berkurang. Apakah kalau tak pernah ketahuan bakatnya, ia tak bakal berprestasi?


Bakat + Minat = Prestasi
Ringkasnya, yang ideal adalah antara bakat dan minat selaras. Maka, besar kemungkinan, prestasinya di bidang bakat itu akan sangat tinggi. Kalau bakatnya besar tapi tak punya minat? Ya bisa saja tetap berprestasi, tetapi motivasinya gampang turun; sukacitanya tidak meledak-ledak.

Sebaliknya, jika tak punya bakat tetapi minatnya membuncah? Bisa saja ia berprestasi, tetapi karya-karyanya nanti terasa biasa saja. Seperti tidak ada “roh”nya. Lagipula, pada saat belajar atau berkarya, ia membutuhkan waktu dan usaha yang berlipat-lipat lebih lama dan lebih keras dibandingkan anak yang bakatnya besar.


Siapakah Anak Berbakat Itu?
Semua anak tentu memiliki bakat. Ada yang hanya kuat di satu bidang saja, misalnya batak ‘seni verbal’ seperti berpidato atau menyanyi. Tetapi ada yang memiliki bakat di beberapa bidang sekaligus. Anak terakhir ini disebut “multi-talented” alias berbakat darab. Misalnya, ia punya bakat kuat dalam berhitung, memainkan tubuh dan anggota badannya, dan berfikir dalam kata-kata. Anak ini akan cakap dalam matematika, mengingat banyak nomor telepon, menari, bermain sirkus, bercerita, mendongeng, dan berpidato.

Dalam khasanah psikologi, ada istilah “gifted child” atau “anak berbakat.” Ini maksudnya bukan sekadar anak yang punya satu atau banyak bakat. Seorang anak disebut “anak berbakat” jika ia sekaligus memiliki tiga hal: kemampuan umum di atas rata-rata, komitmen kuat terhadap tugas-tugas (yang berkaitan dengan bakatnya) dan kreativitas yang tinggi.

Kemampuan di atas rata-rata itu bisanya juga diukur dengan intelijensinya. Anak Berbakat umumnya memiliki skor intelijensi di atas 130. Komitmen itu tampak dari semangat dan kegigihannya. Walau Anda tidak memberikan alat-alat gambar yang memadai, ia tetap terus menggambar di mana pun dan dengan sarana apa pun. Kreativitas bisa ditengarai dari ide-idenya (maupun tindakan dan karya-karyanya) yang kerap tak terpikir oleh kebanyakan anak atau bahkan orang dewasa; bahkan mungkin dianggap aneh.

Anak berbakat ditandai dengan sikap kritis, banyak bertanya, agak susah diatur, punya rasa ingin tahu yang besar dan memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi. Misalnya, anak yang berbakat tak cuma ingin main ke mal, namun mereka juga memiliki keinginan untuk mengunjungi museum dan berbagai tempat lainnya.

Bila anak Anda selain memiliki bakat tetapi juga berintelijensi superior atau malah genius, gigih pantang menyerah dan kreatif, maka ia bukan hanya layak disebut “anak berbakat” tetapi sebaiknya masuk sekolah atau kelas khusus untuk anak-anak berbakat – yang sayang sekali di Indonesia belum ada. (berbeda konsep maupun aplikasi dari kelas akselerasi).

Bagaimana Mengidentifikasi Bakat dan Keberbakatan Anak?
Cara paling mudah dan murah adalah dengan mengamati perilakunya, sejak lahir sampai balita. Kalau ia sering menggambar, jari-jemarinya saat memegang krayon tampak tidak tegang dan menggambar dengan hati selalu gembira, besar kemungkinan ia berbakat seni visual.

Kelemahan cara ini ada pada pihak orangtua dan lingkungan. Kalau orangtua kurang peka atau tidak punya waktu untuk mengobservasi, ya sulit untuk mengenali bakat anak. Lagi pula, karena keterbatasan pengetahuan dan akibat mitos masyarakat, boleh jadi perilaku tertentu tidak dianggap sebagai bakat oleh awam. Misalnya, anak yang senang memanjat pohon, cakap berlari di atas pematang sempit, pintar melompat dari tempat tidur tanpa pernah jatuh, bisa saja malah dicap sebagai anak “nakal,” alih-alih sebagai anak yang punya bakat “seni-kinestetik.”

Karenanya, orangtua musti selalu mengamati dan memperhatikan kegiatan anak, apa yang disukai dan bagaimana anak melakukan kegiatan tersebut.
Termasuk ketika anak mulai bersekolah dan tampak memiliki prestasi yang baik, misalnya mampu melukis atau menari dengan baik, orangtua bisa mengarahkan dengan mulai memasukkan anak untuk ikut kursus-kursus yang sesuai.

Cara lain untuk identifikasi bakat anak yang paling jamak dilakukan selama ini adalah dengan mengikutkan anak pada “tes bakat” yang dijalankan oleh psikolog. Sekolah jamak mengadakan “psikotes” pada saat menjelang penjurusan di SMA. Ini sebenarnya bukan hanya terlambat (walau ada yang bilang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali) tetapi sesungguhnya ini praktek yang membuat awam semakin tidak memahami apa itu psikotes, entah itu tes intelijensi, tes bakat, tes minat atau tes kepribadian. (tetapi tentang apa sebenarnya psikotes ini, saya akan menulisnya di kesempatan lain).

Selain itu, “tes bakat” yang selama ini dijalankan sesungguhnya masih kontroversial, diperdebatkan apakah memang bisa mengukur atau mengidentifikasi “bakat” atau sebenarnya hanya mengukur intelijensi saja. Saya termasuk dalam barisan yang memandang “tes bakat” sebenarnya hanya mengukur intelijensi, bukan bakat (menurut definisi di atas).

Cara pengukuran lain yang baru berkembang di Eropa adalah melalui “Aura-Graphology Psychodiagnostics.” (Anda bisa membaca FAQ tentang metoda ini di note saya yang lain.) Prinsip metoda ini adalah “membaca” gelombang elektrofotonik yang dipancarkan dari tiap area otak anak: tiap jenis bakat dipancarkan dari area otak yang berbeda.

Bagaimana kalau setelah anak mengikuti tes bakat dan minat, ternyata hasilnya berbeda dari yang selama ini sudah dikenali orangtua? Dan yang lebih jamak lagi, berbeda dari minat anak? Sebagai contoh, teman-teman Nadja – bungsu saya – banyak yang menangis setelah membaca hasil tes bakat-minat mereka karena berlawanan dengan minat mereka. Hal ini biasa terjadi karena ada bakat atau potensi yang memang belum tergali dan belum dioptimalkan oleh anak maupun orangtuanya.

Kalau hasil tes bakat berbeda dengan minat anak, maka anak dan orangtua tinggal menimbang-nimbang kembali beberapa pilihan hidup seperti saya utarakan di atas:
A. Bakat besar + minat besar di bidang yang sama = usaha kecil saja sudah menghasilkan prestasi besar.
B. Bakat kecil + minat besar di bidang yang berbeda = usaha sangat keras & waktu cukup lama untuk berprestasi & karya tanpa “jiwa”.
Mana yang akan anak pilih, apakah pilihan A atau B, bisa jadi sangat bergantung pada karakter dan kepribadiannya. Selain itu, untuk menjadi sukses dan beprestasi, tidak hanya butuh bakat dan minat, tetapi banyak faktor lainnya seperti kemauan, motivasi, sikap hidup, kepribadian, potensi kepemimpinan dan terutama karakter. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – Psikolog, Family Therapist
Untuk konsultasi, permintaan seminar dan mengikuti “Aura-Graphology Psychodiagnostics,” hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Monday 4 July 2011

MEMILIH PASTA GIGI ANAK

Apa pun Rasanya, Pilih Pasta Gigi Anak yang Mengandung Fluorida

Tanya: Saya ibu dari satu putri. Belakangan ini, saya mulai mengajarkan si kecil untuk menyikat giginya sendiri. Dok, saya agak bingung memilih pasta gigi untuk si kecil, apalagi beredar banyak sekali pilihan rasa. Sebenarnya, bagaimana cara memilih pasta gigi yang baik? Apa saja kandungan yang penting? Bagaimana jika pasta gigi tertelan? Terimakasih. Artika – Jakarta.

Jawab: Bu Artika, pada usia 3-5 tahun anak sudah bisa diajarkan untuk menyikat gigi. Patokannya, jika anak sudah mampu membuang ludahnya sendiri, berarti ia sudah boleh diberikan pasta gigi. Pertimbangannya, agar pasta gigi tersebut tidak tertelan.

Pasta gigi anak-anak beraneka pilihan rasa buah, antara lain jeruk, apel, strawberi. Sebaiknya biarkan anak memilih pasta gigi sesuai seleranya. Bila anak sudah menyukai rasa tertentu, otomatis waktu menggosok giginya lebih lama. Sebab durasi anak-anak untuk membuka mulut dan menyikat gigi, tentu tidak selama orang dewasa.

Kandungan Pasta Gigi
Pasta gigi yang beredar tentu sudah memenuhi standar tertentu. Di Indonesia, pasta gigi anak umumnya berisi bahan aktif (fluoride dan calcium), bahan abrasif (silica) serta bahan tambahan lainnya, seperti pemanis dan aroma.

Fluoride termasuk komponen yang dapat memperkuat gigi, mencegah terjadinya karies (lubang gigi) serta menghambat pembentukan karang gigi.
Pasta gigi balita dianjurkan mengandung fluoride sebanyak 500 ppm atau 0,5 mg/g pasta. Pasta gigi anak usia 6-11 tahun dianjurkan mengandung fluoride sebanyak 1000 ppm atau 1 mg F/g pasta. Bila pasta gigi berfluor digunakan secara rutin, dapat menurunkan terjadinya karies sebesar 25 persen.

Kalsium dalam pasta gigi umumnya ditemukan dalam bentuk calcium phosphate atau calcium gluconate. Kalsium berperan dalam proses pemulihan gigi berlubang.

Bahan abrasif yang umum ditemukan dalam pasta gigi adalah silica. Bahan abrasif ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk menghilangkan plak. Sedangkan
bahan tambahan, misalnya xylitol atau sorbitol yang merupakan pemanis tetapi dapat mengurangi resiko terjadinya gigi berlubang. Serta ditambahkan aroma buah-buahan yang disukai anak-anak.

Amankah Bila Tertelan?
Pemakaian pasta gigi pada anak-anak sebaiknya dilakukan dengan pengawasan orangtua, terutama pada anak yang belum dapat meludah dengan baik. Dari hasil penelitian selama ini, ditemukan bahwa anak usia 2-4 tahun menelan pasta gigi yang diberikan sebanyak 35 persen, sedangkan pada usia 5-7 tahun menelan sebanyak 14 persen.

Walaupun hal ini tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius tetapi dapat menyebabkan terjadinya fluorosis (keropos) email yang ringan. Karena itu, pemberian pasta gigi pada anak usia pra sekolah sebaiknya sedikit saja, yakni di ujung sikat sebesar kacang polong.

