Mood Swing: Jika BuMil Galau
Wah... senangnya saat mendapati tanda positif pada alat tes kehamilan. Namun kebahagiaan itu menjadi sedikit ‘tercoreng’ saat Anda secara tiba-tiba mengalami mood yang berubah-ubah. Pagi hari happy, menjelang siang berubah kesal dan marah-marah, malamnya malah menangis tanpa sebab sampai tidak bisa tidur. Kalau sudah begini, kasihan juga si dedek ya. Jangan khawatir, mood swing bisa diatasi kok! Nah, ayo cari tahu penyebab dan solusinya.
Faktor Penyebab
Selama hamil, sangat normal apabila calon ibu mengalami mood swing, emosi dan suasana hati yang naik-turun secara fluktuatif. Meskipun mood swing adalah hal umum yang terjadi, namun 1 dari 10 BuMil yang mengalaminya bahkan dapat mengalami fluktuasi ekstrim dan mengalami masalah yang signifikan menurut sebuah penelitian di Universitas Melbourne, Australia.
Keadaan yang menyebabkan BuMil mengalami gangguan suasana hati antara lain:
• Kehamilan yang tak diinginkan.
• Kehamilan berisiko.
• Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau terlalu jauh.
• Riwayat keguguran.
• Kehamilan normal namun memiliki pengalaman anak pertama sakit berat atau kesulitan dalam mengasuh anak pertama.
Mood Swing atau Depresi Kehamilan?
Untuk membedakan antara keduanya, tentu calon ibu dan ayah perlu teliti membaca beberapa tanda. Apabila Anda sesekali mengalami perasaan sedih, kesal atau marah yang tak jelas alasannya, tak perlu terlalu khawatir karena hal tersebut masih tergolong normal.
Perlu diwaspadai jika Anda mengalaminya lebih dari seminggu bahkan beberapa minggu dan tak lagi bisa mengendalikan diri. Segera cari bantuan profesioanal (dokter kandungan atau psikolog) jika mengalami keadaan di bawah ini:
• Calon ibu tidak bisa berkonsentrasi, mengingat atau mengambil keputusan.
• Mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
• Mengganggu hubungan BuMil dengan orang-orang sekitarnya termasuk suami.
• BuMil tak bisa mengurus diri sendiri, keluarga dan anak (untuk kasus kehamilan kedua).
• Kondisi calon ibu mengancam keselamatan janin, misalnya dengan menolak makan atau makan berlebihan, timbul keinginan untuk bunuh diri.
Mari Bersenang-senang!
Masa kehamilan memang penuh kejutan. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari mual, ngidam, belum lagi perubahan bentuk tubuh yang terjadi. Jangan khawatir, solusinya sederhana kok. Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan hati Anda Mom, seperti:
• Misalnya Anda hobi membaca buku, maka ajaklah suami menemani Anda ke toko buku. Jika Anda merasa 'jelek' karena tubuh menggemuk dan wajah berjerawat, sesekali manjakan tubuh di salon atau spa.
• Kalau malas ke luar rumah, minta suami untuk memijati tubuh sambil mendengarkan keluh-kesah Anda, setelah itu berendamlah di air hangat agar tubuh rileks.
• Untuk suami dan keluarga terdekat berilah BuMil perhatian ekstra, ketenangan, kenyamanan serta kasih-sayang. Yang tak boleh dilupakan berikan asupan zat gizi dan istirahat yang cukup!
• Jika mood swing yang dialami BuMil karena pernah mengalami kesulitan saat mengasuh anak terdahulu maka berkonsultasilah dengan para ahli. DB
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D - Marriage & Family Therapist
Untuk konsultasi, hubungi di 087881705466 atau pin 2849C490. :)
Tuesday, 10 July 2012
Agar Anak Gemar Membaca
Awali Gemar Membaca dari Dalam Rumah!
Kerugian besar tidak dapat dihindari, jika anak-anak dibesarkan di rumah yang tanpa buku, dan tanpa orangtua yang suka membaca. Kerugian semakin besar karena kebanyakan kecintaan membaca hanya bisa diajarkan oleh orangtua dan semua berawal dari rumah!
Dari pengamatan, kegiatan membaca akan memudahkan pengembangan konsentrasi lisan karena anak sering menerima masukan informasi lisan dari buku yang dibacanya. Melalui membaca, anak-anak akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga mereka bisa mengikuti dan menikmati suatu diskusi dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak suka membaca. Mereka lebih mudah mengolah informasi baru, mempunyai lebih banyak tambahan ide, dan lebih cepat melihat kepelikan yang ada.
Selain itu, karena mereka mempunyai kosa kata yang banyak dan beragam, mereka akan mudah menulis dengan baik dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Yang lebih menggembirakan, anak yang gemar membaca akan mampu mengatasi masalah pribadi dan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk meraih kehidupan yang sukses.
Membaca itu Menyenangkan, Asal...
Anda kesulitan menciptakan rumah gemar membaca? Simak tip berikut ini:
• Pertama yang harus diingat adalah tidak memaksa anak-anak membaca banyak bacaan.
• Biarkanlah mereka membaca sedikit di rumah pada awalnya, daripada mereka membaca banyak hanya karena kita memaksanya.
• Anak mencontoh perilaku yang ditunjukkan orang-orang terdekatnya. Maka cara mudah untuk menumbuhkan minat baca anak adalah sering-seringlah Anda membaca dalam keseharian. Tunjukkan pada anak bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang mengasyikkan, terutama bagi kedua orangtuanya!
• Bacakan cerita untuk anak. Namun sebelum membaca pahami terlebih dahulu isi buku yang Anda baca disertai dengan improvisasi saat menyampaikannya pada anak.
• Untuk mempersiapkan anak berusia 3-4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah.
• Ketika sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah, tiap kali melewati plang nama jalan atau spanduk warna-warni yang menarik perhatiannya, ajak anak untuk membaca kata-kata di dalamnya.
• Berikanlah anak-anak bahan bacaan yang mudah untuk dinikmati dan menyenangkan Biarkanlah anak-anak membaca buku-buku yang membuat mereka merasa bahwa mereka adalah pembaca yang baik dengan menanyakan pendapat mereka tentang buku yang mereka baca. Jika Anda sudah mengetahui, buku-buku macam apa yang mereka sukai dan mengasyikkan bagi mereka, berusahalah untuk mencari dan memberikannya kepada mereka.
