Membantu Anak Anda Mengatasi Perceraian
Perpisahan dan perceraian bisa sangat merusak anak-anak. Belajarlah bagaimana membantu anak mengatasi efek negatif jangka pendek dan panjang dari perpisahan dan perceraian, serta cara-cara membantu mencegah trauma dan mengurangi kerasnya kehidupan bagi anak-anak Anda.
Anak-anak musti menjadi perhatian utama sebelum maupun setelah bercerai. Untuk itu, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan.
Cara mengurangi efek-efek traumatis
Banyak anak menghadapi perceraian orangtuanya dengan relatif sedikit masalah atau efek negatif yang permanen. Akan tetapi, bagi sebagian anak lainnya, efek perceraian bisa traumatis dan sepanjang hidup. Perubahan-perubahan dalam pengaturan kehidupan anak, waktu bersama orangtua, pendidikan dan gaya hidup bisa memicu kemarahan, rasa takut atau respon “fight-or-flight.” Namun jika seorang anak tidak dapat mengungkapkan secara tepat atau memroses secara mental perasaan-perasaan tersebut, anak itu bisa merasa sangat tidak berdaya dan “membeku.” Reaksi ini adalah dasar stres traumatis.
Trauma dipengaruhi oleh pengalaman anak atas kejadian tertentu, bukan sekadar kejadian itu sendiri. Tiap anak, meski di dalam keluarga yang sama, bisa mengalami reaksi emosional yang berbeda terhadap banyak perubahan akibat perceraian. Sikap Anda juga ikut membentuk sikap anak-anak. Kata-kata dan tindakan Anda bisa membuat anak Anda terkena sakit emosional yang tidak perlu atau membantunya berkembang secara positif.
Trauma dapat menimbulkan depresi dan kecemasan pada saat perpisahan atau bertahun-tahun setelah perceraian. Trauma bisa muncul kembali pada saat akhir pekan, liburan, ulang tahun atau waktu-waktu di mana anak kehilangan keutuhan unit keluarganya.
Berikut ini ada beberapa langkah untuk mengurangi dampak traumatis perceraian.
- Bersikaplah jujur mengenai potensi trauma emosional pada tiap anak Anda.
- Biarkan anak Anda berkomunikasi secara terbuka.
- Berikan pelbagai pilihan pada anak-anak, jika memungkinkan, untuk meningkatkan rasa keberdayaannya atas hidup mereka sendiri.
- Temukan dukungan untuk diri Anda sendiri dan anak-anak.
Siapkan Diri Sendiri Sebelum Membantu Anak
Ini persis petunjuk yang kita terima setiap naik pesawat terbang. Kita harus menyiapkan diri sendiri dulu, sebelum bisa membantu anak-anak. Karenanya, jika Anda merasa sangat marah, takut, berduka, malu atau merasa bersalah terhadap pasangan Anda, cari seseorang untuk membantu Anda menyelesaikan perasaan-perasaan tersebut. Bisa juga dengan cara membuat jurnal (buku harian) – tetapi jangan sampai anak-anak Anda “secara kebetulan menemukan” catatan-catatan Anda itu. Dengan memroses emosi Anda melalui tulisan atau bicara dengan orang-orang yang bersikap mendukung, Anda akan menjadi contoh bagi anak-anak untuk bisa mengatasi perasaan-perasaan dengan lebih baik.
Jangan sekali-sekali memaparkan konflik perkawinan kepada anak-anak. Selain itu, sebaiknya:
- Jangan bertikai dengan pasangan di depan anak-anak atau di telepon.
- Cegah untuk membicarakan rincian-rincian perilaku negatif pasangan Anda.
- Kembangkan hubungan yang terjaga dengan pasangan Anda, sesegera mungkin, dan bersikap sopanlah di dalam interaksi Anda.
- Fokuskan pada kekuatan dan kebaikan semua anggota keluarga.
Selain itu, perceraian bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental Anda. Jagalah kesehatan Anda dan anak-anak:
- Usahakan menjaga rutinitas Anda dan anak-anak.
- Jangan mengisolasi diri dari orang lain.
- Buat kelompok pendukung Anda sendiri. Teman-teman lama bisa menjadi pendukung dalam pertempuran perceraian.
- Sediakan dan makan diet yang berimbang.
- Berolahraga dan bermain untuk memulihkan stres.
- Berdoa, bermeditasi atau menjalankan latihan rileksasi.
Cara berbicara dengan anak-anak soal perceraian
Ketika berbicara dengan anak-anak tentang perceraian atau perpisahan, sangatlah penting untuk bersikap jujur, tetapi tidak kritis terhadap pasangan Anda. Kebanyakan anak ingin tahu mengapa hidup mereka jadi mencemaskan. Bergantung usia anak Anda dan alasan perceraian, perbincangan ini membutuhkan sedikit diplomasi. Saat anak-anak sudah matang nanti, mungkin mereka menghendaki informasi lebih dalam.
Berikut ini beberapa saran yang bisa Anda terapkan:
- Buatlah rencana untuk bicara dengan anak-anak sebelum setiap perubahan dalam pengaturan hidup terjadi.
- Rencanakan untuk bicara ketika pasangan Anda juga hadir, jika memungkinkan.
- Ingatkan anak-anak Anda akan besarnya cinta Anda kepada mereka.
- Hormatilah pasangan Anda ketika menyampaikan alasan-alasan perpisahan.
