Thursday, 25 March 2010

ASPIRIN ATAU NON-ASPIRIN?

Aspirin atau Non-Aspirin?

Demi anak-anak, jawabannya mudah: non-aspirin. Aspirin, meskipun bermanfaat menyembuhkan banyak penyakit pada orang dewasa, jarang sekali direkomendasi untuk anak-anak karena punya daftar panjang efek samping. Pada anak-anak dengan penyakit virus, aspirin bisa menimbulkan sindroma Reye – suatu penyakit berat. Jadi, jangan beri aspirin kepada anak-anak, kecuali dokter memerintahkan.

Seperti aspirin, asetaminofen (mereknya antara lain: Tylenol, Tempra, Panadol, Liquiprin, Anacin-3) adalah zat antipiretik (pengurang demam) dan penghilang rasa sakit. Tetapi tidak seperti aspirin, asetaminofen relatif bebas efek samping (walau kadang-kadang bisa menimbulkan gangguan liver jika diberikan dalam dosis tinggi).
Asetaminofen bisa berbentuk cairan untuk diberikan dalam pipet, sendok ukur, atau mangkuk. Ada pula yang berbentuk tablet kunyah untuk balita besar; dan dalam bentuk supositoria untuk balita yang tak mau minum obat; atau berbentuk tabur untuk anak yang gampang curiga kalau ada obat dalam makanannya.

Ibuprofen (merek: Advil, Motrin) sama efektifnya seperti asetaminofen dalam mengurangi demam dan menghilangkan rasa sakit, tetapi juga mengandung efek anti-inflamasi. Seperti aspirin, ibuprofen bisa mengganggu lambung, namun pemakaian pada anak-anak tidak menyebabkan sindroma Reye. Ibuprofen tersedia untuk anak-anak hanya dengan resep dokter.

Obat antipiretik perlu waktu antara setengah sampai satu jam untuk menurunkan demam; dan efeknya berlangsung antara 4 – 6 jam jika asetaminofen atau 6 – 8 jam jika ibuprofen. Respon terhadap obat jauh lebih cepat pada balita berumur di bawah dua tahun daripada anak yang lebih tua.

Karena semua obat berbahaya dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dianjurkan, jangan pernah memberi lebih dari yang diperintahkan dokter. Dan sebelum pemberian obat berikutnya, simpan obat di luar jangkauan anak. Dono Baswardono, CHT, AISEC, MA, Ph.D

No comments:

Post a Comment