• Berikan anak buku dan majalah yang penuh dengan gambar-gambar yang menarik Biarkan ia membolak-balik buku-buku atau majalah tersebut. Sekali-kali, cobalah memintanya memilih buku/majalah sendiri untuk mengetahui minatnya
• Biarkan anak membaca komik, majalah ataupun koran -sesuai dengan usia anak. Janganlah berpikir bahwa ketiga jenis bacaan tersebut bacaan yang buruk atau tidak bermutu. Untuk anak yang minat bacanya rendah atau kemampuan membacanya rendah, bacaan tersebut memiliki beberapa kelebihan, yaitu: komik memiliki karakter, garis cerita, jenis bahasa, dan nada yang sama. Sedangkan, majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek yang dapat dibaca dalam waktu yang singkat oleh orang yang tidak suka membaca. Di samping itu, ada gambar yang bisa membantunya menerka arti kata yang tidak ia mengerti. Selanjutnya sedikit demi sedikit mulailah untuk menggerakkan minat anak untuk membaca jenis bacaaan lainnya. DB
Pentingnya Perpustakaan Rumah
Orangtua harus menciptakan rumah sebagai tempat yang menyenangkan. Salah satu hal yang mungkin terjadi yaitu rumah Anda akan berantakan karena bisa jadi buku-buku akan tercecer di mana-mana. Selain itu, kesenangan membaca akan membutuhkan banyak biaya sehingga orangtua harus siap mengeluarkan sejumlah uang untuk pembelian buku-buku atau bahan bacaan lainnya.
Walaupun saat ini mulai tersedia perpustakaan baik di kantor, institusi pendidikan, kafe atau beberapa tempat publik lainnya, namun penyediaan sebuah perpustakaan di dalam rumah sendiri cukuplah penting. Mengapa demikian ? Berikut alasannya :
1. Perpustakaan di dalam rumah dapat menciptakan suasana belajar dan gemar membaca
2. Menggugah minat baca dan belajar bagi orang yg tinggal didalamnya
3. Kita dapat menikmati bacaan dengan lebih nyaman dan bebas karena berada di dalam rumah sendiri. DB
Disain Perpustakaan Rumah
Sedangkan untuk disainnya sendiri disarankan sebagai berikut :
1. Bentuk dan lokasi harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni rumah
2. Cukup cahaya dan sirkulasi udara dan jauh dari kebisingan sehingga tidak mengganggu dan menyehatkan penggunanya
3. Gunakan disain tata ruang yang menarik agar tidak terkesan membosankan
4. Ruang sebaiknya jauh dari tempat-tempat lembab karena dikuatirkan dapat merusak koleksi yang dimiliki
5. Gunakan rak buku sesuai ukuran koleksi dan tema buku
6. Gunakan penomoran klasifikasi dan nomor induk bila perlu
7. Agar perpustakaan lebih nyaman lagi, bisa juga ditambahkan meja baca atau sofa Penambahan beberapa aksesoris atau pot tanaman serta adanya alunan musik akan semakin mempercantik ruang dan suasana perpustakaan rumah Anda
Apakah di rumah Anda sudah memiliki Perpustakaan pribadi ? Jika belum , mengapa tidak mencobanya?
Dr. Dono Baswardono, Graph, Psych, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist
Untuk konsultasi, hubungi 087881705466 atau pin 2849C490. :)
Kerugian besar tidak dapat dihindari, jika anak-anak dibesarkan di rumah yang tanpa buku, dan tanpa orangtua yang suka membaca. Kerugian semakin besar karena kebanyakan kecintaan membaca hanya bisa diajarkan oleh orangtua dan semua berawal dari rumah!
Dari pengamatan, kegiatan membaca akan memudahkan pengembangan konsentrasi lisan karena anak sering menerima masukan informasi lisan dari buku yang dibacanya. Melalui membaca, anak-anak akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga mereka bisa mengikuti dan menikmati suatu diskusi dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak suka membaca. Mereka lebih mudah mengolah informasi baru, mempunyai lebih banyak tambahan ide, dan lebih cepat melihat kepelikan yang ada.
Selain itu, karena mereka mempunyai kosa kata yang banyak dan beragam, mereka akan mudah menulis dengan baik dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Yang lebih menggembirakan, anak yang gemar membaca akan mampu mengatasi masalah pribadi dan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk meraih kehidupan yang sukses.
Membaca itu Menyenangkan, Asal...
Anda kesulitan menciptakan rumah gemar membaca? Simak tip berikut ini:
• Pertama yang harus diingat adalah tidak memaksa anak-anak membaca banyak bacaan.
• Biarkanlah mereka membaca sedikit di rumah pada awalnya, daripada mereka membaca banyak hanya karena kita memaksanya.
• Anak mencontoh perilaku yang ditunjukkan orang-orang terdekatnya. Maka cara mudah untuk menumbuhkan minat baca anak adalah sering-seringlah Anda membaca dalam keseharian. Tunjukkan pada anak bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang mengasyikkan, terutama bagi kedua orangtuanya!
• Bacakan cerita untuk anak. Namun sebelum membaca pahami terlebih dahulu isi buku yang Anda baca disertai dengan improvisasi saat menyampaikannya pada anak.
• Untuk mempersiapkan anak berusia 3-4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah.
• Ketika sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah, tiap kali melewati plang nama jalan atau spanduk warna-warni yang menarik perhatiannya, ajak anak untuk membaca kata-kata di dalamnya.
• Berikanlah anak-anak bahan bacaan yang mudah untuk dinikmati dan menyenangkan Biarkanlah anak-anak membaca buku-buku yang membuat mereka merasa bahwa mereka adalah pembaca yang baik dengan menanyakan pendapat mereka tentang buku yang mereka baca. Jika Anda sudah mengetahui, buku-buku macam apa yang mereka sukai dan mengasyikkan bagi mereka, berusahalah untuk mencari dan memberikannya kepada mereka.