Cermati Aturan Pakai
Perhatikan instruksi pada kemasan pasta gigi. Tidak semua pasta gigi anak-anak mencantumkan pernyataan bahwa pasta gigi aman bila tertelan. Bahkan ada pula pasta gigi anak yang mencantumkan peringatan agar pasta gigi tersebut jangan tertelan dan bagi anak usia di bawah 6 tahun harus dengan pengawasan orangtua.
Jangan abaikan pula pemilihan sikat gigi. Sebaiknya ibu membeli sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut dan sesuaikan dengan usia si kecil. Pilihlah diameter sikat gigi yang tidak terlalu lebar, mengingat rongga mulut anak masih sangat kecil. Sudah tidak bingung lagi kan Bu Artika? Salam hangat. DB

Kalau Anak Digigit Nyamuk

Sudah Biang Keringat, Digigit Nyamuk Pula

Tanya: Hampir tiga hari ini keluarga kami berkunjung ke tempat saudara. Kebetulan udara di daerah saudara saya panas sekali pada siang hari dan pada malam hari banyak sekali nyamuk. Walhasil putriku Nasya (3 tahun), badannya merah-merah seperti biang keringat dan juga bentol-bentol karena digigit nyamuk. Kasihan Nasya, dia terlihat tidak nyaman selama berada di tempat saudara saya. Tapi mau bagaimana lagi urusan kami belum selesai. Rencana kami akan berada di tempat saudara kami selama satu minggu. Apa yang musti saya lakukan untuk mengatasi biang keringat dan bentol-bentol tersebut? Nisrina - Jakarta

Jawab: Wah kasihan sekali ya Nasya, sudah terkena biang keringat digigit nyamuk pula. Memang udara atau suhu yang panas bisa sebabkan biang keringat pada anak. Tak jarang juga timbul pada orang dewasa. Biang keringat merupakan gangguan kulit yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat sendiri disebabkan produksi kelenjar keringat yang terlalu banyak. Gejala yang ada yaitu, rasa gatal yang menyengat, kulit kemerahan, dan ada bentolan yang berair di kulit. Ini bisa dicegah dengan menghindari penghalang penguapan keringat. Jadi menggunakan baju yang berlapis pada anak bukanlah tindakan yang benar lho Mums!

Bila si kecil berkeringat, sebaiknya basuh dengan washlap basah kemudian keringkan, dan yang tak kalah penting gunakan baju yang longgar dan menyerap keringat. Segera ganti bila baju anak yang dikenakan terlihat basah.

Mengatasi Gigitan Nyamuk
Untuk mengatasinya gigitan nyamuk yang terpenting adalah pencegahan, yaitu mencegah agar tak sampai digigit nyamuk, misalnya dengan menggunakan kelambu selama si kecil tidur.
Bila memang sudah bentol merah karena digigit nyamuk, beritahukan anak agar tidak menggaruknya, biasanya bercak hitam muncul karena bentol merah bekas gigitan nyamuk tersebut digaruk-garuk, sehingga timbul luka dan kemudian terjadi infeksi.

Untuk mengatasi bercak-bercak hitam akibat digigit nyamuk, Mums bisa memandikan si kecil dengan menggunakan air dingin dan gunakan sabun yang mengandung pelembab. Bila gatal-gatal pada anak berkelanjutan, segera konsultasikan kepada dokter yang bersangkutan. Karena diperlukan obat minum untuk mengatasi gatal dan salep pada daerah gigitan nyamuk. DB

KEHAMILAN BERISIKO

Kakak Sudah Beranjak Remaja, Adiknya Baru Nongol

Sepuluh tahun lalu Nina melahirkan anak pertama, kini di usia 39 tahun ia hamil lagi. Nina merasa senang, sekaligus khawatir. Dari informasi yang ia terima, semakin tua usia wanita saat hamil – utamanya 35 tahun ke atas - semakin tinggi pula risikonya. Hipertensi, keguguran, kelahiran prematur, diabetes, hamil di luar kandungan, cacat bawaan, bayi lahir mati dan deretan masalah lain yang bisa menimpa ibu maupun janin membuat Nina tak bisa bernafas lega. Waduh!!! Tenang, Anda bisa koq menjalani kehamilan secara aman, asal tahu caranya! Berikut tip singkat dari dr. Wulandari Ekasari, SpOG dari RS. Global Awal Bros, Kalimalang – Bekasi, untuk Moms yang menjalani kehamilan pada usia yang tak lagi muda!

Konsultasikan kehamilan kepada ahlinya
Pada usia rawan ini, BuMil memerlukan pengawasan khusus secara dini selama kehamilan dan proses persalinan. Jadi, sebaiknya BuMil ditangani oleh dokter ahli kandungan dan bukan bidan atau dokter umum. Bila kondisi tidak memungkinkan, setidaknya Anda pernah memeriksakan kehamilan pada dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan USG minimal tiga kali selama kehamilan.

Lakukan deteksi kelainan pada janin
Bisa dilakukan melalui beberapa pemeriksaan (screening) seperti USG dan laboratorium. Contoh, kelainan down syndrome dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG pada kehamilan 12 -16 minggu melalui pemeriksaan nuchal translucency (gambaran pembengkakan di sekitar leher janin). Bila ditemukan kecurigaan tersebut, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan amniocentesis (pengambilan cairan ketuban untuk pemeriksaan kromosom). Bahkan saat ini dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yang tidak terlalu melukai ibu maupun janin yaitu melalui pemeriksaan darah (PAPP-A dan HCG). Beberapa pemeriksaan lain yang juga perlu dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium seperti gula darah untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus, atau pemeriksaan hemoglobin untuk deteksi anemia dan kadar besi dalam darah.

Bersalin di rumah sakit dengan fasilitas yang memenuhi standar
Ya, Anda akan diminta untuk bersalin di rumah sakit besar atau lengkap mengingat risiko yang bisa ditimbulkan. Jangan khawatir, dengan adanya kemajuan di dunia kedokteran, risiko yang ada bisa dikurangi sehingga calon ibu dapat juga melahirkan anak yang sehat seperti ibu muda lainnya. DB

Monday 11 April 2011

Bukan Hujan yang Membuat Anak-anak Sakit

Jangan Salah Kaprah, Bukan Hujan yang Membuat Anak-anak Sakit

Musim hujan belum berakhir. Biasanya, anak-anak hanya bisa memandangi hujan itu atau menyaksikan anak-anak lain bermain hujan-hujanan. Bahkan jika pulang sekolah kena gerimis saja, Mommynya sudah kalang kabut. Benarkah kehujanan bisa membuat anak sakit?

Tik..tik..tik.. bunyi hujan di atas genting, airnya turun tidak terkira, cobalah tengok dahan dan ranting, pohon dan kebun basah semua. Anak-anak biasanya hapal lagu ini. Lagu tentang hujan yang mudah diingat dan gampang didendangkan. Meskipun lagu tentang hujan ini sering diajarkan orangtua pada anak-anaknya, tapi mereka umumnya tak memberi kesempatan anak merasakan air hujan itu sendiri. Apalagi berhujan-hujanan. Alasannya takut sakit.

Sebagian besar orangtua percaya, kehujanan dapat membuat anak sakit. Mulai dari demam, influenza, atau diare. Bahkan, ada mitos dan kepercayaan tradisional bahwa air hujan yang turun untuk pertama kalinya setelah musim kemarau panjang dianggap mengandung sejumlah penyakit.
Mitos ini memang sangat wajar, sebab tak sedikit anak-anak yang jatuh sakit setelah berhujan-hujanan. Tapi, jika benar kehujanan menyebabkan anak sakit, mengapa banyak pula anak-anak yang tetap sehat wal afiat setelah asyik bermain bola di bawah guyuran air hujan? Bagaimana sih fakta yang sebenarnya?

Bukan Hujan Tapi Daya Tahan Tubuh.
Apa yang terjadi saat anak Anda kehujanan? Mereka pasti kedinginan karena tubuhnya basah kuyup oleh air hujan. Saat kedinginan, tubuh dipaksa mengeluarkan energi secara berlebihan. Jika daya tahan tubuh anak sedang lemah, tubuh tidak dapat mengimbangi adanya perubahan suhu tubuh yang terlalu drastis. Akibatnya, daya tahan tubuh semakin menurun dan kesehatannya pun terganggu. Penyakit yang muncul dapat bermacam-macam, seperti influenza, batuk dan flu, demam, diare, atau gatal-gatal.

Umumnya, penyakit yang lebih mudah timbul adalah penyakit yang sedang marak atau sedang musim pada waktu anak kehujanan. Tetapi, sakit yang diderita anak umumnya tidak terlalu parah. Bahkan dapat sembuh tanpa pengobatan atau hanya dengan semangkuk sup panas dan baluran minyak kayu putih ke sekujur tubuhnya.

Jadi, sebenarnya kehujanan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan pada anak bila daya tahan tubuh mereka cukup baik. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua tidak terlalu protektif. Biarkan sesekali anak berhujan-hujanan. Hal ini baik agar tubuh anak membangun daya tahan terhadap hujan dan suhu dingin,’ sarannya sambil mengisahkan masa kecilnya yang juga senang bermain hujan.
Walaupun begitu, Anda perlu berhati-hati pada anak penderita asma dan anak yang alergi. Kehujanan bisa memicu kambuhnya asma dan serangan alergi, berupa gatal-gatal, batuk, atau bersin-bersin. Begitu pula pada anak-anak yang mengidap penyakit kronis. Kehujanan bisa menurunkan daya tahan tubuhnya dan penyakitnya bisa jauh lebih parah.

Salah satu alternatif untuk menjaga kesehatan anak selama musim penghujan adalah dengan menggunakan minyak kayu putih. Kayu putih sendiri berasal dari Australia dan banyak ditemukan di Indonesia bagian timur. Sudah sejak lama bangsa Aborigin dan masyarakat di Kepulauan Maluku menggunakan minyak kayu putih sebagai antiseptik tradisional yang dapat meredakan batuk, pilek, radang tenggorokan dan berbagai jenis infeksi lain.

Dengan menghirup minyak esensial kayu putih yang telah diteteskan ke air panas dapat melegakan saluran pernafasan. Minyak esensial kayu putih mengandung antibiotik yang sangat kuat, demikian juga antiviral dan antijamur. Eucaliptol, salah unsur kimia yang terkandung pada minyak esensial kayu putih kini banyak digunakan dalam obat-obatan modern, untuk mengatasi flu yang dijual bebas, seperti balsem yang digosokkan di dada saat pilek.

Dengan menggosokkan minyak kayu putih di dada dan pada punggung anak setelah mandi dan sebelum anak beraktivitas dapat membantu anak dalam meningkatkan daya tubuhnya dan menghindarkan anak dari berbagai penyakit yang biasa muncul dimusim penghujan. DB


Mengenal Lebih Dekat Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.

Karena penggunaannya yang luas tersebut, mutu minyak kayu putih yang dijual di pasaran perlu mendapat perhatian. Untuk memenuhi tuntutan mutu tersebut, lahirlah standar nasional kayu putih yang diusulkan oleh PT. Perhutani (persero) melalui Pantek 55S Kayu, bukan kayu dan produk kehutanan, yaitu SNI 06-3954-2001. Standar tersebut menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia.

Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol lebih atau sama dengan 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.

Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1:1, 1:2, dan seterusnya sampai 1:10.

Dalam minyak kayu putih tidak diperkenankan ada minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Minyak pelican merupakan golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin. Biasa digunakan sebagai bahan pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.

Bagian terpenting dalam standar tersebut, selain penetapan mutu di atas, adalah cara uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di dalam dokumen maupun kemasan.

Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara uji visual dan cara uji laboratorium.
Cara uji visual dilakukan untuk uji bau, sedangkan uji laboratorium dilaksanakan untuk menguji kadar cineol, berat jenis, indeks bias, putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak lemak dan kandungan minyak pelican. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi, hubungi Intan di 0813-1641-0088.

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

Apa sih aura itu?
Aura adalah gelombang elektro-magnetik. Dari bayi di dalam kandungan sampai manula yang mau meninggal, semua memancarkan gelombang ini; mulai dari infra merah sampai ultra violet. Gelombang mikro berfrekuensi rendah dan merah infra (panas tubuh) berhubungan dengan fungsi jasmaniah (struktur DNA, metabolisma, sirkulasi, dsb) sedangkan yang berfrekuensi tinggi terkait dengan aktivitas kesadaran kita, seperti berfikir, kreativitas, niat, dan emosi. Nah, bagian terakhir ini paling penting dan bisa dilihat dengan mata telanjang oleh siapa saja.

Bagaimana cara melihat aura?
Bisa dengan kamera Kirlian (buatan Rusia, berukuran besar, seperti mesin MRI, dan HANYA ada delapan (8) di dunia, yang semuanya berada di Eropa) atau dengan mata telanjang oleh siapa saja yang berlatih (yaitu mendalami ilmu psikologi dan/atau kedokteran dan mengambil sub-spesialisasi psikologi/kedokteran aura).

Umur berapa bisa dilihat auranya?
Sejak bayi masih di dalam kandungan, mulai trimester tiga. Jadi, mulai nol tahun, bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai manula.

