Bentengi si Kecil dari Si Penggertak
"Hei gendut... habis makan bakso lima piring ya? Gede banget perutnya!” seru Bobi, sang kakak kelas kepada Manda, yang memang menderita obesitas. Ketika ejekan Bobi membuat Manda merasa direndahkan dan kehilangan rasa percaya diri, itu berarti Manda telah menjadi korban bullying secara verbal dan psikologis.
Belakangan ini memang marak terjadi kasus bullying, utamanya di lingkungan sekolah. Mungkin buah hati Bunda menjadi salah satu korbannya. Bagaimana menghindari si kecil dari si penggertak atau pembuli?
Berani Katakan 'Tidak!' Pada Pembuli
Berani berkata tidak dan mengacuhkannya merupakan salah satu cara untuk mengatasi jika si kecil menjadi korban bullying. Selain itu, ada baiknya Bunda juga mengajari sang buah hati untuk menahan amarah atau emosi negatif, seperti menangis. Pasalnya, reaksi itulah yang diharapkan dari para pembuli.
Perlu Bunda ketahui, pembuli jarang bisa berhenti begitu saja dengan tiba-tiba. Sehingga, anak yang dibuli (korban bullying) harus segera memberitahu dan meminta bantuan kepada orang yang lebih dewasa seperti orangtua atau guru. Hindari tempat di mana mereka biasa dibuli atau lebih baik menghindar dari pembuli. Sebaiknya, anak yang dibuli berkumpul dengan kelompok anak-anak yang baik, agar bisa saling membantu saat salah satu dari mereka dibuli.
Tiga Macam Bullying
Pada dasarnya Bullying merupakan tindakan yang bertujuan dengan sengaja untuk menyakiti orang lain.
Ada tiga bentuk bullying. Pertama, bersifat fisik seperti memukul, menjegal, mendorong dengan sengaja, menampar, memalak, menjatuhkan, hingga menggunakan alat-alat bantu. Kedua, bersifat verbal seperti memaki, menggosip, mengejek atau memanggil dengan sebutan yang memalukan, mengeluarkan kata-kata yang kotor atau tidak sepatutnya. Ketiga, bersifat psikologis secara tidak langsung (indirect), seperti menyebarkan rumor atau gosip, mengancam, mengintimidasi, ‘mengecilkan’, mengabaikan, mendiskriminasi, memanipulasi teman dan sebagainya.
Pada usia prasekolah (early chilhood) pun sebenarnya tindakan ini sudah banyak muncul. Namun terkadang kasus ini belum dimengerti atau tidak sengaja dilakukan oleh sang anak. Sebut saja seperti merebut mainan hingga mendorong temannya sampai terjatuh.
Pengaruh orangtua dan Lingkungan
Perilaku bullying bisa didapatkan langsung melalui perlakukan orangtuanya. Pun saat dia menonton televisi. Pasalnya, banyak acara tv yang tidak layak dilihat bagi si kecil. Lingkungan juga turut memengaruhi anak untuk melakukan bullying. Artinya, ketika si kecil dibesarkan dengan cara seperti itu, mereka belajar bahwa perilaku itu biasa dan wajar dilakukan. Dan biasanya si kecil kurang mendapat penghargaan dan kepercayaan dari lingkungannya. Jadi bisa dikatakan pelaku bullying sebenarnya juga merupakan korban. Sementara, yang menjadi korban bullying biasanya adalah anak-anak yang mempunyai konsep diri yang kurang baik, social skill yang kurang, tidak tahu bagaimana menolak atau mempertahankan diri mereka. Karakter ini bisa terbentuk dari pengasuhan dalam keluarga atau saat mereka berada di lingkungan. DB
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)
No comments:
Post a Comment