• Berikan anak buku dan majalah yang penuh dengan gambar-gambar yang menarik Biarkan ia membolak-balik buku-buku atau majalah tersebut. Sekali-kali, cobalah memintanya memilih buku/majalah sendiri untuk mengetahui minatnya
• Biarkan anak membaca komik, majalah ataupun koran -sesuai dengan usia anak. Janganlah berpikir bahwa ketiga jenis bacaan tersebut bacaan yang buruk atau tidak bermutu. Untuk anak yang minat bacanya rendah atau kemampuan membacanya rendah, bacaan tersebut memiliki beberapa kelebihan, yaitu: komik memiliki karakter, garis cerita, jenis bahasa, dan nada yang sama. Sedangkan, majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek yang dapat dibaca dalam waktu yang singkat oleh orang yang tidak suka membaca. Di samping itu, ada gambar yang bisa membantunya menerka arti kata yang tidak ia mengerti. Selanjutnya sedikit demi sedikit mulailah untuk menggerakkan minat anak untuk membaca jenis bacaaan lainnya. DB
Pentingnya Perpustakaan Rumah
Orangtua harus menciptakan rumah sebagai tempat yang menyenangkan. Salah satu hal yang mungkin terjadi yaitu rumah Anda akan berantakan karena bisa jadi buku-buku akan tercecer di mana-mana. Selain itu, kesenangan membaca akan membutuhkan banyak biaya sehingga orangtua harus siap mengeluarkan sejumlah uang untuk pembelian buku-buku atau bahan bacaan lainnya.
Walaupun saat ini mulai tersedia perpustakaan baik di kantor, institusi pendidikan, kafe atau beberapa tempat publik lainnya, namun penyediaan sebuah perpustakaan di dalam rumah sendiri cukuplah penting. Mengapa demikian ? Berikut alasannya :
1. Perpustakaan di dalam rumah dapat menciptakan suasana belajar dan gemar membaca
2. Menggugah minat baca dan belajar bagi orang yg tinggal didalamnya
3. Kita dapat menikmati bacaan dengan lebih nyaman dan bebas karena berada di dalam rumah sendiri. DB
Disain Perpustakaan Rumah
Sedangkan untuk disainnya sendiri disarankan sebagai berikut :
1. Bentuk dan lokasi harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni rumah
2. Cukup cahaya dan sirkulasi udara dan jauh dari kebisingan sehingga tidak mengganggu dan menyehatkan penggunanya
3. Gunakan disain tata ruang yang menarik agar tidak terkesan membosankan
4. Ruang sebaiknya jauh dari tempat-tempat lembab karena dikuatirkan dapat merusak koleksi yang dimiliki
5. Gunakan rak buku sesuai ukuran koleksi dan tema buku
6. Gunakan penomoran klasifikasi dan nomor induk bila perlu
7. Agar perpustakaan lebih nyaman lagi, bisa juga ditambahkan meja baca atau sofa Penambahan beberapa aksesoris atau pot tanaman serta adanya alunan musik akan semakin mempercantik ruang dan suasana perpustakaan rumah Anda
Apakah di rumah Anda sudah memiliki Perpustakaan pribadi ? Jika belum , mengapa tidak mencobanya?
Dr. Dono Baswardono, Graph, Psych, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist
Untuk konsultasi, hubungi 087881705466 atau pin 2849C490. :)
Sunday, 8 July 2012
Tuhan Yang Tersayang
Tuhan Yang Tersayang
Selamat pagi, Tuhan yang Mahabaik. Aku tahu Engkau sudah mengenalku sejak lama, tapi kata Mama, kepada siapa pun aku harus memperkenalkan diri terlebih dahulu; jadi, namaku Talitha. Bulan lalu, aku ulang tahun ke sebelas dan sekarang kelas empat SD. Kau tahu, surat ini kuketik dengan menggunakan laptop pemberian Papa dan Mama dan kucetak dengan printer kado dari Paman, adik ayahku.
Sejak kecil aku memang sulit sekali menulis dengan jari-jariku yang jumlahnya genap itu. Kata dokter yang memeriksaku ketika TK dulu, aku menderita disgrafia dan aspesger. Dia bilang kalau IQ-ku 138, tiga angka lagi aku bisa disebut genius. Tapi entah kenapa, aku kadang-kadang malah sulit sekali menangkap pelajaran di sekolah. Dan kalau melihat tulisanku yang miring ke sana ke mari, kebanyakan teman menyebutku bodoh. Bahkan ada beberapa guru yang juga menganggapku begitu. Baru melihat kertas ulanganku saja, mereka sudah memberi nilai jelek, padahal belum sempat membaca seluruh jawabanku.
Mama membawaku ke dokter setelah ia lelah mengajariku memegang pinsil. Ya, aku memang tak pernah bisa memegang krayon, pinsil, kapur, dan bolpen dengan baik. Kalau ia menyodorkan buku mewarnai, coretan krayonku malah mencuat ke mana-mana. Aku sudah berusaha keras, tapi tanganku terasa kaku, akibatnya huruf yang kubuat nyaris tak terbaca. Tanganku selalu kotor terkena spidol dan tinta yang belepotan di seluruh jariku.
Begitu aku naik ke kelas dua SD, tidak satu pun teman sekelasku yang mau memeriksa kertas ulanganku; padahal Ibu Guru selalu meminta kami untuk saling bertukar kertas ulangan untuk memberi nilai sesuai jawaban yang dia diktekan di depan. Aku bisa memaklumi teman-temanku, karena mereka tak bisa membaca tulisanku. Ada satu orang yang bisa, Maria, tapi sayangnya, dia sudah pindah ke Yogya.
Tuhan, kata dokter, otakku tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan tanganku. Dia bilang, syaraf-syaraf di jari dan tanganku sebenarnya sehat saja. Jariku bisa merasakan kalau aku sedang memegang krayon atau pinsil. Tapi entah kenapa, otakku tidak bisa memberi perintah yang benar pada syaraf di tanganku. Jadi, aku musti memegang pinsil itu dengan erat, nyaris mencengkeramnya, agar otakku tahu kalau aku benar-benar sedang memegang pinsil.
Karena itulah aku sebenarnya lebih senang menyampaikan segala sesuatu dengan mulutku. Aku mahir sekali bercerita dan mendongeng, juga mendikte. Sayangnya, tidak semua guru membolehkanku menjawab dengan ucapan. Mereka memaksaku untuk menulis. Kalau diminta membuat karangan tertulis tentang perjalanan liburan, aku merasa seperti mendapat hukuman seumur hidup. Seandainya aku boleh bercerita di depan, aku dengan senang hati akan menceritakan rumah masa kecil Bung Karno di Blitar. Aku juga akan bercerita bahwa pahatan wayang kulit di sana berbeda dari gaya Yogya, Solo maupun Madura.
Tuhan, aku sangat sedih karena dalam bidang seni, nilai-nilaiku sangat buruk. Banyak sekali pemandangan indah di dalam kepalaku, tetapi tak satu pun yang bisa kutorehkan di atas kertas.