Bagaimana cara interpretasi aura?
Metoda interpretasi psikologi yang ilmiah didasarkan pada teori-teori ‘Psikologi Dalam’ (Depth Psychology) seperti psikoanalisis. Jadi, interpreter aura harus seorang psikolog dan/atau psikiater.

Bisa mengetahui apa saja?
Banyak sekali informasi yang bisa didapat dari interpretasi aura; antara lain: belahan otak yang dominan; tingkat intelijensi (IQ) dan komponen-komponennya; pola belajar dan bekerja yang sesuai; seluruh peta bakat (bakat komunikasi/bahasa, kreatif-artistik ataukah bakat logika-teknik, sampai bakat kewirausahaan), komponen bakat yang lebih menonjol (yang aktif atau yang reseptif); kecerdasan emosional (EQ) yaitu kemampuan memahami perasaan sendiri dan berempati; tinggi-rendahnya kecerdasan mentalnya (MQ - kemampuan fokus, konsentrasi, daya tahan terhadap stres, dll); rasa percaya diri; pola motivasinya (apakah menaik, menurun, atau naik-turun); pola hubungan sosial; intuisi; karakter dan kepribadian (bahkan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, gangguan belajar, dll); bakat kepemimpinan (leadership), pola kerjasama, juga kebugaran, kesehatan dan gangguan/penyakit.

Apakah aura tiap orang berbeda?
Ya, tiap orang itu manusia unik, tidak satu pun yang sama.

Apakah aura seseorang bisa berubah?
Susunan warna pada cakra kedua tidak berubah; sejak masih di 7 bulan di kandungan sampai sesaat sebelum meninggal. Yang bisa berubah adalah ‘warna situasional, ’ lebar-sempitnya tiap warna, dan intensitas warnanya (muda-tua/terang-gelap).

Apa itu Graphology dan Doodle Test?
Keduanya adalah alat ukur psikologi yang sangat akurat untuk memetakan kepribadian balita yang belum bisa menulis (doodle test) dan anak/orang yang bisa menulis (graphology).

Untuk mengikuti AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS yang dilakukan oleh Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D, hubungi Intan di 0813-1641-0088

dan ikuti artikel-artikel tentang parenting melalui facebook: dono baswardono.

JADWAL AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS
BANDUNG, Sabtu-Minggu 16-17 April 2011, di Warung Pasta, Jl. Ganesha.
SURABAYA, Jumat-Sabtu 22-23 April 2011, di Resto Kemiri 4.
MALANG, Minggu & Senin, 24-25 April 2011, di lobby Hotel Trio 2.
SEMARANG, Kamis-Minggu, 28 April - 1 Mei 2011. Di lobby Hotel Semesta.
JAKARTA, Minggu 15 Mei 2011, di Bakoel Koffie, Jl. Cikini Raya 27, Menteng.

PENDAFTARAN: Hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Wednesday 23 March 2011

Matematika Itu Menyenangkan Lho!

Matematika Itu Menyenangkan Lho!

Oleh: Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D


Kebanyakan orangtua ketika bertemu dengan matematika akan lebih banyak mengerutkan kening daripada menyungging senyum. Tidak sedikit yang dulu punya kenangan buruk bersama pelajaran yang satu ini. Hanya sedikit yang benar-benar mengerti tentang matematika. Yang jelas, kalau berurusan dengan duit pasti tidak ada orangtua yang meleset! Ha ha, bukankah ini lebih realistis dibandingkan hitungan integral, bilangan negatif, dan rumus-rumus lainnya. Namun ini bukan berarti orangtua bisa lepas tangan dan menyerahkan semuanya kepada guru. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa membantu anak-anak menyukai matematika?

Beberapa tahun lalu, saya dihenyakkan oleh sebuah lokakarya untuk para guru yang difasilitasi oleh departemen Matematika ITB. Pertemuan tersebut membuat para peserta manggut-manggut menyadari kekeliruan mereka selama ini. Para ahli matematika itu menunjukkan bahwa matematika sungguh menyenangkan.

Pertama-tama kami dikenalkan dengan soal hitungan. Katakanlah 30 x 15. yang ditanyakan tentu saja jawabannya berapa? Soal begini tentu saja mudah. Hampir semua orangtua, apalagi guru, bisa menjawab soal ini dengan cepat. Tapi komentar Iwan Pranoto, dosen matematika ITB, sungguh bikin keki. Dia bilang, "Bu, Pak. Kalau soal beginian bukan matematika namanya, karena tidak memakai otak." Tentu saja semua tidak setuju. "Coba, di mana letak tidak pakai otaknya Pak Iwan?" tanya seorang bapak. "Mudah saja. Kalkulator saya seharga lima ribu perak pun pasti bisa menjawabnya. Mudah kan? Tidak pakai otak kan?" yakinnya. Tidak seorang pun tertawa. Tampaknya para guru dan orangtua mencoba meyakini bahwa hitungan macam ini tidak ada otaknya.

Matematika Kok Pakai Otot
Iwan meneruskan, “Saat ini banyak sekali yang kita ajarkan tentang Matematika sama sekali tidak berdasar otak, tapi lebih ke otot.” Ia kemudian merujuk pada tren belakangan ini di mana orangtua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke kursus-kursus matematika seperti sempoa dan kumon, juga olimpiade Matematika. Menurutnya, belajar sempoa atau metoda apa pun yang digunakan untuk bisa menghitung lebih cepat, relatif tidak menggunakan otak. “Yang mereka pakai cuma otot,” tandasnya sambil mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan otot bisep yang menyembul di sana.

Untuk membuktikan pernyataannya tentang kursus-kursus matematika yang menjamur, Iwan bereksperimen dengan sejumlah soal cerita. Ternyata, anak-anak yang "pintar" di kursus-kursus tersebut kelabakan menyelesaikannya. Problemnya? Matematika itu persoalan nalar, otak. Bukan hanya kecepatan menghitung.

Biarkan Anak Mencari Jawabannya Sendiri
Masih tidak percaya? Mari, kami ajak Anda untuk kembali ke ruangan lokakarya tersebut. Atmosfir ruangan berubah semakin hangat saat para guru dan orangtua dipertemukan dengan kesalahan-kesalahan cara mengajarkan matematika terhadap anak-anak. Seringkali anak-anak kita ajarkan dengan menggunakan jalan pintas ketimbang menemukannya sendiri.

Ini contoh lainnya yang menarik lagi. Ada dua pertanyaan:
1. Mengapa kalau kita membuat perkalian, selalu di mulai dari belakang?
.........................123
.............................5 x
Perhatikan angka lima di bawah angka 3

2. Tetapi jika modelmya pembagian, justru angka pembaginya itu diletakkan di depan
contoh: 2/ 123 \ = ....
Perhatikan angka 2 yang berada di depan bilangan 123

Padahal ternyata bisa juga dimulai dari mana pun. Memangnya tidak boleh kalau
mengalikan sesuatu dimulai dari ratusan, puluhan lalu satuan? Pada contoh di
atas, perkalian 123 x 5 bisa diselesaikan dengan mengalikan ratusan, lalu puluhan,
lalu satuan. Jadi, tidak musti dimulai dulu dari satuan, terus ke puluhan, terus ke ribuan.

Sambil menjelaskan, Iwan menyisipkan penjelasan tentang alat peraga bernama multi base system. Alat peraga ini berfungsi efektif untuk – selain menghitung juga mengenalkan dimensi kepada anak yang sudah sekolah. Satuan diwakili dengan kancing, puluhan (berisi angka sepuluh) diibaratkan satu penggaris, ratusan dicontohkan dengan bungkus cd berbentuk kubus. Lalu ribuan, merupakan jumlah kepingan bungkus cd yang berjumlah 10.

Penjelasannya, bungkus cd yang mewakili ratusan mengenalkan luas – bayangkan ada 10 penggaris yang disusun ke samping. Sedangkan ribuan, mengenalkan bentuk tiga dimensi. Ada volume di sana – bayangkan 10 keping cd yang disusun. Jadi, selain berhitung, siswa juga diajarkan mengenali bentuk, memahami ruang, memahami luas dan volume. Bagaimana dengan pengalaman Anda? Tidak pernah kan ketika sekolah dulu mendapat pelajaran seperti ini?

"Nah, biarkanlah anak dan siswa mencoba, eksplorasi, kreatif," saran Iwan. Jika anak dibiarkan mencari sendiri, nanti mereka akan bisa menemukan sendiri ternyata mengalikan dengan jumlah ratusan itu, jauh lebih lama dibandingkan dengan mengalikan dari belakang. "Tring!" (bayangkan gambar lampu menyala ada di atas kepala anak Anda). Anak akhirnya tahu cara yang paling efektif untuk menyelesaikan soal yang dihadapinya. Cara-cara seperti ini, tidak perlu dilakukan guru. Tapi biarkan anak-anak yang menemukannya sendiri. Explore and discover!

Matematika, pada dasarnya adalah bernalar, reasoning. Jadi, kuncinya bukan pada menghafal sejumlah rumus. Iwan mengimbuhi, “Rumus itu sebaiknya ditemukan, karena matematika juga berdasar pada pengenalan pola-pola.” Semakin lama menyimak penjelasan Iwan ini, kebanyakan orangtua larut dalam pikirannya sendiri. "Coba kalau anak saya nanti belajar dengan cara menyenangkan seperti ini. Pasti bakal mengalahkan bapaknya," begitu harapan mereka.

Matematika dari Tuhan vs Bikinan Manusia
Seorang ibu mengacungkan tangannya, "Bagaimana cara kita mengajarkan bilangan bulat yang relatif tidak logis?" Rupanya ia juga seorang guru. "Tidak logis apanya Bu," Iwan mencoba menelisik. "Begini Pak, saya sering kesulitan mengajarkan bilangan bulat negatif. Contohnya, negatif 2. Tidak logisnya adalah saat ia dikalikan dengan saudara yang juga negatif, tiba-tiba ia berubah positif. Kan kalau kita pakai logika berhutang misalnya, jadi tidak logis Pak. Masak hutang 3 dikali hutang 3, malah jadi punya penghasilan berjumlah 9?" Peserta lain manggut-manggut, seakan mengamini pemikiran Ibu guru tersebut.

Di bagian ini Iwan menjelaskan semacam doktrin teologis. “Memang benar Bu. Konon katanya bilangan yang asli dari Tuhan itu hanya 1 sampai dengan 9. Selebihnya adalah buatan manusia. 0 buatan manusia, -2, -3, buatan manusia, 1/4/ 1/5 buatan manusia juga. Jadi yang betul-betul asli itu memang dari 1 sampai dengan 9.”

Iwan meneruskan, "Pertanyaan yang ibu sampaikan tadi merupakan salah satu contoh pengajaran matematika yang tidak berdasar pada realitas. Seringkali kita mencekoki siswa dengan hal-hal yang abstrak, tidak nyata. Akibatnya siswa kesulitan memahami matematika yang sepertinya melangit, mengawang-awang! Tapi bukan berarti bilangan bulat negatif dan sebagainya tidak berguna lho Bu! Banyak untungnya juga lho bilangan-bilangan ciptaan manusia.”

Untuk lebih membuat peserta faham, Iwan memberikan contoh. Jika ada orang membeli barang seharga Rp 750,00 dan ia menyodorkan uang lima ribuan, maka berapakah kembaliannya?" Hampir seluruh isi ruangan dengan cepat dan seperti berlomba berteriak, “Empat ribu dua ratus lima puluh!” Iwan tersenyum mendengarnya dan meneruskan, “Tentu semua bisa cepat menjawab, tapi pertanyaannya belum selesai. “Apa yang biasa dilakukan pedagang saat menyerahkan uang kembaliannya kepada pembeli? Apakah dengan membuat coretan seperti ini?”
...5000
.....750_
...4250

“Ternyata tidak! Apa yang dilakukan pedagang biasanya menggenapkan uang 750 dengan 250 rupiah, lalu menambahkan uang ribuan satu persatu: ...dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu. Lengkap sudah!” Sebagian wajah peserta tampak terperangah, seperti mulai mengerti arah penjelasan dosen yang kerap menulis di Jurnal Matematika di Jepang ini. Lalu ia mengingatkan, “Bu, Pak, mohon maaf, tapi cara-cara pengembalian uang seperti pedagang ini jarang kita ajarkan kepada anak-anak kan? Yang kita ajarkan selalu membuat coretan dengan mengurangi bilangan yang besar dulu, kemudian bilangan yang kecil.” Kini peserta seperti baru saja dicemplungkan ke dalam kolam dingin. Tersadar, mereka pun berkali-kali manggut-manggut. "Benar juga ya," di sana-sini terdengar gumaman.

