Thursday 13 January 2011

Suami Bela Ibu, Istri "Terganggu"

Suami Bela Ibu, Istri 'Terganggu?'


Tanya:
Indahnya merajut kasih hingga berlanjut ke jenjang pernikahan, bahkan sampai kakek nenek adalah impian setiap orang. Setelah sekian lama memadu kasih, dan cocok satu sama lain, akhirnya aku dilamar seorang pria yang kini menjadi suamiku.
Mulanya keinginan suami untuk menikahiku tidak mendapat restu dari sang ibu, maklum aku bukan dari kalangan berada. Aku adalah anak yatim piatu, anak pertama dari 8 bersaudara. Sebenarnya kondisi suami juga tak jauh berbeda. Ia menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Berbekal niat, tekad dan dukungan dari banyak pihak akhirnya kami melangsungkan pernikahan. Biduk rumahtangga yang kami jalani tak semulus jalan tol. Romantika layaknya pasangan pengantin baru hanya dirasakan sesaat. Mulailah terjadi pertengkaran, apalagi jika menyangkut keluarganya. Dengan serta merta, suamiku selalu membela ibu dan adik-adiknya, sementara aku dan adik-adikku hanya bisa mengalah. Di mata suamiku, kedua orangtuanya, terutama ibu harus dijunjung tinggi dan dihormati. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh ibu selalu dianggap benar. Bahkan, semua keinginan adik-adiknya selalu dipenuhi.


JAWAB
Keributan dalam rumahtangga adalah hal wajar yang dialami pasangan istri-suami. Tapi, apa jadinya bila suami kerap 'membela' ibunya sementara istri merasa terpojok, dan tidak berdaya menghadapi amarah sang suami.
Hmm, mengapa kaum adam tampak begitu berpihak pada ibunya ya? Karena tidak mau melukai perasaan sang bunda, atau jangan-jangan ingin memberi 'pelajaran' kepada istri bagaimana menghormati orangtua.

Mums, mungkin perlu mengubah cara berkomunikasi yang tepat dengan ibu mertua dan suami. Kalau Anda marah-marah, apalagi sambil menunjuk-nunjuk, justru membuat suami bersikap lebih reaktif dan akhirnya malah membela ibunya.

Nah, upaya apa yang bisa dilakukan istri terhadap suami? Ikuti saja saran-saran berikut:

Upaya Non-Verbal:
- Ciptakan suasana tenang dulu sebelum memulai percakapan yang serius. Misalnya jangan bicara saat suami baru pulang kerja. Buat dia merasa rileks sembari memijat-mijat badannya atau mengajaknya duduk serta minum kopi plus kudapan favoritnya. Anda juga bisa membuat janji dengan suami, kapan ingin melakukan pembicaraan agar keduanya lebih siap.
- Aturlah intonasi bicara yang tenang, bukannya meledak-ledak atau tinggi.
- Bahasa tubuh sebaiknya terkontrol, tidak menunjuk-nunjuk wajah suami atau berkacak pinggang. Termasuk ekspresi muka sebaiknya dikendalikan, jangan menampilkan wajah garang dengan mata melotot!

Ungkapkan Kepada Si Dia:
- Agar tidak timbul prasangka buruk pada suami, sebaiknya ceritakan kasus atau kondisi yang jelas. Bukan hanya didominasi oleh perasaan. Misalnya, “Mama melanggar kesepakatan” sebaiknya bilang, “ Tadi sore, Mama lagi-lagi belikan permen untuk anak-anak sebelum mereka makan, padahal kita sudah sepakat bahwa permen hanya boleh diberikan saat akhir pekan, bukan?.”
- Ungkapkan cinta kepada pasangan. Misalkan, “Aku menghormatimu, juga ibumu, tapi aku begitu jengkel saat beliau tiba-tiba marah dan tidak tahu apa sebabnya. Apalagi, aku baru pulang dari kantor.”
- Mintalah bantuan suami untuk menyelesaikan suatu masalah. Misalnya, “Menurut Papa, apa yang harus kukatakan kalau beliau mengajak anak kita menonton TV? Padahal, tontonan TV kan tidak baik untuk anak kita.”
- Sampaikan dengan tepat maksud Anda, misal “Papa, kamu tuh nyakitin perasaanku banget!” Lebih baik katakan, “Aku merasa sakit hati karena Papa tak menyapaku, tapi malah bicara kepada pembantu!”


Hal-hal yang Perlu Dihindari:
- Meminta suami untuk memilih antara ibu atau istri. Ini merupakan ancaman besar bagi suami, sebab tentu saja ia menyayangi keduanya dan ingin hidup damai bersama keduanya termasuk buah hati.
- Suka menjelek-jelekkan citra ibunya, baik di hadapan suami atau orang lain.
- Mengatakan hal-hal yang kurang sopan atau kurang ajar tentang ibunya.
- Sering mengungkit kejadian yang sudah lama terjadi, setiap terjadi keributan.
- Bertengkar di depan anak-anak. n

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Marriage & Family Therapist, Sexologist, & Psychoanalyst

1 comment:

  1. suami yang seperti ini ga akan pernah bisa di ajak bicara, klo pun terjadi diskusi si istri hanya akan seperti radio ( dicuekin tanpa tanggapan ) krn semua laki2 beranggapan surga hanya ada di telapak kaki ibu dan adik2nya perempuan, dengan berbakti pada keluarga maka ia bisa masuk surga dan memegang teguh prinsip "tidak boleh melawan ortu dan ribut dg adik2" tapi wajar jika ribut dengan istri, krn semua suami beranggapan istri di bawah kekuasaan suami dan harus menurut apa kata suami. pernikahan hanya alih2 bahagia tp nyata nya cuma derita yg di dpt.. maka nya pikir seribu kali bolak balik klo ingin menikah, krn mati dlm keadaan suci rasanya lebih mulia drpd mati membawa sakit hati.. dan terkadang klo pun bisa berdiskusi berdua (suami & istri saja) si suami terlihat dan berkomentar seakan2 dy lebih memihak si istri, tp itu hy kebohongan belaka agar si istri tenang (nipu istri), tp saat kejadian dg keluarganya terulang tetap aja si suami spt kerupuk kena air

    ReplyDelete