Meski sedih, aku tidak mengeluh koq, Tuhan. Karena aku tahu, Engkau memberiku pikiran-pikiran yang tajam dan sedikit selera humor. Setiap kali pelajaran berdebat, aku menyambutnya dengan bersemangat. Wajahku berbinar-binar, dan teman-teman memujiku kalau sangat hebat dalam berpidato. Setiap kali ada diskusi di kelas, aku selalu menonjol. Dengan cara itulah aku berusaha mendapatkan nilai-nilaiku.
Bila ada orang bertanya apa cita-citaku, dengan cepat kujawab, “Pengacara!” Aku yakin kalau aku akan berhasil di bidang itu. Aku ingin memeriksa kasus-kasus, seperti yang kulihat di televisi. Aku akan memaparkan semua kasus itu dengan jujur. Kata Papa, semuanya akan sia-sia kalau aku tidak jujur. Aku setuju.
Tuhan, aku menulis surat ini sebagai ungkapan terimakasihku karena Engkau telah membuatku sebagai anak yang istimewa. Kau menegaskan bahwa aku adalah ciptaanMu yang luar biasa. Kau juga meyakinkanku kalau Engkau akan setia menjagaku. Engkau tidak akan pernah meninggalkanku. Kau punya rencana sempurna untukku. Kau pasti memberiku masa depan dan harapan.
Mama dan Papa juga selalu mendorongku. Karena itulah, mereka menghadiahiku laptop untuk kubawa ke sekolah. Dan, syukurlah, Kepala Sekolah dan guru-guruku membolehkannya.
Tuhan, sekali lagi, aku sangat bersyukur karena Engkau memberiku karunia luar biasa. Memang hidupku kadang terasa berat, tapi aku malah senang karena Engkau memberi kesempatan-kesempatan yang hanya khusus untukku. Terimakasih telah memercayaiku untuk bisa mengatasi segala tantangan ini. Terimakasih telah menyintaiku tanpa syarat.
Aku yang juga menyintaimu,
Talitha.
Selamat pagi, Tuhan yang Mahabaik. Aku tahu Engkau sudah mengenalku sejak lama, tapi kata Mama, kepada siapa pun aku harus memperkenalkan diri terlebih dahulu; jadi, namaku Talitha. Bulan lalu, aku ulang tahun ke sebelas dan sekarang kelas empat SD. Kau tahu, surat ini kuketik dengan menggunakan laptop pemberian Papa dan Mama dan kucetak dengan printer kado dari Paman, adik ayahku.
Sejak kecil aku memang sulit sekali menulis dengan jari-jariku yang jumlahnya genap itu. Kata dokter yang memeriksaku ketika TK dulu, aku menderita disgrafia dan aspesger. Dia bilang kalau IQ-ku 138, tiga angka lagi aku bisa disebut genius. Tapi entah kenapa, aku kadang-kadang malah sulit sekali menangkap pelajaran di sekolah. Dan kalau melihat tulisanku yang miring ke sana ke mari, kebanyakan teman menyebutku bodoh. Bahkan ada beberapa guru yang juga menganggapku begitu. Baru melihat kertas ulanganku saja, mereka sudah memberi nilai jelek, padahal belum sempat membaca seluruh jawabanku.
Mama membawaku ke dokter setelah ia lelah mengajariku memegang pinsil. Ya, aku memang tak pernah bisa memegang krayon, pinsil, kapur, dan bolpen dengan baik. Kalau ia menyodorkan buku mewarnai, coretan krayonku malah mencuat ke mana-mana. Aku sudah berusaha keras, tapi tanganku terasa kaku, akibatnya huruf yang kubuat nyaris tak terbaca. Tanganku selalu kotor terkena spidol dan tinta yang belepotan di seluruh jariku.
Begitu aku naik ke kelas dua SD, tidak satu pun teman sekelasku yang mau memeriksa kertas ulanganku; padahal Ibu Guru selalu meminta kami untuk saling bertukar kertas ulangan untuk memberi nilai sesuai jawaban yang dia diktekan di depan. Aku bisa memaklumi teman-temanku, karena mereka tak bisa membaca tulisanku. Ada satu orang yang bisa, Maria, tapi sayangnya, dia sudah pindah ke Yogya.
Tuhan, kata dokter, otakku tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan tanganku. Dia bilang, syaraf-syaraf di jari dan tanganku sebenarnya sehat saja. Jariku bisa merasakan kalau aku sedang memegang krayon atau pinsil. Tapi entah kenapa, otakku tidak bisa memberi perintah yang benar pada syaraf di tanganku. Jadi, aku musti memegang pinsil itu dengan erat, nyaris mencengkeramnya, agar otakku tahu kalau aku benar-benar sedang memegang pinsil.
Karena itulah aku sebenarnya lebih senang menyampaikan segala sesuatu dengan mulutku. Aku mahir sekali bercerita dan mendongeng, juga mendikte. Sayangnya, tidak semua guru membolehkanku menjawab dengan ucapan. Mereka memaksaku untuk menulis. Kalau diminta membuat karangan tertulis tentang perjalanan liburan, aku merasa seperti mendapat hukuman seumur hidup. Seandainya aku boleh bercerita di depan, aku dengan senang hati akan menceritakan rumah masa kecil Bung Karno di Blitar. Aku juga akan bercerita bahwa pahatan wayang kulit di sana berbeda dari gaya Yogya, Solo maupun Madura.
Tuhan, aku sangat sedih karena dalam bidang seni, nilai-nilaiku sangat buruk. Banyak sekali pemandangan indah di dalam kepalaku, tetapi tak satu pun yang bisa kutorehkan di atas kertas.
Meski sedih, aku tidak mengeluh koq, Tuhan. Karena aku tahu, Engkau memberiku pikiran-pikiran yang tajam dan sedikit selera humor. Setiap kali pelajaran berdebat, aku menyambutnya dengan bersemangat. Wajahku berbinar-binar, dan teman-teman memujiku kalau sangat hebat dalam berpidato. Setiap kali ada diskusi di kelas, aku selalu menonjol. Dengan cara itulah aku berusaha mendapatkan nilai-nilaiku.
Bila ada orang bertanya apa cita-citaku, dengan cepat kujawab, “Pengacara!” Aku yakin kalau aku akan berhasil di bidang itu. Aku ingin memeriksa kasus-kasus, seperti yang kulihat di televisi. Aku akan memaparkan semua kasus itu dengan jujur. Kata Papa, semuanya akan sia-sia kalau aku tidak jujur. Aku setuju.