Lalu, sebelum menutup perjumpaan, Iwan yang umurnya berkepala empat ini lagi-lagi memberi amaran. “Yang ingin saya sampaikan adalah mari kita mulai mengenalkan matematika dengan fun, asyik. Selama ini kita terlalu serius mengajarkannya. Mengajarkan sekian banyak rumus yang tidak pernah dicari tahu dari mana datangnya, mengenalkan sekian banyak hitungan tanpa menggali bahwa matematika itu sebetulnya berkaitan dengan kreativitas. Pengenalan pola-pola!” DB


Ari Legowo, Dosen Mechanical Engineering di International Islamic University Malaysia (IIUM), ayah satu putri (Amaliyah Miyazono Legowo).
“Bikin puisi juga perlu matematika”

Menurut dosen IIUM ini, matematika penting untuk semua disiplin ilmu. “Semuanya menggunakan matematika dan turunannya, baik itu logika, aritmatika, aljabar, geometri, kalkulus; walaupun memang kadarnya berbeda. Kalau ekonomi paling banyak menggunakan aritmatik dan logika saja, ilmu hukum menggunakan unsur logika dan aritmatika sederhana, kedokteran menggunakan statistik, logika, sampai ilmu seni juga menggunakan geometri dan logika. bikin puisi juga perlu matematika lho,” urainya panjang lebar.

Sebagai orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan eksata, Ari sadar betul bahwa matematika sangat penting untuk semua aspek kehidupan. “Saya sudah mengajarkan matematika pada Lea sejak dini, saat dia sudah bisa diajak berkomunikasi kira-kira menjelang 1 tahun,” akunya.

Pertama kali Ari memberikan putrinya mainan berupa balok dari kayu yang bisa disusun. “Saya takjub melihat imajinasi Lea, dia menyusun balok-balok itu jadi berbagai bentuk sesuai dengan apa saja yang pernah dilihatnya sehari-hari. Dia juga bisa menceritakan balok-balok yang sudah disusun,” terangnya.

Ari juga mengakui, “Kadang Lea lebih cepat menangkap masalah matematika setelah diajar guru di sekolah, mungkin karena ada unsur persaingan dengan teman ya, jadi dia merasa harus bisa seperti teman-temannya di sekolah atau mungkin lebih takut sama guru, he he he...,” gelak ahli aeronautika ini. DB

TIPS dari Dr. Ari Legowo untuk orangtua dalam mengajar matematika kepada anak-anak:
• Pacu anak dengan membacakan cerita yang memiliki banyak unsur science, cerita yang melibatkan bentuk-bentuk yang mudah diingat anak, atau tebak-tebakan angka.
• Jangan memaksakan anak untuk cepat menguasai matematika, kalau anak kurang menyukai matematika. Cobalah menyamarkan dengan bercerita tentang logika, dan hitungan. DB

Sumber Penulisan:
- Dr. Iwan Pranoto, Departemen Matematika, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132. E-mail: pranoto@dns.math.itb.ac.id.
- Dr. Arilegowo, Department of Mechanical Engineering, International Islamic University Malaysia.

Tuesday 22 March 2011

SEKUINTAL DOA

SEKUINTAL DOA

Batuk, entah keberapa ratus, muntah kembali dari lelaki kurus itu. Suaranya yang kering dengan cepat memantul dari satu dinding ke dinding lainnya dan menghunjam ke dada semua penghuninya. Istri dan ketiga anaknya hanya bisa menatap kosong ke arah tulang-tulang iga yang turun naik dengan amat cepat itu. Desis nafasnya bagai peluit yang ditiup pelan-pelan.

Sang istri beringsut ke dapur – atau lebih tepatnya, satu-satunya ruangan yang mereka miliki di rumah itu yang juga menjadi kamar tidur mereka berlima dan kamar bermain anak-anak. Walau sudah tahu, ia tetap membuka kaleng-kaleng bekas yang tadinya menjadi wadah beras, gula, garam dan bumbu-bumbu. Ia tetap berharap salah satu wadah itu, terutama wadah beras, masih menyisakan beberapa butir agar ia bisa menanak nasi, yang siapa tahu bisa mengurangi derita suaminya, dan anak-anak. Kosong. Hanya udara berbau lapuk yang menguar.

Hujan membuat udara di ruangan itu makin lembab. Anak sulungnya, perempuan, telah berdiri di sampingnya. Ia membisikkan sesuatu. Sang ibu terdiam. Ia tak setuju tetapi apa lagi yang bisa dilakukannya?

Pintu berkeriut ketika anak perempuan itu menerobos hujan. Ia melompati got yang walau kini tampak penuh dengan air hujan, ia tahu kalau di bawahnya menggumpal lumpur yang berkerak. Ia mendengar suara-suara dari televisi di rumah tetangga. Ia menengok ke atas, ke arah kamar benderang di lantai dua rumah besar itu. Ia tersenyum membayangkan kehangatannya. Ia kembali berlari.

Beberapa warung kecil dilewatinya. Ia sudah beberapa kali ke sana. Ada yang masih buka, dan yang lain telah tutup, mungkin karena hujan. Mungkin juga karena toko yang hendak ditujunya.
Toko itu tampak ramai. Ia tahu kira-kira apa jawaban yang akan diterimanya, namun ia harus mencobanya, demi ayah dan adik-adiknya; juga untuk ibu yang selalu mengelus-elus rambutnya yang panjang jika ia mengatakan kalau ia lapar sampai akhirnya ia tertidur.

Badannya yang basah kuyup membuat baju dan rambutnya menempel lekat. Orang-orang memandanginya. Walau ia sudah berusaha membuang sisa-sisa air hujan sebelum masuk, namun tak ayal lantai supermarket itu basah juga. Ia memandangi rak-rak yang penuh dengan makanan. Dilihatnya pula lemari pendingin yang penuh dengan susu kemasan. Kerongkongannya bergerak, ia menelan ludah membayangkan kedua adiknya meminumnya dengan rakus.

Ia berjalan pelahan menuju meja kasir. Kasir berteriak memintanya keluar. Karyawan lain mendekat, ikut memarahi gadis kecil yang hanya membuat kotor toko mereka. Pelanggan-pelanggan lain menoleh, berusaha mencari tahu apa yang telah mengganggu kenikmatan berbelanja mereka.
Dari sebuah pintu, muncul seorang lelaki tanpa seragam yang segera berdiri di belakang mesin kas. Agaknya, ia pemilik toko ini, orang yang mengeluarkan uang untuk mendapat waralaba. “Ada apa?” tanyanya tajam, walau ia bisa menduga apa yang bakal keluar dari mulut gadis ini.

“Ayah saya sakit keras, sudah dua bulan ini tidak bisa bekerja. Adik-adik saya sudah beberapa hari tidak makan. Bolehkah saya berhutang? Nanti kalau gaji saya sebagai tukang cuci sudah diberi, saya akan langsung bayar hutang saya,” suaranya gemetar, lebih karena rasa takut daripada kedinginan.

“Disini tidak bisa berhutang tahu! Ini bukan warung. Sana pulang, pinjam saja kepada saudara kalian!” tolaknya sambil menuding pintu keluar. Namun gadis itu hanya diam terpaku, karena tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Si pemilik toko hendak berteriak kembali, namun suara bariton seorang lelaki paruh baya menghentikannya. “Biarkan saja pak. Saya yang akan membayar apa yang dibutuhkan anak perempuan ini,” suaranya yang berwibawa membuat pemilik toko hanya bisa merunduk melihat tombol-tombol mesin kas.

Namun, mendadak satu pikiran menggerayangi otaknya, dan ia tak mau menyerah. Ia tak mau dipermalukan. “Tak usah pak. Biar saya saja yang menanggung belanjaannya,” ia membalas dengan tersenyum kecut penuh arti. Gadis itu seperti tak percaya mendengarnya, ia masih berdiri kaku di tempatnya semula.

“Baiklah, apa kamu membawa daftar belanjaan?” si pemilik toko bertanya, ketika Bapak tua itu mendekat. “Letakkan daftar belanjaanmu di timbangan ini. Aku akan memberimu barang apa saja, gratis, sesuai dengan berat daftar belanjaanmu.” Pria yang kini telah berdiri dekat meja kasir itu terhenyak mendengar akal-akalan si pemilik toko ini. Ia berusaha mengendalikan amarahnya. Sementara, para karyawan dan pengunjung toko lainnya telah berkerumun dekat meja kasir.

Gadis itu merogoh kantung roknya, dan mengeluarkan secarik kertas yang kini lengket karena basah. Digenggamnya erat-erat, berjalan mendekat, lalu dengan hati-hati, seakan tak mau melepasnya, ia meletakkan gumpalan kertas itu di tatakan timbangan. Belasan pasang mata tak percaya akan pandangan mereka: timbangan itu berbunyi keras karena menghantam dasar.

Rasa malu, marah, dan keakuan bercampur aduk di dalam hati pemilik toko. “Jangan diam saja, sana ambil barang yang kau perlukan,” teriaknya kepada gadis itu, dan kepada salah seorang karyawan yang berada di dekatnya, “Bantu anak itu!”

Gadis itu mengambil beberapa bungkus mie instan dan meletakkannya di timbangan, namun timbangan itu seperti tak banyak bergerak. Ia kini setengah berlari, mengambil sebungkus susu. Timbangan itu mulai bergerak, namun masih belum seimbang. Ia berlari mengambil gula, seakan takut waktu akan membuat timbangan itu berubah sendiri, tetapi lagi-lagi masih belum seimbang. Diambilnya garam, bumbu-bumbu dapur, dua botol saos sambal, beberapa bungkus jahe instan, dan kue-kue kering, tetapi tetap saja timbangan itu belum seimbang. Akhirnya ia berlari ke ujung rak dan berdiri sejenak, meragukan pikirannya sendiri, namun akhirnya ia membungkuk berusaha mengangkat kantung beras yang bertuliskan Rojolele 20 kg. Kedua tangannya yang kurus tak sanggup mengangkatnya. Pelayan toko memegang tangannya, mereka berpandangan dan gadis itu tersenyum. Rasa sejuk mengalir ke sekujur tubuh pelayan toko itu. Ia mengangkat karung beras itu sambil tersenyum, berjalan ke arah timbangan dengan diikuti semua mata yang ada di toko itu.

Waktu seakan berhenti ketika pemuda itu meletakkan karung itu. Seperti adegan superlambat di dalam film the Matrix. Mikrodetik demi mikrodetik berjalan... pelahan-lahan timbangan itu bergerak dan akhirnya berhenti... seimbang persis.

Keheningan terus menggantung. Bahkan bunyi rinai hujan di atap toko dan lalu lalang angkutan kota di depan toko seperti teredam. Orang-orang berusaha keras menahan keluarnya nafas mereka, seakan takut suaranya akan memecah kesunyian ini.

Seperti robot, pemilik toko itu akhirnya memasukkan sendiri semua barang itu ke dalam tas plastik. Suara kemereseknya membangunkan semua orang, namun mereka tetap tak beranjak dari tempat berdiri masing-masing. Diserahkannya dua tas plastik itu ke pelayannya yang kemudian membantu gadis yang hatinya berbunga-bunga itu keluar dari toko. Hujan masih mengguyur tetapi gadis itu berjalan menembusnya dengan tertatih-tatih karena kedua lengannya penuh beban. Dari mulutnya terdengar senandung pujian.

