Pendidikan Seksualitas yang Berhasil Musti Libatkan Agama
Membahas masalah seks pada anak bukan perkara mudah. Keengganan orangtua bisa dimaklumi, karena seks masih dianggap tabu, walaupun itu ditujukan untuk memberikan pendidikan. Karenanya, pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati. Kesulitannya, jika pengetahuan orangtua kurang memadai sehingga menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks pada anak.
Meski demikian, pendidikan seks tetap harus diberikan, sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tujuannya tak lain adalah memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak-anak dan remaja seputar masalah seks secara benar dan jelas. Dengan pendidikan seks yang benar berarti menghindarkan mereka dari berbagai risiko negatif seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual, dan penyakit menular seksual.
Apa Itu Pendidikan Seks?
Pendidikan seks adalah proses memperoleh informasi dan membentuk sikap serta keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan dan keintiman. Anak-anak dan remaja berhak mendapat pendidikan seks, antara lain untuk membantu mereka melindungi diri sendiri terhadap eksploitasi, penistaan dan kekerasan seksual, kehamilan yang tak diinginkan, penyakit menular seksual (PMS) maupun HIV/AIDS.
Apa Tujuan Pendidikan Seks?
Pendidikan seksualitas bertujuan mengurangi risiko potensi akibat-akibat negatif dari perilaku seks seperti kehamilan yang tak diinginkan dan tak direncanakan dan infeksi penyakit menular seksual (PMS), serta meningkatkan kualitas hubungan. Selain itu, pendidikan ini juga mengembangkan kemampuan anak muda untuk membuat keputusan yang baik sepanjang kehidupannya. Dengan demikian, Pendidikan seks yang berhasil adalah yang bisa mencapai semua tujuan itu.
Di dalam pendidikan seksualitas itu musti mencakup pula pendidikan agama, khususnya moralitas. Dengan pendidikan agama, remaja bisa terhindar dari hubungan seks pranikah.
Landasan Agama
Sayangnya, banyak orang menganggap antara pendidikan seksualitas dan agama adalah dua hal yang tidak berkaitan. Diakuinya, di dalam komunitas tertentu, seksualitas diterima sebagai sesuatu yang rahasia dan kotor. Ada tradisi yang memisahkan tubuh kita dari jiwa dan pikiran. Tubuh dianggap sebagai bagian negatif diri kita. Akibatnya, muncul rasa bersalah, ketakutan terpendam dan kesalahfahaman soal seksualitas. Padahal hubungan seks adalah hal yang sakral.
Pandangan seperti itu, karena orang menyamakan seksualitas dengan seks, khususnya senggama. Padahal, seksualitas itu mencakup keintiman, identitas diri, kesehatan, dan reproduksi.
Semua agama meyakini bahwa seksualitas adalah berkat Tuhan yang suci. Anak-anak dan remaja adalah harapan masa depan. Karenanya, anak-anak musti dilindungi dari kemungkinan dampak negatif perilaku seks.
Anak-anak bukan hanya berkembang sebagai makhluk seksual, tetapi juga melewati perjalanan spiritual. Jauh lebih penting adalah mendorong remaja untuk berkembang menjadi orang dewasa yang peduli dan penuh kasih kepada orang lain dan lingkunganya. Dengan begitu, mereka pasti bisa mengambil keputusan yang bertanggung jawab, termasuk soal seks. Melalui pendidikan agama, remaja sanggup untuk berpuasa, menahan diri dari nafsu seks, sampai saat sakral yang ditentukan. Karena mereka tahu bahwa ‘hadiah’ yang menunggu mereka di depan jauh lebih berharga, yaitu kemuliaan.
Orangtua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Orang tua tidak dapat 'mengekspor' tanggung jawab ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah diberi amanat oleh Tuhan.
Masing-masing memunyai porsi untuk menjelaskan masalah seks pada anak. Sebagai contoh, ayahlah yang harus menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelakinya menjelang akil balig. Sedangkan ibu bertugas membeberkan apa itu menstruasi kepada anak gadisnya yang beranjak remaja.
Landasan paling penting bagi orang tua dalam masalah ini adalah agama. Jadikanlah agama sebagai pedoman, karena panduan pendidikan seks pada anak sudah terangkum dalam ajaran agama. Orang tua harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menerangkan dan menjawab pertanyaan anak. Selain itu, orang tua harus memutuskan masa lalu dan keluar dari tabu-saru yang selama ini membelenggu.
Remaja Proaktif
Menanamkan pendidikan agama dan moralitas kepada remaja sangat penting untuk membentengi dirinya dari pergaulan bebas yang semakin merajalela sekarang ini. Pemahaman agama yang baik merupakan pondasi yang kuat. Alangkah baiknya jika orangtua sudah mulai mengajarkan pentingnya moralitas, khususnya dari pendekatan agama sejak anak-anak lulus sekolah dasar, yakni kira-kira usia 12 tahun yang merupakan awal memasuki usia remaja. Dalam hal ini, peran orangtua sangat besar.
Pendidikan dalam keluarga bisa dimulai dari keteladanan yang diberikan oleh orangtua. Dan itu merupakan contoh yang konkrit bagi anaknya. Karena biasanya anak kemudian akan mentransfer sikap yang ditunjukkan oleh orangtua. Jadi, orangtua sebaiknya menjadi figur panutan bagi anak-anaknya. Selain orangtua, anak bisa belajar melalui pendidikan di luar seperti sekolah maupun melalui media-media pendukung seperti buku-buku rohani dan sebagainya.
Agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, sebaiknya remaja diarahkan untuk proaktif mengikuti aktivitas positif baik itu di sekolah maupun dalam kelompok komunitas keagamaan. Agar remaja tertarik dan menikmati aktivitas tersebut, orangtua perlu memberikan dorongan dan memberi gambaran positif kepada anak-anaknya.
Agama mana pun tentu sangat peduli dengan masa depan remaja, karena remaja merupakan cikal bakal bangsa. Peran aktif komunitas agama dalam mendukung kegiatan remaja adalah mengarahkan kegiatan yang positif, seperti membangun camp-camp belajar dan mengadakan seminar tentang pembekalan moralitas.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)
No comments:
Post a Comment