Tuhan, aku menulis surat ini sebagai ungkapan terimakasihku karena Engkau telah membuatku sebagai anak yang istimewa. Kau menegaskan bahwa aku adalah ciptaanMu yang luar biasa. Kau juga meyakinkanku kalau Engkau akan setia menjagaku. Engkau tidak akan pernah meninggalkanku. Kau punya rencana sempurna untukku. Kau pasti memberiku masa depan dan harapan.
Mama dan Papa juga selalu mendorongku. Karena itulah, mereka menghadiahiku laptop untuk kubawa ke sekolah. Dan, syukurlah, Kepala Sekolah dan guru-guruku membolehkannya.
Tuhan, sekali lagi, aku sangat bersyukur karena Engkau memberiku karunia luar biasa. Memang hidupku kadang terasa berat, tapi aku malah senang karena Engkau memberi kesempatan-kesempatan yang hanya khusus untukku. Terimakasih telah memercayaiku untuk bisa mengatasi segala tantangan ini. Terimakasih telah menyintaiku tanpa syarat.
Aku yang juga menyintaimu,
Talitha.
Adaptasi pada Sekolah Baru? Mudah, Kok!
Wah, senangnya! Akhirnya si kecil mulai memasuki dunia baru: sekolah. Jangan sampai Anda malah yang gugup dan deg-degan menghadapi hari pertamanya di Play Group atau TK, ya? Bisa-bisa si kecil bukannya bersemangat, malah enggan ke sekolah. Nah, apa yang musti Anda persiapkan? Yuk, intip kiat agar ia gampang beradaptasi!
1. Kenalkan Situasi Baru
Biasakan anak mengenal situasi baru dan beradaptasi di dalamnya. Tekankan bahwa ia tak perlu takut pada situasi yang baru karena ia berada di lingkungan aman. Anda bisa menerapkan hal ini saat mengajak ia berkunjung ke acara pernikahan, pesta ulang tahun anak sahabat Anda atau taman bermain sekitar rumah.
2. Sesuaikan dengan Keadaan Sekolah
Dari jauh-jauh hari, siapkan informasi tentang sekolah barunya. Entah peraturan sekolah atau kebiasaan guru-guru mengajar. Nah, tetapkan keteraturan kegiatan sekolah dengan di rumah. Misalnya, sesuaikan jadwal bangunnya dengan jadwal masuk sekolah. Bila ia biasa bangun pagi pukul 07.30 WIB padahal jadwal masuk sekolah pukul 07.15 WIB, maka percepatlah jam bangunnya seminggu sebelum harinya agar ia terbiasa.
3. ‘Berkenalan’ Lebih Dini
Sebelum ia masuk sekolah, ajarkan untuk mengenal lebih dekat lingkungan sekolahnya. Bawalah ia mengunjungi ‘calon sekolahnya’ dahulu.
Sosialisasikan bahwa ‘school is fun', hilangkan kesan seram tentang sekolah. Jangan selalu kaitkan masalah sekolah dengan belajar. Cukup gunakan kata ‘bermain’ seperti ‘bermain di sekolah itu menyenangkan, nanti bisa punya teman baru’. Atau ceritakan betapa banyaknya teman yang akan ia jumpai, bagaimana ia bisa bermain perosotan atau bermain petak umpet dengan teman-teman barunya.
4. Rajin Berlatih di Rumah.
Lakukan role play di rumah bersama si kecil, misalnya permainan sekolah-sekolahan. Ajarkan bagaimana ia berkenalan dengan teman barunya. Cobalah Anda berperan sebagai si calon teman. “Halo, namaku Vania. Nama kamu siapa?” Ucapkan itu kepadanya dan jabatlah tangannya. Semakin sering dilakukan maka akan semakin baik untuknya.
5. Kesepakatan dengan Pihak Sekolah
Tentunya Anda ingin agar si kecil mandiri dan tidak ditunggui selama bersekolah. Anda bisa mengusulkan pada pihak sekolah bahwa pada dua minggu pertama maka orangtua atau penunggu lain harus keluar dari kelas. Tujuannya agar anak tidak tergantung secara emosional dan tidak pecah konsentrasinya saat berkegiatan. n
Moms, Let’s Do It!
Sekarang, saatnya Anda mengantar si kecil ke sekolah barunya. Hari pertama ini sangat penting, loh! So, apa yang musti Moms dan si kecil lakukan?
➢ Pede Aja
Orangtua manapun ingin anaknya pintar bergaul, artinya si kecil mudah menyesuaikan diri di tempat barunya. Kunci untuk orangtua sederhana saja: PERCAYA DIRI. Mengapa? Seringkali yang kurang pede adalah orangtua. Awalnya sih si kecil antusias sekali diajak ke sekolah barunya. Tapi begitu ia melihat wajah Anda berbalut kecemasan saat tiba di gerbang sekolah, ia jadi melempem.
Jadi, percaya saja bahwa anak Anda bisa beradaptasi dengan baik. Jangan tunjukkan kepanikan Anda di depannya – cukup di dalam hati – tapi tampilkanlah raut muka yang cerah dan riang gembira. Dengan begitu si kecil akan larut dalam kegembiraan, seakan-akan ia diajak ke taman bermain favoritnya.
➢ Datang Lebih Awal
Datanglah ke sekolah 15 - 20 menit sebelum bel berbunyi. Ajak si kecil untuk mengenal likungan barunya. Biarkan ia bermain dengan permainan yang ada di sekolah seperti ayunan atau perosotan. Semoga saja ia juga bisa bertemu dengan anak baru lainnya dan mau dijadikan partner untuk bermain jungkat-jungkit. Hitung-hitung ia sudah dapat teman, kan? Nah, biarkan energi dan emosinya keluar bebas, jangan sampai ia stres.
➢ Kenalkan kepada Guru
Kenalkan si kecil kepada guru-guru utamanya guru kelas. Katakan bahwa Ibu Guru adalah orangtua di sekolah, sama halnya ketika Mama berada di rumah.
➢ Angkat Percaya Dirinya
Bila si kecil ngambek karena ada temannya yang didampingi oleh orangtua tau pengasuhnya di kelas, besarkan hatinya dan katakan "Anak Mama kan berbeda karena pintar, jagoan, mandiri, pemberani. Jadi sudah tidak perlu ditunggui" atau kalimat lain yang mengangkat rasa bangga akan dirinya.