Sementara di dalam toko, orang-orang kembali berpencar, kembali sibuk berbelanja seakan-akan tak terjadi apa-apa. Hanya pak Tua itu yang masih berdiri di depan meja kasir. Si pemilik toko masih tak percaya akan apa yang dialaminya. Tangannya yang gendut mengambil gumpalan kertas itu dan berusaha membukanya. Mulutnya membacanya pelan-pelan tapi cukup terdengar oleh pak Tua, “Tuhan, hanya Engkau yang bisa menolong kami.” Dono Baswardono

PS: Jangan pernah meremehkan kekuatan doa. Hanya Tuhan yang tahu seberapa berat doa kita.

Kerokan: Bolehkah Untuk Anak-anak?

Untuk Menyembuhkan Masuk Angin, Jangan Kerok Anak Anda!

Saya mempunyai putra yang saat ini baru berumur satu tahun. Pernah suatu kali dia mengalami masuk angin. Saat itu juga langsung saya berikan dia campuran minyak kayu putih dengan irisan bawang merah. Lalu saya oleskan di punggungnya. Ibu saya sih menyarankan untuk mengeriknya dengan bawang. Tapi saya tidak mau. Karena saya takut pori-porinya melebar dan semakin sering masuk angin. Yang ingin saya tanyakan, bolehkah anak-anak dikerok? Apakah benar ada hubungannya dengan pori-pori yang melebar dengan seringnya masuk angin? Kalau dalam kedokteran apakah istilah masuk angin itu? Apakah ada efeknya jika terlalu banyak memberikan minyak telon pada bayi? Bagaimana halnya dengan minyak kayu putih? Terima kasih.

Jawab: Sebenarnya, istilah awam masuk angin itu kalau dalam istilah kedokteran adalah common cold. Kadang-kadang orang menyebutnya dengan sakit flu. Pada dasarnya common cold ini adalah penyakit yang 2-3 hari hilang dengan sendirinya. Tapi memang semua itu bergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Seperti putra Ibu misalnya. Bisa jadi dia terkena common cold.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Pada umumnya penyakit ini mempunyai gejala seperti demam. Demam di sini bisa dengan suhu yang sedang saja (hangat), atau demam tinggi. Gejala lainnya seperti nyeri kepala, nafsu makan menurun (anorexia), mual, muntah, kembung, kadang disertai dengan diare atau susah buang air besar (konstipasi). Dan biasanya anak-anak itu mengalami gejala seperti kembung dan muntah.

Cara yang ibu lakukan (mengolesi minyak kayu putih dicampur dengan bawang) itu sebenarnya merupakan pengobatan tradisional yang sudah turun temurun dilakukan oleh para orang tua. Dan itu masih diperbolehkan dalam ilmu kedokteran.

Tapi sangat tidak disarankan jika si kecil terserang common cold atau yang lebih dikenal masuk angin, ibu mengobatinya dengan cara mengerik tubuhnya. Karena tujuan utama dari pengobatan tradisional itu adalah menghangatkan. Tapi, kalau usaha menghangatkan itu dilakukan dengan cara dikerok, maka akan terjadi kerusakan pada kulit anak. Selain itu si kecil pasti akan menjadi trauma. Karena kulitnya sudah merasa disakiti.

Mengenai apakah ada kaitannya antara sering dikerok dengan seringnya masuk angin, tentu tidak ada. Memang, seseorang yang dikerok pori-porinya akan semakin melebar, tapi tidak betul kalau itu yang menyebabkan seseorang akan sering menderita common cold. Karena proses infeksi influeza atau common cold berasal dari udara. Begitu juga cara penularannya.

Jadi kalau ada orang yang sedang flu, dan kondisi kita sedang lemah, bukan tidak mungkin kita akan cepat tertular. Begitu pula dengan buah hati Ibu.

Biasanya, common cold ini bisa hilang sendiri dalam waktu singkat. Tapi kalau kondisi tubuh anak tidak dalam keadaan fit, maka bisa berlanjut menjadi batuk-pilek.

Cara menanggulangi anak-anak yang terkena common cold bisa dilakukan dengan cara mengoleskan campuran minyak telon atau minyak kayu putih yang diberi irisan bawang. Campuran minyak ini dioleskan pada punggung, perut atau ubun-ubun kepala si kecil. Selain itu anak yang terserang sakit “masuk angin” ini harus istirahat cukup, banyak tidur, makan makanan yang bergizi, dan tidak lupa mengonsumsi vitamin C. Misalnya saja dari buah-buahan jeruk, jambu biji, dan mangga. Ini semua bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sehingga kalau dia terserang penyakit serupa, tubuhnya mampu menyembuhkan dirinya sendiri. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi, permintaan seminar-training, dan mengikuti "Aura-Graphology Psychodiagnostics," hubungi Intan di 0813-1641-0088

.

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

Apa sih aura itu?
Aura adalah gelombang elektro-magnetik. Dari bayi di dalam kandungan sampai manula yang mau meninggal, semua memancarkan gelombang ini; mulai dari infra merah sampai ultra violet. Gelombang mikro berfrekuensi rendah dan merah infra (panas tubuh) berhubungan dengan fungsi jasmaniah (struktur DNA, metabolisma, sirkulasi, dsb) sedangkan yang berfrekuensi tinggi terkait dengan aktivitas kesadaran kita, seperti berfikir, kreativitas, niat, dan emosi. Nah, bagian terakhir ini paling penting dan bisa dilihat dengan mata telanjang oleh siapa saja.

Bagaimana cara melihat aura?
Bisa dengan kamera Kirlian (buatan Rusia, berukuran besar, seperti mesin MRI, dan HANYA ada delapan (8) di dunia, yang semuanya berada di Eropa) atau dengan mata telanjang oleh siapa saja yang berlatih (yaitu mendalami ilmu psikologi dan/atau kedokteran dan mengambil sub-spesialisasi psikologi/kedokteran aura).

Umur berapa bisa dilihat auranya?
Sejak bayi masih di dalam kandungan, mulai trimester tiga. Jadi, mulai nol tahun, bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai manula.

Bagaimana cara interpretasi aura?
Metoda interpretasi psikologi yang ilmiah didasarkan pada teori-teori ‘Psikologi Dalam’ (Depth Psychology) seperti psikoanalisis. Jadi, interpreter aura harus seorang psikolog dan/atau psikiater.

Bisa mengetahui apa saja?
Banyak sekali informasi yang bisa didapat dari interpretasi aura; antara lain: belahan otak yang dominan; tingkat intelijensi (IQ) dan komponen-komponennya; pola belajar dan bekerja yang sesuai; seluruh peta bakat (bakat komunikasi/bahasa, kreatif-artistik ataukah bakat logika-teknik, sampai bakat kewirausahaan), komponen bakat yang lebih menonjol (yang aktif atau yang reseptif); kecerdasan emosional (EQ) yaitu kemampuan memahami perasaan sendiri dan berempati; tinggi-rendahnya kecerdasan mentalnya (MQ - kemampuan fokus, konsentrasi, daya tahan terhadap stres, dll); rasa percaya diri; pola motivasinya (apakah menaik, menurun, atau naik-turun); pola hubungan sosial; intuisi; karakter dan kepribadian (bahkan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, gangguan belajar, dll); bakat kepemimpinan (leadership), pola kerjasama, juga kebugaran, kesehatan dan gangguan/penyakit.

Apakah aura tiap orang berbeda?
Ya, tiap orang itu manusia unik, tidak satu pun yang sama.

Apakah aura seseorang bisa berubah?
Susunan warna pada cakra kedua tidak berubah; sejak masih di 7 bulan di kandungan sampai sesaat sebelum meninggal. Yang bisa berubah adalah ‘warna situasional, ’ lebar-sempitnya tiap warna, dan intensitas warnanya (muda-tua/terang-gelap).

Apa itu Graphology dan Doodle Test?
Keduanya adalah alat ukur psikologi yang sangat akurat untuk memetakan kepribadian balita yang belum bisa menulis (doodle test) dan anak/orang yang bisa menulis (graphology).

Untuk mengikuti AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS yang dilakukan oleh Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D, hubungi Intan di 0813-1641-0088 dan ikuti artikel-artikel tentang parenting melalui facebook: dono baswardono.

JADWAL AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS


YOGYA, Jumat-Sabtu, 25-26 Maret 2011. Di Cafe Dixie, Gejayan.
SEMARANG, Minggu 27 Maret 2011. Di lobby Hotel Amaris.
JAKARTA, Minggu 3 April 2011, Sabtu-Minggu 9-10 April 2011.
BANDUNG, Sabtu-Minggu 16-17 April 2011, di Warung Pasta, Jl. Ganesha.
SURABAYA, Jumat-Sabtu 22-23 April 2011, di Resto Kemiri 4.
MALANG, Minggu 24 April 2011, di lobby Hotel Trio 2.
PENDAFTARAN: Hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Wednesday 16 March 2011

Anak-anak pun Bisa Celaka dan Sakit Gara-gara Mainan Beracun

Anak-anak pun Bisa Celaka dan Sakit Gara-gara Mainan Beracun
Pilihlah Mainan yang Aman, Sehat dan Mencerdaskan

Pada tiap tahap perkembangan, anak-anak menghadapi tantangan-tantangan baru dan risiko yang berbeda-beda. Dengan menyadari beragam bahaya yang terkait dengan mainan pada tiap tahap perkembangan, kita sebagai orangtua akan bisa melindungi anak-anak dengan lebih baik, sekaligus menjamin mereka bisa bermain dengan menyenangkan dan aman.

Paling tidak seperempat juta anak dirawat karena kecelakaan di rumah-rumah sakit di setiap tahun. Dan tragisnya, sekitar seribu anak meninggal akibat kecelakaan – lebih dari sebab lainnya.

Merek Amerika dan Eropa tapi Bikinan Cina dan Vietnam
Kebanyakan mainan merek ternama berasal dari Amerika dan Eropa. (Mainan berbau teknologi ada juga yang asal Jepang.) Namun pabrik pembuatnya tidak ada yang bercokol di kedua benua itu. Kebanyakan dibuat di Cina, Vietnam dan negara-negara lain yang gaji buruhnya murah.

Nah, mainan-mainan yang belakangan ini kerap ditarik dari peredaran itu kebanyakan dipabrikasi di Cina. Ini terjadi karena standar keamanan yang ditetapkan di Eropa dan Amerika jauh lebih tinggi dibandingkan Cina maupun, Indonesia misalnya. Boleh jadi, jika mengikuti standar Indonesia, tidak satu pun mainan itu yang perlu ditarik dari pasar. Dianggap aman saja untuk dipakai anak-anak.

Dengan demikian, semuanya terpulang kembali kepada keputusan orangtua: apakah akan mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan pada anak-anaknya akibat mainan yang sesungguhnya beracun dan berisiko atau menyerah dan menunggu tindakan pemerintah yang selama ini toh nyaris tak peduli pada kesejahteraan anak-anak.

Mengapa Mainan yang Mengandung Timbal Berbahaya?

Mainan yang ditarik dari peredaran sejak beberapa bulan ini adalah karena tingginya kadar timbal di cat permukaannya. Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan anak-anak.

Mainan Berbahaya – Daftar Tindakan
.
Mainan berbahaya ada di mana-mana. Jutaan mainan berbahaya ditarik karena beragam alasan. Penyebab paling jamak adalah magnit, kadar timbal terlalu tinggi, dan bagian-bagian kecil mainan yang gampang lepas. Kalau Anda khawatir akan mainan berbahaya di rumah Anda, daftar singkat di hal 10-11 bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.

Aman di Taman Bermain.
Amankan anak Anda dengan mengikuti Tip Keamanan Dasar di Taman Bermain ini. Apakah anak Anda punya beberapa alat bermain sendiri di halaman rumah atau anak Anda bermain di taman bermain umum, pastikan keamanan tempat bermain itu dan pelihara keamanan itu untuk menghindari kecelakaan yang tak perlu. Ikuti tip keamanan ini saat memasang alat-alat permainan di rumah.

