Monday 3 September 2012

Adik Bukan Dikirim Oleh Angsa ;)

Pendidikan Seks untuk Umur 4 – 5 Tahun
Balita Sudah Bisa Menerima Penjelasan Soal Bagaimana Bayi “Keluar dari” Rahim Ibu




Apabila periode batita merupakan kesempatan bagi orangtua untuk mengenalkan nama-nama bagian tubuh – termasuk alat kelaminnya – sesuai dengan nama sebenarnya, maka pada masa dua tahun berikutnya, anak bisa dikenalkan dengan fungsi dasar bagian-bagian tubuhnya, termasuk bagaimana adiknya bisa “masuk” ke dalam rahim ibunya. Sejak dini anak juga musti dikenalkan akan konsep privasi dan bahwa pembicaraan dan perilaku seks merupakan hal yang tidak bisa diumbar di depan banyak orang. Tiap tahap perkembangan mencakup tanda-tanda tertentu.
Orangtua juga perlu mengetahui sederetan pedoman perkembangan fisik, kognitif, emosional dan seksual pada masa balita. Karena bicara perkembangan seksual tak bisa lepas dari perkembangan fisik, kognitif, maupun emosional anak. Pedoman ini berlaku untuk mayoritas anak balita; yang tentu saja ada anak yang mungkin lebih cepat atau lambat perkembangannya.

Perkembangan Fisik
Sebagian besar anak berumur antara empat sampai lima tahun akan:
- terus tumbuh, tapi dengan kecepatan yang lebih lambat daripada selama periode dari bayi sampai batita [sebagian bagian tumbuh lebih cepat atau lebih segera daripada bagian lain. Misalnya, organ-organ tumbuh lebih cepat daripada tubuh, sehingga perut anak prasekolah tampak bundar.]
- mencapai paling tidak 50 persen dari tinggi masa dewasa dan sekitar 20 persen dari tinggi masa dewasanya pada umur lima tahun
- mengembangkan ketrampilan-ketrampilan motorik kasar yang lebih terkoordinasi, yang memungkinkan mereka untuk melompat-lompat, berlari, dan naik-turun tangga
- mengembangkan kecakapan motorik halus yang membuat mereka bisa mengikat tali sepatu, mengancingkan baju, menggunakan gunting, dan menggambar bentuk-bentuk yang bisa dikenali
- otaknya terus berkembang secara signifikan, mencapai 90 persen pada umur lima tahun
- meningkatkan kapasitas paru dan kemampuan bernafas lebih dalam
- mulai kehilangan “wajah bayi” karena anggota-anggota tubuhnya memanjang
- tampak berukuran sama, tak peduli jenis kelaminnya
- secara umum kesehatannya meningkat dan memperoleh daya tahan terhadap kuman-kuman penyakit

Perkembangan Kognitif
AAnak-anak berumur 4-5 tahun, kebanyakan akan:
- berinteraksi dengan dan belajar tentang dunia melalui kegiatan bermain
- mulai mengalami dunia dengan eksplorasi dan merasa ingin tahu terhadap diri sendiri dan sekitarnya
- mulai belajar terpisah dari keluarga dengan lebih mandiri dan agak kurang dekat ddengan orangtua/perawat
- memahami baik dan buruk (walau mereka mungkin tidak memahami mengapa) dan mampu mengikuti aturan-aturan
- mampu memahami dan mememenuhi kegiatan-kegiatan sederhana untuk sehat, seperti menyikat gigi atau mencuci tangan
- memahami konsep privasi

Perkembangan Emosional
Biasanya anak-anak balita akan:
- tetap bergantung pada orangtuanya (perawatnya) walau tidak lagi membutuhkan atau menginginkan banyak kontak fisik dengan perawatnya sebagaimana saat masa bayi dan batitanya
- terus mengungkapkan emosinya secara jasmaniah, termasuk mendapatkan pelukan dan ciuman
- bersosialisasi dengan teman-teman bermain, mulai mengembangkan hubungan, dan belajar mengenali beberapa kawan bermain sebagai teman dan yang lain sebagai orang-orang yang tidak disukainya
- mempunya banyak kesempatan berinteraksi dengan teman sepermainan, baik lewat sekolah maupun kegiatan rekreasi, dan akan bermain dengan anak-anak lain