➢ Senyum dan Lambaikan Tangan
Begitu bel berbunyi, serahkan anak ke guru, biar ia ikut berbaris sendiri. Bila sang anak 'celingak-celinguk', cukup tersenyum dan berikan lambaian dari jarak jauh. n
‘Back To School’ Seusai Liburan!
Liburan telah usai, kini saatnya menyiapkan segala keperluan untuk kembali ke sekolah. Jangan biarkan si kecil terlena dengan rutinitas liburan. Biarkan ia beradaptasi dengan suasana sekolah yang sebentar lagi akan dimulai! Yuk, ikuti tip berikut!
1. Kembalilah dari liburan kurang lebih dua minggu sebelum masa sekolah dimulai. Moms dan si kecil membutuhkan masa peralihan. Jika Moms tidak menyediakan waktu beberapa minggu, maka Moms akan direpotkan oleh ulah si kecil yang rewel dengan segala persiapan untuk kembali bersekolah.
2.Percepat jadwal tidur si kecil seminggu sebelum hari pertama masuk sekolah. Ia perlu waktu untuk belajar bangun lebih pagi dan tidur lebih awal. Walau dibutuhkan kesabaran ektra untuk mengatur jadwal tidur dan bangun-nya, itu sangat membantu kok saat masa bersekolah dimulai.
3. Kenalkan kembali si kecil dengan buku. Jika selama liburan, waktu belajar tidak banyak dilakukan dan kebanyakan waktu dihabiskan untuk menonton televisi, maka kini saatnya Moms untuk memulai kembali. Kenalkan lagi ia dengan buku menggambar, menggunting, berhitung agar si kecil tidak melupakan pelajaran yang lalu. Bila ia memiliki PR, selesaikan sebelum masa sekolah dimulai.
4. Bentuklah rasa aman dan nyaman. Cukup lumrah bila pada minggu pertama seusai liburan sekolah, ia menjadi rewel dan gampang menangis. Berikan pengertian mengenai teman baru, guru baru, atau ruang kelas baru.
5. Pastikan setiap pagi si kecil mendapatkan sarapan. Asupan gizi dan nutrisi yang cukup dapat membuatnya berkonsentrasi pada saat di kelas. n
Dr. Dono Baswardono, AISEC, Graph, Psych, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist
Untuk konsultasi, hubungi 087881705466 atau pin 2849C490.
Wah, senangnya! Akhirnya si kecil mulai memasuki dunia baru: sekolah. Jangan sampai Anda malah yang gugup dan deg-degan menghadapi hari pertamanya di Play Group atau TK, ya? Bisa-bisa si kecil bukannya bersemangat, malah enggan ke sekolah. Nah, apa yang musti Anda persiapkan? Yuk, intip kiat agar ia gampang beradaptasi!
1. Kenalkan Situasi Baru
Biasakan anak mengenal situasi baru dan beradaptasi di dalamnya. Tekankan bahwa ia tak perlu takut pada situasi yang baru karena ia berada di lingkungan aman. Anda bisa menerapkan hal ini saat mengajak ia berkunjung ke acara pernikahan, pesta ulang tahun anak sahabat Anda atau taman bermain sekitar rumah.
2. Sesuaikan dengan Keadaan Sekolah
Dari jauh-jauh hari, siapkan informasi tentang sekolah barunya. Entah peraturan sekolah atau kebiasaan guru-guru mengajar. Nah, tetapkan keteraturan kegiatan sekolah dengan di rumah. Misalnya, sesuaikan jadwal bangunnya dengan jadwal masuk sekolah. Bila ia biasa bangun pagi pukul 07.30 WIB padahal jadwal masuk sekolah pukul 07.15 WIB, maka percepatlah jam bangunnya seminggu sebelum harinya agar ia terbiasa.
3. ‘Berkenalan’ Lebih Dini
Sebelum ia masuk sekolah, ajarkan untuk mengenal lebih dekat lingkungan sekolahnya. Bawalah ia mengunjungi ‘calon sekolahnya’ dahulu.
Sosialisasikan bahwa ‘school is fun', hilangkan kesan seram tentang sekolah. Jangan selalu kaitkan masalah sekolah dengan belajar. Cukup gunakan kata ‘bermain’ seperti ‘bermain di sekolah itu menyenangkan, nanti bisa punya teman baru’. Atau ceritakan betapa banyaknya teman yang akan ia jumpai, bagaimana ia bisa bermain perosotan atau bermain petak umpet dengan teman-teman barunya.
4. Rajin Berlatih di Rumah.
Lakukan role play di rumah bersama si kecil, misalnya permainan sekolah-sekolahan. Ajarkan bagaimana ia berkenalan dengan teman barunya. Cobalah Anda berperan sebagai si calon teman. “Halo, namaku Vania. Nama kamu siapa?” Ucapkan itu kepadanya dan jabatlah tangannya. Semakin sering dilakukan maka akan semakin baik untuknya.
5. Kesepakatan dengan Pihak Sekolah
Tentunya Anda ingin agar si kecil mandiri dan tidak ditunggui selama bersekolah. Anda bisa mengusulkan pada pihak sekolah bahwa pada dua minggu pertama maka orangtua atau penunggu lain harus keluar dari kelas. Tujuannya agar anak tidak tergantung secara emosional dan tidak pecah konsentrasinya saat berkegiatan. n
Moms, Let’s Do It!
Sekarang, saatnya Anda mengantar si kecil ke sekolah barunya. Hari pertama ini sangat penting, loh! So, apa yang musti Moms dan si kecil lakukan?
➢ Pede Aja
Orangtua manapun ingin anaknya pintar bergaul, artinya si kecil mudah menyesuaikan diri di tempat barunya. Kunci untuk orangtua sederhana saja: PERCAYA DIRI. Mengapa? Seringkali yang kurang pede adalah orangtua. Awalnya sih si kecil antusias sekali diajak ke sekolah barunya. Tapi begitu ia melihat wajah Anda berbalut kecemasan saat tiba di gerbang sekolah, ia jadi melempem.
Jadi, percaya saja bahwa anak Anda bisa beradaptasi dengan baik. Jangan tunjukkan kepanikan Anda di depannya – cukup di dalam hati – tapi tampilkanlah raut muka yang cerah dan riang gembira. Dengan begitu si kecil akan larut dalam kegembiraan, seakan-akan ia diajak ke taman bermain favoritnya.
