Monday 16 July 2012

Tips Anak Belajar Berpuasa dan Tetap Sehat

Tips: Anak Belajar Berpuasa dan Tetap Sehat



“Bunda..aku mau ikut puasa ya!” rengek Moly yang baru berusia empat tahun kepada ibunya. Dalam hati mungkin Bunda bingung, di satu sisi ingin mengajari anak berpuasa tapi di sisi lain takut asupan gizi dan nutrisinya terganggu. Jangan khawatir Bunda! Jika dilakukan secara bertahap dan sesuai kemampuan, pasti anak tidak 'kaget', malah mungkin menikmati proses belajarnya tersebut! Soal gizinya tak perlu risau, asal Anda piawai mengatur menu makanan, semua pasti aman!

Mulai Usia 4 Tahun
Menurut para pakar kesehatan, anak dapat diajarkan puasa mulai usia 4 tahun. Hal ini berkaitan erat dengan faktor tumbuh kembang anak itu sendiri. Pada usia 4 tahun, anak dinilai telah siap secara fisik dan mental untuk beradaptasi dalam belajar berpuasa.
Pada dasarnya balita sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan di mana asupan nutrisi yang baik sangat diperlukan sebagai bahan dasar dan bahan bakar dari proses tersebut. Sebut saja balita, kerja enzim yang diproduksi dalam saluran cerna usia ini berbeda fungsi dengan orang dewasa. Pada anak, selain berfungsi pada sistem pencernaan, enzim yang terdapat dalam usus juga berfungsi untuk membantu proses tumbuh kembang yang ada. Lain halnya pada orang dewasa, fungsi enzim saluran cerna untuk proses tumbuh kembang sudah tidak ada. Selain itu keseimbangan cairan dalam tubuh anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak lebih banyak memerlukan cairan, karena anak cenderung lebih mudah terkena dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa pada umumnya.

Durasi Puasa Sesuai Usia
Dalam mengajarkan puasa pada anak prosesnya harus bertahap. Artinya, jangan langsung mengajarkan anak untuk berpuasa penuh selama kurang lebih 12 jam. Tapi sesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan anak. Hal yang lebih penting adalah peran orangtua dalam menjelaskan kepada si kecil bahwa saat itu ia sedang belajar puasa sesuai ajaran Islam. Jadi, anak pun mengerti mengapa hari itu ia tidak makan dan minum. Berikut tahapan durasi berpuasa sesuai usia si prasekolah yang dapat diterapkan:

Usia 4 Tahun
Sebagai pemula, pasti anak akan sedikit 'kaget' saat ia mulai tidak makan dan minum. Latihan puasa pada anak usia 4 tahun ini dapat dilakukan dari subuh hingga jam 8 pagi.

Usia 5 Tahun
Pada usia ini, durasi anak berpuasa dapat sedikit ditingkatkan. Kalau pada tahun sebelumnya ia berpuasa dari subuh hingga jam 8, maka kali ini ia berpuasa hingga jam 10 pagi atau biasa dikenal dengan istilah sawaduh.

Usia 6 Tahun
Pada usia enam tahun anak boleh puasa sampai adzan Zuhur. Secara bertahap lamanya puasa dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan anak seiring dengan bertambahnya usia. Dengan begitu, puasa Ramadhan yang wajib hukumnya bagi umat Islam kelak bisa dijalankan dengan baik oleh anak-anak setelah mereka mencapai umur yang diwajibkan untuk berpuasa (akil baligh).