Bermain Aman di Halaman
Tahukah Anda ada banyak risiko bahaya di halaman Anda sendiri yang bisa membuat anak Anda celaka? Sangat penting menerapkan batasan-batasan keamanan bagi anak-anak ketika mereka bermain di luar rumah. Ikuti tip di halaman 10 – 11 ini.

Mainan Organik.
Mainan organik semakin populer. Orangtua yang peduli pada masalah seperti modifikasi genetik, pestisida, antibiotika dalam makanan, pemanasan global dan semacamnya, biasanya akan merasa lebih nyaman dan tenang jika bayi dan anak-anaknya bermain dengan mainan organik.

Sama seperti makanan organik, mainan organik dibuat dari bahan-bahan yang seratus persen alamiah. Mainan ini umumnya mengandung kapas organik seratus persen, kayu organik seratus persen, dan serba ‘seratus persen’ lainnya.

Mainan Bersahabat dengan Lingkungan
.
Bukan hanya aman, kini juga ngetren mainan yang ramah lingkungan. Mainan akrab lingkungan ini terbuat dari bahan-bahan aman dan alamiah yang tidak merusak alam. ‘Mainan hijau’ – begitu sebutannya – sebenarnya tidak sulit ditemukan. Sudah cukup banyak perusahaan di seluruh dunia yang mulai memroduksi mainan hijau ini. DB


Yang Bagus Untuk Balita, Tak Cocok Untuk Bayi
Tidak semua mainan cocok untuk umur berapa pun. Kebanyakan mainan hanya sesuai untuk tahap perkembangan tertentu.

Mainan Kakak Bukan Untuk Bayi.
Bayi yang sedang menjelajah suka sekali memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Mereka berisiko menelan sesuatu, termasuk mainan, dan tersedak. Tidak sedikit bayi yang tersedak ketika bermain ‘kerincingan’ atau mainan ‘pencet-pencetan.’ Kunci pencegahannya adalah pengawasan orangtua. Mainan yang ditujukan untuk anak-anak yang sudah lebih besar, utamanya mainan yang bagian-bagiannya berukuran kecil, harus dijauhkan dari bayi dan anak-anak yang masih kecil.

Belajar Merangkak.
Ketika bayi belajar merangkak atau berjalan, kotak atau keranjang mainan bisa menjadi penghalang yang sangat berbahaya. Begitu pula dengan mainan yang berserakan di lantai. Termasuk bola-bola kecil. Lebih baik singkirkan segala mainan, bahkan perabotan, pada saat ia hendak berjalan tertatih-tatih atau merangkak.

Sepeda Bukan untuk Anak Baduta.
Sepeda roda tiga dan mainan-mainan lain yang dikendarai sangat berbahaya bagi anak-anak usia baduta. Mengapa? Karena kecakapan koordinasi motorik mereka belum berkembang sempurna. Tak urung, banyak anak kecil yang mengalami luka dan lecet ketika ermain sepeda. Pilihlah mainan yang sesuai dengan usia perkembangan anak-anak dan pastikan mereka bersepda di tempat-tempat yang aman.

Jangan Bermain Tembak-tembakan.
Mainan-mainan berpeluru dan mainan lain yang bagian-bagiannya bisa terbang sangat menarik bagi anak usia sekolah. Padahal mainan itu bisa menyebabkan beragam luka, khususnya cacat pada mata. Kalau Anda membolehkan anak-anak bermain dengan pistol-pistolan, panah-panahan, ketapel, dan semacamnya, selalu dampingi dan awasi mereka. Dan tegaskan kepada anak-anak agar tidak pernah sekali pun mengarahkan projektilnya kepada siapa pun.

Balon Bisa Menyedak

.
Balon memang bisa membuat gembira siapa saja. Tetapi balon juga mengandung risiko tersedak terbesar untuk anak-anak usia berapa pun. Karena itu, jangan biarkan anak-anak meniup sendiri balonnya. Anda atau orang dewasa lainnya yang harus meniup. Lebih baik lagi kalau pakai pompa udara saja.

Kalau balonnya pecah, jangan pernah membolehkan mereka bermain dengan potongan-potongannya. Apalagi mengunyah-ngunyahnya. Jangan pula meminta mereka untuk membuat balon-balon super kecil dengan cara menyedot potongan-potongan balon pecah itu. Satu lagi, jangan bolehkan mereka menggigit-gigit balon – baik yang pecah maupun yang masih padat berisi udara. DB


Sebelum dan Setelah Membeli Mainan: Agar Anak Selalu Aman

Sekeranjang Pencegahan
.
Sebelum Anda membeli sebuah mainan untuk anak Anda, periksalah apakah mainan itu sesuai bagi usia anak Anda, dan apakah cukup aman bagi mutiara kecil Anda. Ada empat petunjuk yang bisa Anda ikuti untuk membeli mainan yang tepat dan aman bagi anak Anda.
• Gunakan dan perhatikan betul-betul label “recommeded age” sebagai pedoman. Biasanya berupa angka yang ditulis besar dan tebal, seperti “3+” yang artinya cocok untuk anak berumur tiga tahun atau lebih. Itu juga berarti, tidak cocok dan bisa berbahaya untuk anak-anak yang umurnya belum tiga tahun. Belilah mainan yang benar-benar sesuai dengan usia anak Anda.
• Hindari mainan apa saja yang ujung-ujung tajam, runcing dan lancip.
• Jika membeli boneka (manusia, hewan), periksalah mata, hidung, ekor, kaki dan tangannya. Apakah ada bagian yang kasar dan keras? Apakah cukup kencang sehingga tidak bisa ditarik lepas oleh anak-anak?
• Jika membeli mainan yang ukurannya agak besar, pastikan pula bahwa bagian-bagiannya tidak berukuran terlalu kecil; misalnya roda-roda mobil.
Setelah Membeli.
Pencegahan bukan hanya pada saat sebelum membeli. Setelah mainan dibeli dan sebelum diserahkan kepada anak Anda, lakukan beberapa langkah pencegahan:
• baca baik-baik pesan-pesan di kemasan mainan dan ikuti semua instruksinya;
• buang semua kemasan mainan, seperti plastik, selofen dan styrofoam;
• ajari anak Anda untuk memakai mainan secara selayaknya;
• buang mainan rusak yang tidak dapat diperbaiki;
• pastikan baterai dalam mainan dipasang dengan tepat;
• jangan bolehkan anak Anda tidur sambil membawa mainan yang dijalankan dengan tenaga baterai atau listrik;
• awasi anak-anak yang tengah bermain dengan balon dan buang pecahan-pecahan balon yang meletus;
• buang mainan-mainan yang dipasang di samping dan digantung di atas ranjang bayi begitu bayi Anda mulai bisa menekan dengan tangan dan kakinya;
• periksa mainan-mainan anak Anda secara berkala. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi dan permintaan seminar-workshop, hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Gunakan Produk Health and Care Baby Setelah Usia Bayi Di Atas Enam Bulan

Gunakan Produk Health and Care Baby Setelah Usia Bayi Di Atas Enam Bulan
Gel Rambut Akibatkan Ketombe Berat Pada Anak

Maraknya aneka produk health and care baby membuat para ibu senang membeli dan menggunakan untuk anak-anaknya. Mulai dari bedak, baby cream, cologne, baby lotion hingga hair lotion dipakaikan ke anak. Wangi tentu saja. Ternyata, menurut para dokter, sesungguhnya bayi belum membutuhkan hal tersebut. Lantas bagaimana penggunaan produk health and care baby yang benar?

Sejak usia 0 bulan bayi sudah dipercantik dengan berbagai produk health and care oleh orangtuanya. Mulai dari sabun mandi bayi, syampo bayi, krim bayi, cologne bayi, pelembab bayi, krim rambut bayi bahkan hingga gel rambut untuk menambah penampilan bayi terlihat menarik pun dipakaikan. Dan tentu saja si bayi belum bisa menolaknya.

Padahal, bayi usia 0-6 bulan belum membutuhkan produk health and care. Sebab, bayi sebenarnya belum menguarkan bau tak sedap. Bahkan, bayi memiliki bau khas sendiri yang menurut Midi lebih enak mencium wangi khas bayi. Lebih alami dan enak.

Sayangnya, banyak orangtua yang lebih senang mewangikan tubuh dan merawat tubuh bayi dengan berbagai produk health and care. Bahkan, sering kali para ibu tidak melihat apakah memang si bayi sudah membutuhkan atau belum untuk dipakaikan semisal, krim bayi, cologne hingga krim rambut.

Bayi Hebat
Bayi usia 0-6 bulan sebenarnya belum membutuhkan produk health and care. Ya, karena bayi di usia tersebut mendapat konsumsi makanan hanya dari ASI ibunya saja. Belum mengenal makanan dari luar, dan itu membuat bau tubuh bayi masih khas.
Selain itu juga, bayi sangat hebat. Sebab, bayi bisa mengatur kelembaban kulitnya sendiri secara otomatis. Orangtua hanya tinggal menjaga kebersihan saja dengan, antara lain, tidak memandikan berlama-lama, memakai sabun sesuai pH bayi (sabun bayi). Jadi belum perlu banyak memakai beragam produk health and care baby.

Lipatan Kulit.
Setelah anak di atas usia enam bulan dan mulai mendapat makanan selain ASI, orangtua boleh saja memberikan produk health and care. Tetapi itu pun terbatas dan harus memperhatikan cara pemakaiannya. Pemilihan produk health and care harus disesuaikan dengan kebutuhan si bayi atau anak.

Contohnya, untuk melembabkan kulit yang kering, bisa dipakai krim bayi. Sebab, permukaan kulit bayi memang lebih lebar dan besar dibandingkan kulit orang dewasa, sehingga mudah kering. Karena itu, perlu diberikan krim yang bisa melembabkan.
Krim bayi untuk mengatasi kulit kering atau, kulit bayi yang sering mengalami gesekan di area lipatan kulit bayi. Biasanya pada anak yang masih sering memakai diapers.

Bedaki dengan Spons Padat.
Untuk pemakaian bedak, boleh saja. Hanya saja, banyak para ibu yang enggan memakai bedak karena salah cara membedaki anaknya. Pada umumnya, bedak tabur yang dipakai dibubuhi ke seluruh tubuh anak dengan memakai spons besar dengan model bulu-bulu banyak dan besar. Dan itu yang membuat taburan bedak terbang ke mana-mana dan membuat anak batuk.

Kadang orangtua juga keliru dalam cara membedaki anak. Misalnya, di area kemaluan dibedaki dengan cara sembarangan, pok... pok... pok. Bedak dibubuhi banyak. Padahal serbuk bedak bisa masuk ke alat kelamin anak.

Tips agar dalam membedaki anak-anak, memakai spons padat (tanpa bulu-bulu) seperti yang biasa dipakai para wanita untuk berias. Sebab, dengan memakai spons padat, serpihan bedak tidak akan terbang. Tak hanya itu saja, ia juga mengingatkan bagian tubuh yang dibedaki tak perlu hingga alat kelamin si anak. Cukup tubuhnya saja dan ketiak.

Jangan Beri Losyen Rambut dan Pengharum Tubuh
Sedangkan untuk cologne dan hair lotion, sebenarnya belum dibutuhkan anak. Apalagi kebanyakan cologne dan hair lotion, wangi dan berwarna. Justru pewangi dan pelarut tersebut yang membahayakan.
Sering juga ada kandungan alkoholnya, meski sedikit. Itu bisa menyebabkan iritasi hingga alergi pada bayi. Sebaiknya tidak banyak menggunakan cologne dan hair lotion.

Kalaupun ingin memakai cologne, lebih baik jangan langsung kontak dengan kulit anak. Sebaiknya, cologne diteteskan ke baju anak saja. Sebab, prinsip dasar kelainan atau alergi terhadap bahan tertentu, bahan tersebut harus menempel dalam waktu lama untuk bisa memicu alergi.

Uji Alergi di Belakang Telinga.
Cara untuk menguji apakah produk health and care yang digunakan menimbulkan alergi atau tidak, dengan memakai di bagian lipatan tangan atau belakang kuping. Selama 1x24 jam, lihat adakah perubahan, misalnya kulit memerah. Itu bisa menjadi indikasi anak tidak cocok. Segera ganti produknya. Anak yang memiliki riwayat alergi kemungkinan lebih besar alergi terhadap produk health and care yang dipakai.

