Wednesday, 3 March 2010

Penambahan Dahulu, Baru Pengurangan!

(3 + 4 - 2 + 8 - 7= ? ). Anda yang telah memahami konsep penambahan dan pengurangan tentu tak sulit mengerjakan soal tersebut. Namun bagi anak yang baru mengenal angka tentu bukan hal mudah untuk memahaminya. Benarkah dengan bermain dan menggunakan alat peraga mempermudah anak memahami operasi tambah-kurang? Lantas antara proses penjumlahan dan pengurangan mana yang sebaiknya terlebih dulu diajarkan?


Sebagai orang tua, anda pasti ingin sekali memahami bagaimana cara mengajarkan keterampilan berhitung secara cepat dan tepat kepada anak-anak. Hal yang selama ini dilakukan secara ’turun-temurun’ dari generasi ke generasi adalah setelah memperkenalkan anak dengan angka 1 sampai 10 pasti hal berikutnya yang diajarkan adalah operasi tambah-kurang.

Pengurangan merupakan konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah penambahan. Biasanya pengurangan diajarkan hampir bersamaan dengan penambahan, tepatnya adalah penambahan diajarkan terlebih dahulu baru kemudian pengurangan, kemudian keduanya akan diajarkan secara pararel.


Hitung ke Atas, Jangan ke Bawah

Metoda untuk mengajarkan pengurangan pada tahap awal yang paling sesuai adalah dengan menghubungkan pada konsep penambahan, yaitu dengan pendekatan menghitung ke atas atau counting up, contohnya (7 + ? = 9), bukan dengan pendekatan menghitung ke bawah atau counting down, contohnya (9 – 7 = ?).

Melalui pendekatan counting up, anak dapat menggunakan pemahaman yang telah didapat selama mempelajari operasi penambahan untuk selanjutnya digunakan mempelajari pengurangan. Melalui pendekatan ini konsep pengurangan dipandang oleh anak sebagai perkembangan wajar dari konsep penambahan yang telah dimengerti sebelumnya.


Tahap Pengenalan

Dalam tahap ini anak mulai diperkenalkan dengan konsep selisih dalam kehidupan sehari-hari. Agar perpindahan dari konsep penambahan ke pengurangan berjalan dengan mulus, gunakan pendekatan counting up yaitu dengan dengan mencari beberapa kumpulan benda yang dibutuhkan agar jumlahnya sama dengan kumpulan benda lain yang lebih banyak.

Misalnya saat bermain dengan kelereng, jika ada tiga kelereng di lantai, si anak dapat ditanyakan berapa kelereng yang harus ditambahkan agar jumlahnya menjadi sepuluh kelereng, contohnya (3 + ? = 10). Di sini objek kelereng tentu saja dapat diganti dengan objek-objek yang lain, misalnya teman bermain mereka, bola warna-warni, buah-buahan, permen atau pun benda-benda lainnya yang menarik perhatian anak.


Plus Penjelasan Verbal

Setelah anak memahami pengurangan dengan pendekatan counting up berarti mereka telah siap untuk mengenal pendekatan counting down yang bersifat lebih langsung ke persoalannya. Pendekatan ini dapat diajarkan dengan cara mengambil satu kelereng dari sepuluh kelereng, kemudian ditanyakan hasilnya kepada si anak, contohnya (10 – 1 = ?).

Namun pendekatan ini harus diiringi dengan kata-kata yang menjelaskan konsep pengurangan tersebut, misalnya “sepuluh dikurangi satu sama dengan sembilan.”

Diharapkan dengan mengajarkan fakta-fakta ini terus menerus kepada anak, mereka akan dapat menarik kesimpulan tentang operasi pengurangan dengan tepat walaupun hal ini belum disampaikan dalam bentuk angka tertulis.


Abstraksi Konsep

Lantas tahap berikutnya dimulai dengan penulisan angka dan simbol operator pengurangan (-). Pada tahap ini, anak-anak sudah harus bisa mengabstraksi konsep bilangan ke dalam sebuah notasi desimal tertulis. Urutan penyajian materinya berdasarkan tingkat kesulitan yang harus dikerjakan oleh anak yakni berdasarkan banyaknya digit bilangan yang terlibat, misalnya satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Pada setiap digit bilangan ini dilakukan latihan yang berulang-ulang agar siswa dapat menguasai dengan mahir. Baru kemudian berpindah ke digit bilangan yang lebih banyak.

Penting pula untuk selalu mendahulukan anak untuk mengerti proses penghitungan, meliputi cara-caranya dalam mengerjakan operasi tambah-kurang tersebut. Jangan hanya sekadar menghafal hasil akhirnya saja, karena yang terpenting adalah ketika anak mengerti proses pengerjaan hingga mendapatkan hasil akhirnya.


Menghafal Juga Perlu

Tapi keterampilan anak menghafal juga perlu. Ini akan mengefisiensi waktu dalam mengerjakan soal yang jumlahnya banyak.

Lebih baik lagi jika guru dan orangtua tak menuntut murid harus menghafal. Dampak tuntutan tersebut pasti membebani anak. Biarlah anak mengerti dan hafal dengan alamiah, sesuai kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Penting juga untuk tidak membanding-bandingkan kemampuan dan daya tangkap tiap anak, karena pada dasarnya tiap anak unik serta memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing!


PAIKEM GEMBROD

Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Produktif (PAIKEMGEMBROD), itulah yang kini sedang rajin didengungkan sekolah-sekolah di Jakarta. Proses belajar mengajar harus diselenggarakan dalam keadaan menyenangkan, tak terkecuali dalam mempelajari operasi tambah-kurang.

Penambahan dan pengurangan bagi anak-anak yang baru mengenal angka mungkin dirasa sebagai materi yang sulit. Namun jika diterapkan dengan suasana bermain, disertai alat peraga yang menarik, anak akan lebih mudah menyerap materi.

Agar pemahaman anak makin mendalam, orang tua perlu mengetahui apa saja materi pelajaran yang telah didapatkan anak di sekolah. Operasi tambah-kurang yang telah dipelajari anak di sekolah dapat diulang kembali oleh orang tua di rumah.

Melalui kreativitas yang tinggi orang tua dapat menerapakan metoda yang sama dengan yang diterapkan guru di sekolah, yaitu bermain sambil belajar. Alat peraga pun dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan benda-benda yang ada di dalam rumah. Sehingga anak pun tak bingung dengan adanya perbedaan pola mengajar di sekolah dengan di rumah. - DB

Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D


No comments:

Post a Comment