Pemenuhan Asupan Gizi Anak Saat Puasa
Pada dasarnya dibandingkan hari biasa, waktu makan di bulan puasa hanyalah mengubah jadwal makan saja. Dari tiga kali menjadi dua kali dan waktu sarapan menjadi lebih pagi, yaitu saat sahur. Asupan gizi waktu sahur biasanya lebih sedikit, mungkin hanya memenuhi 20 sampai 30 persen kebutuhan gizi satu hari. Oleh karena itu, Bunda harus pintar-pintar menyusun menu 'tinggi kalori dan tinggi protein' (TKTP) atau volume kecil padat gizi. Makanan yang mengandung TKTP, bisa ditemui pada semur daging giling isi telur puyuh, sup ayam, baso, telur puyuh, wortel, kembang kol, schotel makaroni dengan daging cincang, kacang polong dan telur sebagai campurannya.

Untuk memenuhi kecukupan gizi anak diperlukan 1.900 kilo kalori, terdiri dari 800 gram nasi, 40 hingga 54 gram protein bisa didapat dari 150 gram daging atau penggantinya seperti ayam, ikan atau telur dan 75 gram tempe atau penggantinya seperti tahu, kacang merah, kacang hijau atau kacang-kacangan lainnya, dan 150 gram sayur dan 200 gram buah-buahan seperti pepaya, pisang, jeruk, dan lain-lain.

Adapun asupan gizi yang relatif kurang selama anak berpuasa biasanya ditandai dengan adanya penurunan berat badan, terkadang sariawan, bibir kering dan pecah-pecah. Salah satu peran penting dari aspek memperhatikan menu untuk puasa buah hati kita adalah menjadikan puasa baginya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bukan beban apalagi sampai membuat si kecil sakit.

Contoh Menu Makanan Saat Anak Puasa:
Saat makan sahur: nasi, tahu isi daging giling dan wortel, sup jagung sosis.
Saat buka puasa: bubur kacang hijau
Saat makan malam: nasi, ayam bakar, sup bayam dengan telur puyuh dan bakso ikan, jus tomat serta susu.

Ingat Bunda, porsi makanan disesuaikan dengan pemenuhan gizi. Untuk waktu berbuka sebaiknya makanan tersebut tidak diberikan sekaligus dalam waktu dekat. Berilah anak makan secara bertahap, mulai dari yang ringan hingga makanan utama. n

Do's & Don't!
Biasanya rasa lapar saat berpuasa dipicu oleh turunnya kadar gula dalam tubuh. Nah, saat berbuka anak perlu diberi konsumsi makanan yang mengandung gula, semisal teh manis hangat, kue-kue manis, serta beragam makanan manis lainnya. Minuman hangat lebih dianjurkan mengingat kondisi lambung yang sebelumnya kosong. Namun bukan berarti minuman dingin dilarang.

Gula mudah diserap dalam tubuh menjadi sumber energi, sehingga anak bisa segera fit kembali setelah mengonsumsinya. Aktivitas bermain maupun beribadah bersama orangtua pun bisa tetap dilakukan.

Karena gula bersifat mudah diserap, maka energi yang dihasilkan juga memiliki waktu yang relatif singkat. Pada malam hari, ada baiknya anak makan lagi sebelum tidur atau pada saat-saat senggang di waktu malam.

Untuk sahur, perbanyaklah makanan dari jenis protein dan lemak seperti daging, nasi, telur, ikan, dan lainnya. Makin besar lemak dan protein yang dikonsumsi saat sahur, otomatis cadangan energi yang dimiliki si buah hati juga lebih besar. Sifat lemak dan protein yang proses pembakaran energinya lebih lama ketimbang gula, menjadikan rasa lapar yang muncul juga waktunya lebih lama.

Jenis makanan tambahan seperti vitamin atau susu juga tetap perlu diberikan. Apalagi saat berpuasa, anak tentu memerlukan energi yang lebih besar ketimbang saat hari-hari biasa.

Jangan sampai kita memberikan vitamin penambah nafsu makan, bisa-bisa membuat anak cepat lapar.

Jangan memberi makanan dan minuman yang asam, pedas atau bersantan saat berbuka puasa, karena akan mengganggu kerja lambung, bahkan membuat asam lambung naik. DB

Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Psychoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

No comments:

Post a Comment