Sunday 12 August 2012

Serial Mudik: Permainan Tradisional

Serial Mudik
Permainan Tradisional di Kampung Halaman


Salah satu tradisi saat Lebaran adalah pulang kampung atau mudik. Dan biasanya tradisi ini dijadikan ajang untuk berkumpul dengan keluarga besar. Tentu tak hanya berasal dari satu daerah saja, pasti ada juga saudara yang berasal dari luar daerah. Mums bisa loh memanfaatkan hal ini untuk mendekatkan anak-anak dengan kerabat seusianya dengan permainan ‘jadul’ (jaman dulu). Kok permainan jadul? Karena permainan ini sudah banyak tergeser dengan permainan modern. Tak salah mengenalkan mainan lama ini menjadi mainan baru kepada si kecil. Selain alatnya sederhana, cara memainkannya juga mudah. Ya, hitung-hitung melestarikan permainan tradisional jangan sampai punah begitu saja.

Cublak-Cublak Suweng
Kita patut bangga loh Mums, karena mempunyai permainan yang tak kalah serunya dengan permainan truth or dare yang berasal dari negaranya Obama. Orang Jawa menyebutnya cublak-cublak suweng. Permainan yang melibatkan banyak orang ini mengharuskan pesertanya untuk melakukan sesuatu bila tidak bisa menebak dengan tepat. Jumlah peserta yang banyak inilah yang membuat permainan cublak-cublak suweng menjadi lebih seru.

Cara Bermain:
1. Kumpulkan peserta sebanyak-banyaknya atau paling sedikit 6 orang.
2. Siapkan batu kerikil sebagai benda yang nantinya akan disembunyikan saat bermain.
3. Setelah semua peserta berkumpul, lakukanlah hom pim pa dan suit untuk menentukan siapa yang akan menjadi penebak pemegang kerikil.
4. Bagi yang kalah suit, ia harus duduk bersimpuh dengan kepala mencium lantai dengan mata tertutup. Peserta lainnya meletakkan telapak tangan di punggung orang tersebut (kalah suit). Satu peserta bertugas memegang kerikil yang akan disembunyikan.
5. Permainan dimulai dengan menyentuh kerikil ke setiap telapak tangan peserta lain.
6. Sepanjang permainan, peserta menyanyikan lagu cublak-cublak suweng. Syairnya, "cublak-cublak suweng, suwenge teng-gelenter, mambu ketundung gudel, pa empo lera lere, sopo ngguyu ndeliake". Setelah sampai pada kata ‘ndelikake’, kerikil harus digenggam oleh peserta yang tangannya terakhir kali disentuh.
7. Setelah kerikil digenggam, orang yang harus menebak bangun dan duduk bersimpuh. Sementara peserta lain menyanyikan “"sir, sir pong ndelik gopong" sebanyak mungkin hingga orang yang harus menebak menentukan siapa yang menyembunyikan kerikil. Sambil menyanyi, telunjuk tangan digoyangkan dan diarahkan ke orang yang harus menebak. Dia hanya diberikan kesempatan satu kali. Bila tak berhasil, dia akan menjadi orang yang harus menebak pada permainan berikutnya.
8. Bila gagal menebak, akan dimintai mengelilingi lapangan atau hal lain seperti jalan jongkok atau lainnya sesuai dengan kesepakatan. Jangan heran kalau ada permintaan yang aneh-aneh dari peserta lain.

Engklek
Jenis permainan ini sudah jarang sekali dijumpai terutama di daerah perkotaan. Permainan ini juga mempunyai banyak nama, ada yang menyebutnya teklek, engklek ataupun ciplak gunung. Istilah yang disebutkan memang beragam, namun tetap saja cara memainkan tetap sama.

Cara bermain:
1. Siapkan pecahan batu bata atau batu kerikil.
2. Gambar kotak sebanyak delapan kotak dan dibagi empat bagian, di atas kotak berikutnya gambar satu buah tempat yang berbentuk setengah lingkaran sebagai gunungnya.
3. Kumpulkan pemain minimal tiga orang. Setelah itu hom pim pa. Bagi yang menang bisa langsung bermain.
4. Caranya lempar batu kerikil atau potongan batu bata ke kotak yang tersedia. Geser batu dengan menggunakan kaki diangkat satu sambil melompat dari kotak satu ke kotak berikutnya.
5. Begitu seterusnya. Bila sudah sampai ke gunung berarti sudah berhasil melewati satu periode. Setelah itu diulang kembali dari awal.

Egrang
Permainan tradisional satu ini tidak asing lagi bagi anak-anak di masyarakat Jawa. Egrang terbuat dari dua batang bambu yang panjangnya masing-masing sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50 cm dari alas bambu tersebut, bambu dilubangi lalu dimasuki bambu dengan ukuran sekitar 20-30 cm yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Maka jadilah sebuah alat permainan yang dinamakan egrang.
Dalam permainan ini, anak harus bisa menjaga keseimbangan badan. Jika tidak bisa menjaga keseimbangan maka akan jatuh. Jangan takut, jika banyak berlatih dijamin akan terampil menggunakan egrang ini.

Congklak
Congklak merupakan permainan popular. Walau demikian, congklak juga dikenal dengan berbagai nama di setiap daerah. Misalnya dakon, untuk daerah Jawa. Congklak terdiri dari papan yang terbuat dari kayu dengan dua lubang besar sebagai rumah dan 14 lubang kecil sebagai anaknya. Jadi total keseluruhan ada 16 lubang, serta 98 buah biji congklak.
Biji congklak yang digunakan berasal dari cangkang kerang, namun sekarang sudah banyak cangkang kerang yang sengaja dibuat dari plastik. Bahkan di daerah pedesaan ada juga yang memainkan permainan ini dengan cara menggambar papan congklak di tanah menggunakan kapur, sedangkan bijinya menggunakan kerikil kecil.

Cara bermain:
1. Permainan congklak dimainkan oleh dua orang dengan duduk saling berhadapan.
2. Untuk pertama kali permainan, setiap lubang (14 lubang kecil) diisi masing-masing 7 buah biji congklak.
3. Salah satu pemain dapat memulai permainan ini lebih dulu dengan memilih lubang yang akan diambil bijinya, dan meletakkannya satu ke lubang di sebelah kirinya, lalu satu lagi ke lubang sebelah kirinya, begitu seterusnya.
4. Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, sedangkan bila habis di lubang besar miliknya (yang terletak di ujung sebelah kiri pemain) maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya.
5. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
6. Kalau sudah begini, giliran pemain ke dua yang memainkan permainan ini, dengan peraturan yang sama.
7. Permainan dianggap selesai apabila sudah tidak ada lagi biji congklak di lubang kecil kedua pemain (semua biji sudah ada di lubang besar). Pemain yang menang adalah pemain yang memiliki biji terbanyak.
8. Apabila permainan ingin dilanjutkan maka pemain yang memiliki biji yang lebih sedikit terpaksa harus mengosongkan beberapa lubang kecil yang dia punya. Lubang yang kosong tersebut tidak boleh diisi.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)

No comments:

Post a Comment