Perkembangan Seksual
Anak-anak balita kebanyakan akan:
- mengalami ereksi atau pelumasan vagina
- menyentuh alat kelamin mereka demi rasa senang
- ingin tahu tentang segala hal dan bertanya tentang asal-usul bayi dan bagaimana mereka dilahirkan
- ingin tahu akan tubuhnya dan mungkin bermain seperti dokter-dokteran
- merasa pasti akan jenis kelaminnya sendiri dan mampu mengenali laki-laki dan perempuan
- mulai mengenali peran-peran tradisional jenis kelamin laki-laki dan perempuan serta membedakan peran-peran ini berdasarkan jenis kelamin
- menyadari tubuhnya sendiri, bagaimana tampilan tubuhnya ini bagi orang lain, dan bagaimana fungsi-fungsi tubuhnya

Apa yang Musti Dilakukan Keluarga untuk Membesarkan Anak-anak yang Secara Seksual Sehat
Untuk membantu anak balita mengembangkan seksualitas yang sehat, keluarga harus:
- membantu anak-anak memahami konsep privasi dan bahwa bicara tentang seksualitas itu bersifat pribadi dan dilangsungkan di rumah
- mengajarkan nama-nama yang tepat dari bagian-bagian tubuh utama (internal maupun eksternal) dan fungsi-fungsi dasarnya
- menjelaskan bagaimana bayi “masuk ke dalam” rahim ibu
- mendorong anak-anak untuk datang kepada orangtua atau orang dewasa lain yang bisa dipercaya jika bertanya soal seksualitas.

Jelaskan Proses Kelahiran Anak dengan KISS
Pagi itu, tak seperti biasa jika tengah bertandang ke rumah tantenya, balita bernama Ludvina Agatha itu tampak bersungut. Vina, gadis kecil yang kritis dan ceriwis tampak kesal. Dari mulut mungilnya keluar ocehan kekesalan kepada tantenya, “Tante... Vina marah sama Bunda!”
"Lho, kenapa?" tanya Tante Vina yang perutnya sedang membuncit karena hamil. "Vina cuma tanya, tapi Bunda nggak mau jawab. Katanya Vina masih terlalu kecil." "Memangnya Vina tanya apa?" si tante kembali menyahut. "Lala tanya, kenapa perut Tante buncit. Kata Bunda, perut Tante ada adiknya, dulu perut Bunda juga buncit waktu Vina masih dalam perut Bunda. Terus Vina tanya lagi, waktu Vina dalam perut, keluarnya lewat mana Bunda? Eh, Vina malah dimarahin, disuruh diem, nggak boleh tanya-tanya lagi sama Bunda!" jawab Vina sambil cemberut.
Tidak sedikit orangtua menjawab seperti itu, "Kamu masih terlalu kecil, tidak boleh tanya-tanya masalah itu, diam saja." Mereka masih menganggap seksualitas adalah sesuatu yang tabu dan saru untuk dibicarakan.
Padahal, di zaman yang 'gila' seperti ini, di mana kasus perkosaan dan sodomi pada anak meningkat sangat tajam, pendidikan seks sejak dini sangat diperlukan. Belum lagi masalah seks bebas di kalangan remaja yang semakin merajalela. Dengan kondisi seperti itu orangtua mana yang tidak cemas dan waswas melepas anaknya berangkat remaja. Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat membicarakan masalah seks dengan orangtua. Artinya, orangtua harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya.
Hal ini hanya dapat dilakukan bila sejak dini, orangtua telah memberikan pendidikan seks untuk mereka. Orangtua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Orangtua tidak dapat mengekspor tanggung jawab ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah diberi amanat oleh Tuhan. Masing-masing mempunyai porsi untuk menjelaskan masalah seks pada anak.
Sebagai contoh, ayahlah yang harus menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelakinya menjelang akil balig. Sedangkan ibu bertugas membeberkan apa itu menstruasi kepada anak gadisnya yang beranjak remaja. Apa saja yang musti dilakukan orangtua? Landasan paling penting bagi orangtua dalam masalah ini adalah agama. Jadikan agama sebagai pedoman, karena panduan pendidikan seks pada anak sudah terangkum dalam ajaran agama. Orangtua harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menerangkan dan menjawab pertanyaan anak. Selain itu, orangtua harus memutuskan masa lalu dan keluar dari tabu-saru yang selama ini membelenggu.
Bagaimanakah kiat dasar mengasuh seksualitas? Pendidikan ini tidak mungkin dilakukan secara 'borongan', tetapi harus 'dicicil' sedini mungkin. Orangtua harus proaktif, terlibat penuh dan tidak menunggu anak bertanya. Contohnya, ketika sedang memandikan balita, orangtua dapat sekaligus memberitahukan tentang tumbuhnya rambut lain di bagian tubuhnya. Ibu dapat berkata “Nanti kalau adek sudah besar, akan tumbuh rambut di ketiak dan di kemaluan adek.” Atau orangtua dapat menjelaskan tentang perlunya menjaga kemaluan dan bagian penting tubuhnya.
“Dek, bagian dada sampai lutut adalah bagian penting tubuhmu, tidak boleh ada orang yang memegang kecuali Ayah dan Bunda ya.” Penjelasan ini penting untuk menghindari kasus perkosaan balita yang terutama sering dilakukan oleh kerabat dekat anak. Untuk 'mencicil'nya orangtua harus waspada pada setiap tahap perkembangan anak. Orangtua harus paham, hal-hal apa saja yang perlu diketahui anak balita tentang seksualitas, bagaimana dengan anak usia 7-9 tahun dan bagaimana dengan remaja.