- Katakan kepada mereka bahwa persoalan-persoalan perkawinan Anda bukanlah kesalahan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka tidak bertanggung jaab untuk memperbaiki masalah-masalah tersebut.
- Beritahukan pula mengenai perubahan-perubahan dalam pengaturan hidup, sekolah atau aktivitas lainnya. Beritahu pula kapan semua itu akan terjadi. Tetapi jangan bebani anak-anak dengan rincian-rincian.
- Selalu sediakan perasaan Anda untuk menenangkan mereka. Bahkan walau ada banyak konflik di rumah, anak-anak tetap akan merasa sangat kehilangan atas kepergian orangtuanya, atau hilangnya harapan untuk bersatu atau rekonsiliasi.
Pilihan-pilihan Pola Pengasuhan
Pola pengasuhan adalah salah satu aspek paling kritis dari sebuah perceraian. Biasanya pengadilan yang mengambil keputusan terakhir, tetapi kedua orangtua dan kadang-kadang anak-anak ikut memberi masukan. Perhatian utama harus selalu soal kepentingan terbaik anak-anak. Tak peduli perasaan negatif orangtua, mereka harus menetapkan satu rumah yang aman, nyaman dan penuh kasih untuk anak-anaknya.
Berikut ini pilihan-pilihan yang tersedia:
- Hak asuh bersama, baik secara hukum dan fisik. Kedua orangtua berbagi hak asuh fisik dan legal. Ini bisa dilakukan jika kedua orangtua hidup berdekatan.
- Hak asuh legal bersama. Kedua orangtua berbagi keputusan-keputusan legal, tetapi anak tinggal hanya dengan salah satu orangtua dan mengunjungi orangtua lainnya.
- Hak asuh utama hanya oleh satu orangtua. Satu orangtua memiliki hak asuh penuh atas anak, tetapi orangtua lainnya mungkin juga bertanggungjawab memberi dukungan finansial.
- Wali sah oleh seseorang selain orangtua. Dalam keputusan yang sangat jarang ini, kedua orangtua tidak punya hak asuh atas anak. Pengadilan menunjuk seorang saudara atau wali legal lainnya untuk anak tersebut.
- Mungkin juga ada pilihan-pilihan lain, misalnya anak tingga di rumah yang sama tetapi orangtua bergiliran tinggal di sana dengan jadwal teratur.
Persepsi Keliru Anak Soal Perceraian
Banyak anak percaya bahwa mereka telah melakukan suatu kesalahan atau dosa sehingga orangtuanya bercerai. Mereka mungkin ingat saat-saat mereka bertengkar dengan orangtua, menerima nilai-nilai rapor yang jelek, atau mendapat kesulitan. Mereka bisa saja mengaitkan konflik itu dengan konflik orangtuanya dan menyalahkan diri sendiri. Ada juga sebagian anak yang khawatir orangtuanya akan berhenti mencintainya, atau mereka tidak akan pernah melihat orangtuanya lagi. Kadang-kadang anak kecil juga tidak mengerti makna dan permanennya perceraian.
Hadapi kebingungan atau kesalahfahaman anak ini dengan kesabaran. Tekankan kepadanya bahwa Anda berdua akan tetap mencintai mereka dan bahwa bukan mereka yang menyebabkan perceraian. Lalu pelahan-lahan terangkan soal pengaturan hak asuh.
Orangtua Salah Faham Atas Reaksi Anak-anak Terhadap Perceraian
Kebanyakan orangtua yang bercerai juga tengah menghadapi berbagai perasaan seperti keraguan, berduka, malu, takut, marah atau lega. Mereka bisa saja memproyeksikan perasaan ini kepada anak-anaknya. Sementara anak-anak Anda memiliki hubungan, pengalaman dan kebutuhan yang berbeda. Perasaan mereka terhadap orangtua lainnya sangat berbeda dengan perasaan Anda. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, ketika ada banyak konflik di rumah, anak-anak bahkan berpura-pura punya perasaan yang sama dengan perasaan orangtuanya.
Selain itu, jika orangtua Anda dulu juga bercerai dan Anda kini tengah menceraikan pasangan Anda, perasaan Anda mungkin jauh lebih kuat dan pelik. Ini mungkin mengubah, memperkuat atau mengurangi persepsi Anda terhadap apa yang tengah dialami anak Anda. Jika memang seperti ini, bicarakan perasaan-perasaan Anda dengan orang-orang yang suportif yang bis amembantu Anda melihat segalanya dalam perspektif yang tepat.
Reaksi Emosional yang Jamak Terjadi pada Anak-anak
Tiap anak bereaksi secara berbeda pada berita perceraian. Awalnya, mereka mungkin melampiaskan kemarahan, takut atau duka luar biasa. Sebagian mungkin bertingkah tidak peduli. Ada pula yang merasa malu dan menyembunyikan kenyataan ini dari teman-temannya dan berpura-pura tidak terjadi. Sebagian bahkan meresa lega karena tidak ada lagi pertengkaran di rumah. Meskipun begitu, perceraian tetaplah sebuah kehilangan – bahkan jika hanya berupa hilangnya sebuah mimpi rumah yang bahagia.
Yang tidak kalah pentingnya, Anda mungkin terkejut dengan kuatnya perasaan anak Anda terhadap perceraian. Tetapi, yang jelas, jangan pernah meremehkan perasaan mereka. DB
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist, Sexologist, Psychoanalyst, Graphologist.
Untuk konsultasi, hubungi Hita di 0878-8170-5466 atau pin 2849C490. :)
No comments:
Post a Comment