Gel Rambut Sebabkan Ketombe

.
Banyak bayi sudah memakai hair lotion. Bahkan anak-anak ada juga yang memakai gel rambut. Meski komposisi bahannya relatif aman, tetapi pemakaian hair lotion dan gel rambut anak perlu perhatian lebih dari orangtuanya. Khususnya, bagaimana menjaga kebersihan rambut.

Apalagi gel rambut biasanya dipakai dalam jangka waktu cukup lama menempel di rambut. Jika tidak dibersihkan benar-benar, maka bisa mengakibatkan ketombe pada anak-anak.

Kecil-kecil sudah ketombean. Bahkan yang paling ekstrim adalah, ketombe berat atau disebut dengan dermatitis seboroik di mana kulit kepala mengeras seperti koreng.

Sedangkan untuk pemakaian syampo, untuk rambut anak yang tidak terlalu tebal dan tidak beraktivitas padat, cukup dua hari sekali.

Sebenarnya tidak ada dampak membahayakan untuk anak yang memakai produk health and care. Sebab, semua kandungan yang ada sudah disesuaikan dengan kebutuhan kulit bayi. Namun, tetap saja orangtua harus kembali melihat apakah memang usia si bayi atau anak sudah perlu dan membutuhkan aneka produk health and care tersebut.

Jadi bukan hanya sekadar untuk mempercantik dan mewangikan anak saja. Tetapi juga tetap perhatikan cara dan pemilihan produk dengan mengenali komposisinya. Ia mengatakan, kebanyakan produk health and care memakai jojoba oil untuk melembabkan, Zin C, Vitamin E, susu hingga camomile. Pada dasarnya semua produk itu untuk melembabkan kulit bayi.

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D

Untuk konsultasi dan permintaan seminar-workshop, hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Jangan Gunakan Losyen Anti Nyamuk Setiap Hari!




Salah satu produk lainnya yang digunakan pada kulit adalah losyen anti nyamuk. Bahkan saat ini, sudah dipasarkan losyen anti nyamuk khusus anak-anak. Disebut-sebut losyen anti nyamuk mengandung zat berbahaya.

Bahan yang dipakai sebagai campuran dalam losyen anti nyamuk yaitu DEET (N,N-diethyl-m-toluamide). DEET adalah bahan kimia yang bersifat insect repellent (anti nyamuk). Penggunaan DEET bertujuan untuk menghilangkan bau amis yang disukai nyamuk menjadi bau tertentu yang tidak disukai nyamuk.

DEET dalam dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan ginjal. Tetapi, DEET yang terdapat pada losyen anti nyamuk biasanya memiliki dosis rendah. Paling-paling hanya menimbulkan iritasi.

Meskipun boleh dikatakan pemakaian losyen anti nyamuk tidak berbahaya, namun disarankan agar penggunaan losyen anti nyamuk dibatasi. Sebaiknya jangan dipakai setiap hari, apalagi pori-pori kulit bayi dan anak-anak lebih kecil dibanding pori-pori orang dewasa. Pori-pori ini digunakan untuk pernapasan kulit. Jika pori-pori tertutup dengan minyak, tak terjadi pernapasan kulit. Selain itu, bila terjadi iritasi, pemakaiannya harus segera dihentikan! DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi dan permintaan seminar-workshop, hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Tuesday 15 March 2011

AGAR ANAK GEMAR DAN TERATUR BELAJAR


Mendukung Anak Agar Gemar Belajar di Sekolah Maupun di Rumah

Terjebak dalam pertengkaran soal pekerjaan rumah (PR)? Atau menghabiskan waktu berjam-jam dengan anak Anda menyelesaikan projek sekolah? Tak tahu apa yang harus dilakukan jika anak Anda lupa menyerahkan tugas – beberapa hari berturut-turut? Jengkel dengan para pakar yang mengatakan kit...a harus membantu anak-anak menikmati sekolahnya dan menjadi seorang siswa yang mandiri? “Bagus,” pikir Anda, “tapi bagaimana?”

Anak-anak kita bisa menjadi siswa yang mandiri secara bertahap. Mereka belajar dengan kecepatannya sendiri dan Anda bisa mendukung proses ini di rumah dengan mengembangkan apa yang mereka minati dan memberikan panduan lembut jika mereka membutuhkan bantuan.

Apa yang terjadi di rumah banyak berkaitan dengan mendukung kesuksesan anak Anda sebagai seorang pembelajar – dan ini bukan hanya memastikan ia mengerjakan PR-nya atau belajar untuk ulangan. Anda juga musti membantu anak-anak belajar bagaimana merasa mampu dan bersikap positif terhadap apa yang mereka pelajari.

Salah satu caranya adalah mulai dengan membantu anak-anak mengorganisasi dirinya sendiri (sesuai dengan tahap perkembangannya); membuat jadwal untuk mengerjakan tugasnya dan menemukan cara bagaimana agar mereka bisa mematuhi jadwal itu, sehingga tugas-tugas sekolah menjadi satu bagian menarik dari kehidupan usai sekolahnya, tetapi bukan satu-satunya bagian.

Meski tidak ada resep ajaib, ada banyak cara membantu anak-anak merencanakan waktu mereka, menyelesaikan PR-nya, dan melakukan yang terbaik di sekolah. Strategi ini bisa menolong anak Anda senang belajar.

Motivasi belajar harus menjadi kesenangan intrinsik anak-anak, bukan suatu ganjaran eksternal. Kadang-kadang ini sungguh sulit, karena tidak semua hal yang dipinta kepada anak untuk mereka kerjakan adalah hal yang menarik baginya.

Agar anak Anda punya dorongan dari dalam dan bisa menganalisis sendiri, berikan masukan spesifik, alih-alih pujian atau ganjaran umum yang meragukan. Daripada berkata, “Bagus kamu telah mengerjakan PR,” Anda bisa menjelaskan apa yang Anda maksud dengan ‘bagus’ itu. Daripada mengatakan, “Jawaban kamu belum lengkap,” minta anak Anda untuk memperinci gambaran seorang tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dengan cara ini, anak-anak akan mampu belajar mandiri dan mengerjakan sendiri apa pun yang dibuatnya.

TIPS: Kalau Anak Mengalami Kesulitan Belajar
Tak peduli betapa keras Anda mendorongnya, bisa saja anak Anda mengalami kesulitan akademis, entah dihadap PR yang sulit atau projek sekolah yang cukup berat. Alhasil, ia mengalami frustrasi atau bahkan stres. Bagaimana agar ia bisa mengatasinya? Orangtua musti berbuat apa?

Biarkan Anak Frustrasi
Ketika anak mengalami kesulitan mengerjakan PR atau hal yang berkaitan dengan sekolahnya, mereka acapkali marah dan jengkel, bahkan terkadang sampai meledak-ledak. Orangtua pun terheran-heran sambil bertanya-tanya, “Apa salahku?” Anda tidak berbuat salah sama sekali.

Kadang-kadang jika anak merasa tidak dimengerti di sekolah atau frustrasi karena mata pelajaran tertentu, mereka menjadi marah atau memprovokasi orangtuanya. Ini adalah caranya untuk membuat Anda merasa tidak berdaya atau marah, sama dengan yang dirasakannya. Seakan-akan anak Anda hendak berkata, ‘Maukah Ayah/Ibu mengambil rasa tak berdayaku untuk sementara?’ atau ‘Aku ingin Ayah/ibu merasakan apa yang aku alami’.

Ambil Jeda
Apabila anak Anda berteriak, “Aku tak bisa mengerjakannya!” sambil membuang pensilnya, sebaiknya Anda menjauh sebentar darinya. Mungkin ia perlu melampiaskan sedikit kekesalannya. Kembalilah dalam 5 – 10 menit kemudian dan mulailah lagi. (Waktu 5 menit ini bisa menyelamatkan Anda dari pertengkaran atau perdebatan yang bisa makan waktu sangat lama, apalagi jika menghitung beban emosional kejengkelan.) Ini juga meberi peluang bagi anak untuk “menyelamatkan mukanya” dan mulai lagi, bahkan jika tanpa membicarakan kesluitan sebelumnya atau ledakan kemarahannya.

Jangan Selalu Mencoba Percakapan Rasional
Kalau anak sangat gelisah, boleh jadi kegalauannya timbul karena ia menghadapinya secara rasional. Jadi, sebaiknya tunggu saja, daripada berdebat atau menasehati anak soal kondisi yang dihadapinya. Begitu anak sudah tenang, barulah Anda bisa membicarakannya.

Biarkan Anak Berbuat Salah
Memang sulit untuk tidak mengoreksi kesalahan yang dibuat anak dalam mengerjakan PR atau tugas sekolahnya. Namun kebanyakan guru pasti meminta Anda untuk tidak mengambil alih tugas anak kecuali kalau anak Anda meminta bantuan atau guru yang memintanya. Guru biasanya ingin tahu apa yang difahami anak didiknya, bukan apa yang difahami orangtua tentang materi pelajaran anaknya.

Tetapkan Batas Waktu
Kebanyakan guru tidak berharap anak-anak yang masih kecil mengerjakan tugas sekolah lebih dari setengah jam untuk setiap materi. Pastikan hal ini dengan bertanya kepada guru anak Anda. kalau anak Anda kesulitan (walau sudah aktif mencobanya) dan melebihi batas waktu yang ditentukan, tulislah catatan kepada gurunya yang menjelaskan bahwa itulah semua yang bisa dikerjakan anak.

Hubungi Sekolah
Apabila projek sekolah malah berakhir dalam serangkaian kegalauan, perdebatan dan berbagai kesulitan lainnya, segeralah bicarakan dengan guru dan pihak sekolah. Jangan menunggu sampai pertemuan orangtua murid-guru berikutnya. Guru membutuhkan masukan Anda agar ia dan Anda bersama-sama bisa menemukan pengertian baru dan strategi pembelajaran yang pas untuk anak Anda.

Bantulah Anak Anda Belajar Mengatur Diri Sendiri
Ini merupakan kecakapan sepanjang hidup yang bisa diajarkan, walau memang relatif sulit. Anda bisa membantu anak menemukan trik-trik yang cocok bagi dirinya, dengan cara menceritakan kiat-kiat Anda sendiri mengatur sesuatu.

Anda bisa mendorongnya untuk memberi label pada segala sesuatu. Susun strategi, seperti membuat ‘Daftar Hal yang Harus Dikerjakan’ sebelum anak meninggalkan sekolah (misalnya, meletakkan kembali buku matematika ke dalam tas ransel). Jadwalkan pula untuk membersihkan isi tasnya sepekan sekali dan meja belajarnya sehingga kertas tidak berserakan. Bersabarlah dan cobalah untuk tidak menyalahkan anak.

Sadari Bahwa Sekolah Bukan Berarti Bebas Masalah
Tidak satu pun orangtua yang pernah membesarkan anak tanpa bersitegang soal tugas-tugas sekolah. Ya, tidak ada strategi yang bebas konflik. Jangan khawatir, anak-anak kadang-kadang menganggap sekolah sebagai hal yang sangat menyenangkan dan menggairahkan – termasuk tuas-tugasnya. Tetapi, sesekali ia menganggapnya hanya sekadar sebagai kewajiban belaka. Tidak apa-apa. Yang penting, Anda bisa membantunya untuk menemukan struktur yang membuatnya selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah – apa pun bentuknya. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi mengenai gangguan belajar dan masalah belajar lainnya maupun permintaan seminar-training-workshop, silahkan menghubungi Intan di 0813-1641-0088.

Monday 14 March 2011

Tuhan Yang Terkasih

Yts Tuhan

Selamat pagi, Tuhan yang Mahabaik. Aku tahu Engkau sudah mengenalku sejak lama, tapi kata Mama, kepada siapa pun aku harus memperkenalkan diri terlebih dahulu; jadi, namaku Talitha. Bulan lalu, aku ulang tahun ke sebelas dan sekarang kelas empat SD. Kau tahu, surat ini kuketik dengan menggunakan laptop pemberian Papa dan Mama dan kucetak dengan printer kado dari Paman, adik ayahku.