Keep Information Short and Simple
Orangtua harus berada selangkah lebih maju dari anak, karena lingkungan telah membuat mereka sangat kritis dan cerdas dalam masalah ini. Langkah-langkah praktis untuk menjelaskan tentang seks sebagai berikut. Ajarkan anak menyebut alat kelamin laki-laki dan alat kelamin perempuan bukan sebagai 'burung' atau 'dompet'. Istilah dalam bahasa Latin juga dapat dipergunakan, yaitu vagina dan penis.
Perhatikan dan gunakan The Golden Opportunity (kesempatan emas). Maksudnya, setiap ada kesempatan untuk menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan seks, kemukakan saat itu juga. Tentunya disesuaikan dengan tahapan usia anak. Contoh, ketika melihat cicak sedang berdempetan-kawin, kucing melahirkan atau menyusui, jelaskan kejadian tersebut, dihubungkan dengan yang terjadi pada manusia. Terangkan dengan jelas, pendek, dan sederhana, atau diberi singkatan KISS (Keep Information Short and Simple), agar lebih mudah mengingatnya.
Kiat-kiat untuk menghadapi pertanyaan anak, orangtua harus tenang dan dapat mengontrol diri. Bila orangtua merasa segan, ungkapkan saja apa yang terasa dalam hati, bingung, kaget, heran atau perasaan lainnya. Segera jawab pertanyaan anak saat itu juga, dan jangan lupa untuk mengaitkannya dengan agama. Bila orangtua tidak siap menjawab pertanyaan anak, jawaban dapat ditunda tetapi janji untuk menjawab harus ditepati.
Sebagai contoh, pertanyaan yang lazim ditanyakan anak usia 3-6 tahun adalah, “Bunda, dari mana aku lahir?” Orangtua dapat menjawab, “Dari rahim Bunda, adek keluar melalui vagina.”
Bila anak bertanya lebih lanjut, orangtua dapat menjelaskan melalui buku yang benar, bukan buku mengenai pornografi. Tunjukkan gambar yang ada di buku dengan metode KISS. Orangtua dapat menerangkan “Kalau adek sudah mau keluar dari rahim Bunda, alat kelamin Bunda akan melar seperti karet gelang ini.” Bila anak sudah berhenti bertanya, tak perlu melanjutkan penjelasan.
Ingat, keterangan Anda harus jelas, singkat dan sederhana. Orangtua terkadang panik ketika mendengar anak yang berusia 7 atau 8 tahun tiba-tiba bertanya, “Sodomi itu apa sih bu?” Bila kaget, orangtua dapat menarik napas terlebih dahulu agar tetap tenang di depan anak. Orangtua dapat berkata “Bunda kaget kakak bertanya seperti itu, kakak perlu jawaban sekarang?” Menunjukkan perasaan seperti ini akan membuat orangtua lebih tenang dalam menghadapi anak. Orangtua yang tidak siap dapat berkata kepada anaknya, “Wah jawabnya nanti ya sayang, Bunda harus masak dulu.” Tetapi jangan lupa, setelah berjanji menjawab, orangtua harus menepatinya.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

No comments:

Post a Comment