Monday, 11 April 2011

Bukan Hujan yang Membuat Anak-anak Sakit

Jangan Salah Kaprah, Bukan Hujan yang Membuat Anak-anak Sakit

Musim hujan belum berakhir. Biasanya, anak-anak hanya bisa memandangi hujan itu atau menyaksikan anak-anak lain bermain hujan-hujanan. Bahkan jika pulang sekolah kena gerimis saja, Mommynya sudah kalang kabut. Benarkah kehujanan bisa membuat anak sakit?

Tik..tik..tik.. bunyi hujan di atas genting, airnya turun tidak terkira, cobalah tengok dahan dan ranting, pohon dan kebun basah semua. Anak-anak biasanya hapal lagu ini. Lagu tentang hujan yang mudah diingat dan gampang didendangkan. Meskipun lagu tentang hujan ini sering diajarkan orangtua pada anak-anaknya, tapi mereka umumnya tak memberi kesempatan anak merasakan air hujan itu sendiri. Apalagi berhujan-hujanan. Alasannya takut sakit.

Sebagian besar orangtua percaya, kehujanan dapat membuat anak sakit. Mulai dari demam, influenza, atau diare. Bahkan, ada mitos dan kepercayaan tradisional bahwa air hujan yang turun untuk pertama kalinya setelah musim kemarau panjang dianggap mengandung sejumlah penyakit.
Mitos ini memang sangat wajar, sebab tak sedikit anak-anak yang jatuh sakit setelah berhujan-hujanan. Tapi, jika benar kehujanan menyebabkan anak sakit, mengapa banyak pula anak-anak yang tetap sehat wal afiat setelah asyik bermain bola di bawah guyuran air hujan? Bagaimana sih fakta yang sebenarnya?

Bukan Hujan Tapi Daya Tahan Tubuh.
Apa yang terjadi saat anak Anda kehujanan? Mereka pasti kedinginan karena tubuhnya basah kuyup oleh air hujan. Saat kedinginan, tubuh dipaksa mengeluarkan energi secara berlebihan. Jika daya tahan tubuh anak sedang lemah, tubuh tidak dapat mengimbangi adanya perubahan suhu tubuh yang terlalu drastis. Akibatnya, daya tahan tubuh semakin menurun dan kesehatannya pun terganggu. Penyakit yang muncul dapat bermacam-macam, seperti influenza, batuk dan flu, demam, diare, atau gatal-gatal.

Umumnya, penyakit yang lebih mudah timbul adalah penyakit yang sedang marak atau sedang musim pada waktu anak kehujanan. Tetapi, sakit yang diderita anak umumnya tidak terlalu parah. Bahkan dapat sembuh tanpa pengobatan atau hanya dengan semangkuk sup panas dan baluran minyak kayu putih ke sekujur tubuhnya.

Jadi, sebenarnya kehujanan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan pada anak bila daya tahan tubuh mereka cukup baik. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua tidak terlalu protektif. Biarkan sesekali anak berhujan-hujanan. Hal ini baik agar tubuh anak membangun daya tahan terhadap hujan dan suhu dingin,’ sarannya sambil mengisahkan masa kecilnya yang juga senang bermain hujan.
Walaupun begitu, Anda perlu berhati-hati pada anak penderita asma dan anak yang alergi. Kehujanan bisa memicu kambuhnya asma dan serangan alergi, berupa gatal-gatal, batuk, atau bersin-bersin. Begitu pula pada anak-anak yang mengidap penyakit kronis. Kehujanan bisa menurunkan daya tahan tubuhnya dan penyakitnya bisa jauh lebih parah.

Salah satu alternatif untuk menjaga kesehatan anak selama musim penghujan adalah dengan menggunakan minyak kayu putih. Kayu putih sendiri berasal dari Australia dan banyak ditemukan di Indonesia bagian timur. Sudah sejak lama bangsa Aborigin dan masyarakat di Kepulauan Maluku menggunakan minyak kayu putih sebagai antiseptik tradisional yang dapat meredakan batuk, pilek, radang tenggorokan dan berbagai jenis infeksi lain.