Sejak kecil aku memang sulit sekali menulis dengan jari-jariku yang jumlahnya genap itu. Kata dokter yang memeriksaku ketika TK dulu, aku menderita disgrafia dan asperger. Dia bilang kalau IQ-ku 138, tiga angka lagi aku bisa disebut genius. Tapi entah kenapa, aku kadang-kadang malah sulit sekali menangkap pelajaran di sekolah. Dan kalau melihat tulisanku yang miring ke sana ke mari, kebanyakan teman menyebutku bodoh. Bahkan ada beberapa guru yang juga menganggapku begitu. Baru melihat kertas ulanganku saja, mereka sudah memberi nilai jelek, padahal belum sempat membaca seluruh jawabanku.

Mama membawaku ke dokter setelah ia lelah mengajariku memegang pinsil. Ya, aku memang tak pernah bisa memegang krayon, pinsil, kapur, dan bolpen dengan baik. Kalau ia menyodorkan buku mewarnai, coretan krayonku malah mencuat ke mana-mana. Aku sudah berusaha keras, tapi tanganku terasa kaku, akibatnya huruf yang kubuat nyaris tak terbaca. Tanganku selalu kotor terkena spidol dan tinta yang belepotan di seluruh jariku.

Begitu aku naik ke kelas dua SD, tidak satu pun teman sekelasku yang mau memeriksa kertas ulanganku; padahal Ibu Guru selalu meminta kami untuk saling bertukar kertas ulangan untuk memberi nilai sesuai jawaban yang dia diktekan di depan. Aku bisa memaklumi teman-temanku, karena mereka tak bisa membaca tulisanku. Ada satu orang yang bisa, Maria, tapi sayangnya, dia sudah pindah ke Yogya.

Tuhan, kata dokter, otakku tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan tanganku. Dia bilang, syaraf-syaraf di jari dan tanganku sebenarnya sehat saja. Jariku bisa merasakan kalau aku sedang memegang krayon atau pinsil. Tapi entah kenapa, otakku tidak bisa memberi perintah yang benar pada syaraf di tanganku. Jadi, aku musti memegang pinsil itu dengan erat, nyaris mencengkeramnya, agar otakku tahu kalau aku benar-benar sedang memegang pinsil.

Karena itulah aku sebenarnya lebih senang menyampaikan segala sesuatu dengan mulutku. Aku mahir sekali bercerita dan mendongeng, juga mendikte. Sayangnya, tidak semua guru membolehkanku menjawab dengan ucapan. Mereka memaksaku untuk menulis. Kalau diminta membuat karangan tertulis tentang perjalanan liburan, aku merasa seperti mendapat hukuman seumur hidup. Seandainya aku boleh bercerita di depan, aku dengan senang hati akan menceritakan rumah masa kecil Bung Karno di Blitar. Aku juga akan bercerita bahwa pahatan wayang kulit di sana berbeda dari gaya Yogya, Solo maupun Madura.

Tuhan, aku sangat sedih karena dalam bidang seni, nilai-nilaiku sangat buruk. Banyak sekali pemandangan indah di dalam kepalaku, tetapi tak satu pun yang bisa kutorehkan di atas kertas.

Meski sedih, aku tidak mengeluh koq, Tuhan. Karena aku tahu, Engkau memberiku pikiran-pikiran yang tajam dan sedikit selera humor. Setiap kali pelajaran berdebat, aku menyambutnya dengan bersemangat. Wajahku berbinar-binar, dan teman-teman memujiku kalau sangat hebat dalam berpidato. Setiap kali ada diskusi di kelas, aku selalu menonjol. Dengan cara itulah aku berusaha mendapatkan nilai-nilaiku.

Bila ada orang bertanya apa cita-citaku, dengan cepat kujawab, “Pengacara!” Aku yakin kalau aku akan berhasil di bidang itu. Aku ingin memeriksa kasus-kasus, seperti yang kulihat di televisi. Aku akan memaparkan semua kasus itu dengan jujur. Kata Papa, semuanya akan sia-sia kalau aku tidak jujur. Aku setuju.

Tuhan, aku menulis surat ini sebagai ungkapan terimakasihku karena Engkau telah membuatku sebagai anak yang istimewa. Kau menegaskan bahwa aku adalah ciptaanMu yang luar biasa. Kau juga meyakinkanku kalau Engkau akan setia menjagaku. Engkau tidak akan pernah meninggalkanku. Kau punya rencana sempurna untukku. Kau pasti memberiku masa depan dan harapan.

Mama dan Papa juga selalu mendorongku. Karena itulah, mereka menghadiahiku laptop untuk kubawa ke sekolah. Dan, syukurlah, Kepala Sekolah dan guru-guruku membolehkannya. DB

Gifted Underachiever: Anak Berbakat yang Tidak Berprestasi

Gifted Underachiever: Anak Berbakat yang Tidak Berprestasi

Anak saya sekarang kelas III SMP, sewaktu di kelas I SMP, Roland mengikuti test inteligensi dan menurut hasil testnya ia memperoleh nilai yang cukup tinggi. Tetapi nilai-nilai akademiknya hanya rata-rata saja, 6 atau 7. Apa mungkin anak berbakat tidak berprestasi?

Berbakat memang belum tentu berprestasi. Ada banyak faktor yang menentukan apakah seorang anak berbakat mampu meraih segudang prestasi atau bahkan tidak berprestasi sama sekali. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta dirinya sendiri tentunya sangat mempengaruhi seorang anak berbakat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dirinya.

Definisi anak berbakat yang sangat populer dinyatakan oleh Lewis Madison Terman dan Joseph S. Renzulli. Menurut Terman seorang anak dapat dikatakan berbakat apabila memiliki nilai Intelligence Quotient (IQ) sama atau di atas 130 superior. Adapun kategori IQ adalah: 90-110 merupakan nilai rata-rata; 90-100 low average (rata-rata bawah), 100-110 high average (rata-rata atas).

Dalam pandangan Renzuli, anak berbakat memiliki gabungan tiga faktor yaitu inteligensi, kreativitas dan komitmen pada tugas. Artinya, anak berintelijensi tinggi belum tentu bisa digolongkan sebagai anak berbakat.

Seperti layaknya anak normal lainnya, tidak semua anak yang dilahirkan berbakat memiliki prestasi luar biasa. Dikatakan tidak berprestasi apabila potensi anak tidak sesuai dengan hasil yang dicapainya. Ada dua faktor penentu yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain keadaan anak itu sendiri, termasuk gaya belajarnya; sementara faktor eksternalnya bisa berupa dukungan lingkungan dan jenis sekolah yang diikuti.

Gangguan Emosional.
Anak berbakat tidak berbeda dengan anak normal, mereka tetap memiliki masalah emosional. Apabila keadaan emosi mereka tidak sesuai dengan pertumbuhan potensi yang mereka miliki, maka anak berbakat juga memiliki kecenderungan untuk tidak berprestasi. Ini yang perlu ditemukenali, diidentifikasi agar dia dapat mewujudkan potensinya secara utuh.

Begitu pula jika anak memiliki kebiasaan belajar yang buruk tentu akan dapat mempengaruhi prestasi anak berbakat. Kerana itu, anak perlu memiliki berbagai kecakapan belajar (study skills).

Kecakapan Akademik Dasar
.
Kecakapan akademik dasar diyakini sebagai salah satu faktor penentu berprestasinya anak berbakat. Tetapi jangan lupakan faktor lainnya seperti imajinasi dan kreativitas. Albert Einstein, fisikawan genius menyatakan ‘imagination is more important than knowledge’. Dengan kata lain memiliki daya imajinasi jauh lebih penting daripada sekadar mempunyai pengetahuan semata. Kelemahan pendidikan formal di Indonesia yaitu pengetahuan-pengetahuan yang diberikan wajib dihafal dan direproduksi. Apabila seorang anak dapat mengungkap, menghafal atau mereproduksi pengetahuan yang diberikan kepadanya dengan tepat maka ia akan memperoleh nilai tinggi. Di sini faktor imajinasi tidak dikembangkan. Tidak cukup membekali anak hanya dengan pengetahuan saja, daya kreativitas anak juga penting untuk dikembangkan.

Gaya belajar yang dimiliki anak berbakat memang tidak selalu sama dengan anak normal lainnya. Mereka memang cenderung mempunyai gaya belajar yang unik. Di sinilah peran penting guru, bahwa guru harus dapat mengamati dan memahami gaya belajar yang unik dari anak berbakat. Guru sebaiknya memberikan kesempatan atau peluang bagi anak untuk dapat mewujudkannya.

Dalam hal inilah pendidikan secara individul sangat penting karena fokusnya terletak pada perbedaan perorangan tiap anak berbakat. Sejak dini anak harus memupuk kebiasaan belajar yang baik sehingga dirinya termotivasi untuk mencari pengetahuan-pengetahuan yang dia inginkan. Jangan hanya mengikuti pola yang selalu diberikan oleh guru. Sedapat mungkin belajar dilakukan kontinu dan berusaha meningkatkan task commitment. Hal ini merupakan faktor intrinsik dalam diri anak.

Lingkungan Tidak Mendukung.
Anak berbakat bisa tidak berprestasi jika lingkungan kurang memberi kesempatan kepada anak untuk mewujudkan keunggulan potensinya. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat tidak mampu menggugah kreativitas, imajinasi dan inteligensi anak.

Misalnya saja dengan tidak menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan untuk dapat berprestasi unggul. Orangtua terkadang tidak memberikan buku yang baik bagi anaknya. Komik misalnya, bukanlah bacaan yang tepat bagi mereka. Seharusnya orangtua menyediakan buku yang mampu merangsang dan menggugah pemikiran anak serta mendorong minat baca mereka.

Begitu pula jika tidak tersedia permainan edukatif. Selama ini banyak orangtua yang memberikan permainan yang langsung dapat dimainkan saat itu. Seperti mobil atau boneka yang sudah jadi. Sebaiknya anak dilatih untuk bersibuk diri yang mampu merangsang kreativitas mereka. Contoh permainannya, bisa berupa lego dan puzzle. Mengisi teka-teki silang juga sangat baik bagi mereka. Pilihlah permainan yang berdasarkan daya imajinasi anak-anak.

Kelas Akselerasi.
Jenis sekolah yang diikuti anak berbakat pun sangat menentukan prestasi. Jika sekolah memberikan peluang dan kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya maka anak berbakat dapat berprestasi. Agar bisa mengoptimalisasi bakat anak didik, sekolah bisa melakukan hal-hal seperti ini:
- Mengadakan program-program khusus bagi anak berbakat.
- Mengadakan kelas khusus atau akselerasi. Hanya saja, yang patut dicatat, akselerasi ini bukan melulu mempercepat proses pembelajaran. Yang lebih penting adalah memperkaya materi-materi khusus.
- Meningkatkan kreativitas anak. Pola belajar mengajar di Indonesia kebanyakan berupa materi yang diajarkan guru harus diikuti oleh semua murid. Murid tidak diberikan kebebasan untuk menumbuhkan kreativitasnya. Sebaiknya Guru memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.
- Orangtua membantu menyusun program dan berperan aktif dalam memikirkan kebutuhan anak.


Pondasi pertama pembentukan anak berbakat ada pada keluarga. Lima tahun pertama adalah dasar pembentukan kepribadian seseorang. Terkadang orangtua kurang menyadari hal itu. Mereka mengira dengan memasukkan anak ke SD pada usia 6 tahun, merupakan jalan yang tepat padahal anak-anak sudah mulai belajar sejak dini.

Agar anak berprestasi dibutuhkan 4P yaitu Pribadi (keunikan pribadi tiap orang), Pendorong (motivasi), Proses (bersibuk diri secara kreatif), Produk (kreasi atau inovasi unggul yang dihasilkan si anak).

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi mengenai gangguan belajar dan masalah belajar lainnya maupun permintaan seminar-training-workshop, silahkan menghubungi Intan di 0813-1641-0088.