➢ Datang Lebih Awal
Datanglah ke sekolah 15 - 20 menit sebelum bel berbunyi. Ajak si kecil untuk mengenal likungan barunya. Biarkan ia bermain dengan permainan yang ada di sekolah seperti ayunan atau perosotan. Semoga saja ia juga bisa bertemu dengan anak baru lainnya dan mau dijadikan partner untuk bermain jungkat-jungkit. Hitung-hitung ia sudah dapat teman, kan? Nah, biarkan energi dan emosinya keluar bebas, jangan sampai ia stres.
➢ Kenalkan kepada Guru
Kenalkan si kecil kepada guru-guru utamanya guru kelas. Katakan bahwa Ibu Guru adalah orangtua di sekolah, sama halnya ketika Mama berada di rumah.
➢ Angkat Percaya Dirinya
Bila si kecil ngambek karena ada temannya yang didampingi oleh orangtua tau pengasuhnya di kelas, besarkan hatinya dan katakan "Anak Mama kan berbeda karena pintar, jagoan, mandiri, pemberani. Jadi sudah tidak perlu ditunggui" atau kalimat lain yang mengangkat rasa bangga akan dirinya.
➢ Senyum dan Lambaikan Tangan
Begitu bel berbunyi, serahkan anak ke guru, biar ia ikut berbaris sendiri. Bila sang anak 'celingak-celinguk', cukup tersenyum dan berikan lambaian dari jarak jauh. n
‘Back To School’ Seusai Liburan!
Liburan telah usai, kini saatnya menyiapkan segala keperluan untuk kembali ke sekolah. Jangan biarkan si kecil terlena dengan rutinitas liburan. Biarkan ia beradaptasi dengan suasana sekolah yang sebentar lagi akan dimulai! Yuk, ikuti tip berikut!
1. Kembalilah dari liburan kurang lebih dua minggu sebelum masa sekolah dimulai. Moms dan si kecil membutuhkan masa peralihan. Jika Moms tidak menyediakan waktu beberapa minggu, maka Moms akan direpotkan oleh ulah si kecil yang rewel dengan segala persiapan untuk kembali bersekolah.
2.Percepat jadwal tidur si kecil seminggu sebelum hari pertama masuk sekolah. Ia perlu waktu untuk belajar bangun lebih pagi dan tidur lebih awal. Walau dibutuhkan kesabaran ektra untuk mengatur jadwal tidur dan bangun-nya, itu sangat membantu kok saat masa bersekolah dimulai.
3. Kenalkan kembali si kecil dengan buku. Jika selama liburan, waktu belajar tidak banyak dilakukan dan kebanyakan waktu dihabiskan untuk menonton televisi, maka kini saatnya Moms untuk memulai kembali. Kenalkan lagi ia dengan buku menggambar, menggunting, berhitung agar si kecil tidak melupakan pelajaran yang lalu. Bila ia memiliki PR, selesaikan sebelum masa sekolah dimulai.
4. Bentuklah rasa aman dan nyaman. Cukup lumrah bila pada minggu pertama seusai liburan sekolah, ia menjadi rewel dan gampang menangis. Berikan pengertian mengenai teman baru, guru baru, atau ruang kelas baru.
5. Pastikan setiap pagi si kecil mendapatkan sarapan. Asupan gizi dan nutrisi yang cukup dapat membuatnya berkonsentrasi pada saat di kelas. n
Dr. Dono Baswardono, AISEC, Graph, Psych, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist
Untuk konsultasi, hubungi 087881705466 atau pin 2849C490.
Wednesday, 4 July 2012
BAGAIMANA CARA MENYEMAIKAN KARAKTER DI RUMAH
BAGAIMANA CARA MENYEMAIKAN KARAKTER DI RUMAH
Pendidikan karakter terstruktur masih belum berkembang, walau kini sebagian sekolah sudah berusaha menanamkan nilai-nilai integritas, rasa hormat, tanggung jawab, keadilan, kejujuran, peduli, dan kewargaan pada siswa mereka untuk memperkuat struktur sosial sekolah dan masyarakat . Meskipun bukan tanpa kritik, upaya untuk memperkuat karakter anak-anak melalui program berbasis sekolah disambut oleh orangtua yang ingin anaknya dididik dalam budaya rasa hormat, integritas, dan pengendalian diri.
Pengembangan karakter anak-anak tentu tidak dapat berasal dari kelas saja. Kualitas karakter berkembang melalui interaksi pengaruh keluarga, sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat, dengan temperamen, pengalaman, dan pilihan-pilihan anak. Apa yang bisa orangtua lakukan untuk mendorong perkembangan kualitas karakter yang baik pada diri anak mereka? Kita memiliki banyak kesempatan dan sarana untuk tugas penting ini. Dengan menggunakannya akan memberi kita sukacita dan kepuasan melihat anak kita tumbuh menjadi orang yang memiliki integritas, belas kasih, dan karakter.
Belajar Sosial - Sebuah Budaya Keluarga Karakter
Orangtua yang menunjukkan kualitas karakter yang baik menyampaikan nilai-nilai mereka dengan meneladankan pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang penting untuk menjadi orang dengan karakter yang baik. Apakah kita jujur, dapat dipercaya, adil, penuh kasih, hormat, terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial (demi kepentingan yang lebih besar daripada diri sendiri)? Bagaimana anak-anak mengetahui hal ini? Mereka melihatnya dalam tindakan dan pilihan kita sehari-hari. Mereka melihat bahwa itu membawa rasa sukacita, kepuasan, dan kedamaian pada kehidupan keluarga mereka. Anak-anak juga belajar bahwa ketika mereka melanggar etika pembimbing ini, orangtua akan menerapkan konsekuensi dengan adil dan bermartabat.
Dalam buku-bukunya tentang perkembangan moral pada anak-anak, Michelle Borba mengajarkan bahwa langkah pertama adalah empati. Empati adalah kondisi yang diperlukan dalam hubungan orangtua-anak yang memungkinkan kita untuk mengajar semua nilai karakter untuk anak-anak kita. Ketika anak-anak merasa bahwa kita mengerti dan peduli terhadap mereka secara mendalam, mereka akan memiliki motivasi intrinsik untuk belajar kasih dan karakter yang kita tunjukkan.
Instruksi Langsung – Momen-momen untuk Membangun Karakter
Strategi pendisiplinan adalah alat penting yang memanfaatkan momen-momen tertentu untuk membangun karakter. Kita musti selalu menjelaskan mengapa perilakunya salah pada saat kita mengoreksi anak kita. Biasakan mengidentifikasi dalam pikiran Anda sendiri nilai yang ingin Anda ajarkan kepada anak berdasarkan perilaku tertentu. Pilih satu konsekuensi yang sesuai untuk mengajarkan nilai tersebut. Salah satu konsekuensi alamiah yang dapat kita gunakan adalah untuk 'menebus kesalahan'. Sebagai contoh, ketidakjujuran dapat diatasi jika kita mengaku dan bertanggung jawab. Kadang-kadang permintaan maaf kepada orang yang bersalah sudah cukup; pada saat lain kita harus mengambil tindakan untuk meluruskan tindakan yang keliru tadi. Instruksi langsung dan singkat tentang mengapa kita memiliki aturan keluarga dan nilai-nilai dasar yang kita pegang erat akan membantu anak belajar dari berbagai konsekuensi dan disiplin.
Mendongeng - Belajar Sifat-sifat Karakter dari Sastra dan Kehidupan
Orangtua dan guru sudah menggunakan cerita untuk mengajarkan moral jauh sebelum buku ditemukan. Dan sampai kini kita masih melakukannya. Ketika kita menceritakan kisah-kisah hidup kita dan dunia di sekitar kita, kita menyampaikan kebajikan dan etika kepada anak-anak kita. Berdiskusi tentang cerita yang kita lihat di TV juga merupakan kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai tersebut. Mendengarkan dan menanggapi cerita anak tentang sekolah dan teman sebayanya akan membantu mereka memikirkan apa yang tepat untuk dilakukan. Berhati-hatilah, karena anak-anak juga mendengarkan apa-apa yang kita ucapkan kepada orang dewasa lain; melalui percakapan tersebut kita mengajarkan nilai-nilai kita yang menuntun seluruh aspek kehidupan kita.
Literatur anak-anak penuh dengan buku-buku hebat yang menggambarkan nilai-nilai luhur. Buku yang luar biasa akan menyentuh jiwa anak dan mengajarkan nilai-nilai tertentu tanpa instruksi atau interpretasi orangtua. Selain itu, berbagi cerita kehidupan nyata dari berita dan internet dengan anak-anak akan kita mengilhami kita semua untuk mengejar nilai-nilai kita dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar Lewat Pengalaman – Memraktekkan Sifat-sifat Karakter
Kita tahu dari model-model pendidikan bahwa kita harus memraktekkan apa yang kita pelajari agar terbiasa. Kita bisa belajar dengan mendalam jika kita melihat dan belajar langsung pada saat kita mendengarnya. Tapi, kita harus melakukannya dan merasakannya untuk mengetahui arti sebenarnya dari karakter di dalam diri kita. Kita dapat menggunakan kesempatan-kesempatan pengambilan keputusan untuk membantu anak kita mengambil tindakan etis dan melihat hasil-hasil positifnya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kita juga dapat menemukan kesempatan untuk terlibat dalam aksi sosial dan masyarakat yang dapat diakses untuk anak-anak kita. Temukan beragam cara bagi anak-anak Anda untuk belajar altruisme melalui perbuatan baik. DB
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist, Pendiri “School For Champions” – summer camp pendidikan karakter di Gunung Kawi, Malang.
TIPS MENGHADAPI ANAK YANG REWEL MEMINTA
TIPS MENGHADAPI ANAK YANG REWEL MEMINTA
Katakan “Tidak!”
Cukup katakan “Tidak!” tanpa perlu mencerewetinya lebih lanjut. Ya, singkat saja, misalnya, “Mama tidak akan membelikanmu mainan itu. Tidak!” Jangan dilanjutkan dengan segala nasehat ini dan itu. Kecerwetan Anda hanya akan merangsang dirinya untuk meminta dan meminta terus. Dia rewel, Anda cerewet. Anda cerewet, dia rewel. Siklus itu takkan pernah berhenti sampai ia nanti remaja, jika Anda tak menghentikannya sejak sekarang.
Bagaimana jika setelah ditegaskan “Tidak!” ia tetap meminta terus? Menolehlah kepadanya, jongkok agar pandangan mata Anda sejajar dengannya, dan katakana dengan pelan dan tegas bahwa jika ia meminta terus, maka akan ada salah satu hak istimewanya yang akan dicabut. Misalnya, “Jika kamu meminta terus, maka kamu tidak boleh menonton Shaun The Sheep!” Atau, “Kalau kamu rewel terus, kamu tidak boleh main iPad selama seminggu.”
Pergi Menjauh
Kalau masih juga rewel meminta, padahal Anda sudah menyatakan tidak, pergi saja menjauh dari tempat itu. Sekali lagi, tak perlu menjelaskan panjang lebar atau mencoba memberi alasan mengapa Anda menjawab tidak. Anda adalah orangtuanya; Anda tak perlu menjelaskan tentang diri Anda kepadanya. Ketika Anda pergi menjauh, Anda meninggalkan anak sendirian, yang membuatnya tak punya pilihan untuk rewel. Jika Anda masih berada di dalam toko, Anda masih bisa menerapkan metoda ini, walau sedikit kurang efektif: tetap menjauh dari anak namun masih bisa mengawasinya. Segera selesaikan urusan Anda di toko itu dan keluarlah atau bahkan pulang ke rumah. Tentu, jangan tinggalkan anak sendirian di toko yang ramai.
Alihkan Anak dari Situasi Itu
Anak-anak mudah terangsang dan gembira, yang bisa mengarah pada perilaku yang kurang tepat seperti rewel. Kalau ini terjadi, alihkan dari situasi yang memicu kerewelannya. Kalau ia meminta dan meminta terus sepotong kue tambahan di sebuah pesta, katakana kepadanya sudah saatnya untuk pulang dan mengucapkan salam perpisahan, lalu tinggalkan pesta itu. Kalau ia rewel meminta boneka di toko, tinggalkan toko itu. Kalau ia rewel minta es krim setelah makan malam di dapur, minta ia keluar dari dapur dan ajak bermain di kamar. Tidak seperti orang dewasa, anak-anak lebih cepat melupakan sesuatu yang tidak ada di depan matanya.
Perkuat Perilaku Baik
Kendalikan perilaku buruk, seperti rewel, dengan memperkuat perilakunya yang baik. Ketika anak Anda mendengarkan nasehat Anda tanpa membantah, perkuat perilaku ini dengan mengucapkan terimakasih karena telah mau mendengarkan atau dengan menyatakan betapa baik dirinya jika tidak rewel. Anak Anda akan senang dengan pujian ini, membuatnya lebih mungkin untuk mengulangi perilaku baik ini di masa mendatang.
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist
Sunday, 20 May 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)