Dengan menghirup minyak esensial kayu putih yang telah diteteskan ke air panas dapat melegakan saluran pernafasan. Minyak esensial kayu putih mengandung antibiotik yang sangat kuat, demikian juga antiviral dan antijamur. Eucaliptol, salah unsur kimia yang terkandung pada minyak esensial kayu putih kini banyak digunakan dalam obat-obatan modern, untuk mengatasi flu yang dijual bebas, seperti balsem yang digosokkan di dada saat pilek.

Dengan menggosokkan minyak kayu putih di dada dan pada punggung anak setelah mandi dan sebelum anak beraktivitas dapat membantu anak dalam meningkatkan daya tubuhnya dan menghindarkan anak dari berbagai penyakit yang biasa muncul dimusim penghujan. DB


Mengenal Lebih Dekat Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.

Karena penggunaannya yang luas tersebut, mutu minyak kayu putih yang dijual di pasaran perlu mendapat perhatian. Untuk memenuhi tuntutan mutu tersebut, lahirlah standar nasional kayu putih yang diusulkan oleh PT. Perhutani (persero) melalui Pantek 55S Kayu, bukan kayu dan produk kehutanan, yaitu SNI 06-3954-2001. Standar tersebut menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia.

Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol lebih atau sama dengan 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.

Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1:1, 1:2, dan seterusnya sampai 1:10.

Dalam minyak kayu putih tidak diperkenankan ada minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Minyak pelican merupakan golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin. Biasa digunakan sebagai bahan pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.

Bagian terpenting dalam standar tersebut, selain penetapan mutu di atas, adalah cara uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di dalam dokumen maupun kemasan.

Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara uji visual dan cara uji laboratorium.
Cara uji visual dilakukan untuk uji bau, sedangkan uji laboratorium dilaksanakan untuk menguji kadar cineol, berat jenis, indeks bias, putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak lemak dan kandungan minyak pelican. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi, hubungi Intan di 0813-1641-0088.

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

Apa sih aura itu?
Aura adalah gelombang elektro-magnetik. Dari bayi di dalam kandungan sampai manula yang mau meninggal, semua memancarkan gelombang ini; mulai dari infra merah sampai ultra violet. Gelombang mikro berfrekuensi rendah dan merah infra (panas tubuh) berhubungan dengan fungsi jasmaniah (struktur DNA, metabolisma, sirkulasi, dsb) sedangkan yang berfrekuensi tinggi terkait dengan aktivitas kesadaran kita, seperti berfikir, kreativitas, niat, dan emosi. Nah, bagian terakhir ini paling penting dan bisa dilihat dengan mata telanjang oleh siapa saja.

Bagaimana cara melihat aura?
Bisa dengan kamera Kirlian (buatan Rusia, berukuran besar, seperti mesin MRI, dan HANYA ada delapan (8) di dunia, yang semuanya berada di Eropa) atau dengan mata telanjang oleh siapa saja yang berlatih (yaitu mendalami ilmu psikologi dan/atau kedokteran dan mengambil sub-spesialisasi psikologi/kedokteran aura).

Umur berapa bisa dilihat auranya?
Sejak bayi masih di dalam kandungan, mulai trimester tiga. Jadi, mulai nol tahun, bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai manula.

Bagaimana cara interpretasi aura?
Metoda interpretasi psikologi yang ilmiah didasarkan pada teori-teori ‘Psikologi Dalam’ (Depth Psychology) seperti psikoanalisis. Jadi, interpreter aura harus seorang psikolog dan/atau psikiater.

Bisa mengetahui apa saja?
Banyak sekali informasi yang bisa didapat dari interpretasi aura; antara lain: belahan otak yang dominan; tingkat intelijensi (IQ) dan komponen-komponennya; pola belajar dan bekerja yang sesuai; seluruh peta bakat (bakat komunikasi/bahasa, kreatif-artistik ataukah bakat logika-teknik, sampai bakat kewirausahaan), komponen bakat yang lebih menonjol (yang aktif atau yang reseptif); kecerdasan emosional (EQ) yaitu kemampuan memahami perasaan sendiri dan berempati; tinggi-rendahnya kecerdasan mentalnya (MQ - kemampuan fokus, konsentrasi, daya tahan terhadap stres, dll); rasa percaya diri; pola motivasinya (apakah menaik, menurun, atau naik-turun); pola hubungan sosial; intuisi; karakter dan kepribadian (bahkan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, gangguan belajar, dll); bakat kepemimpinan (leadership), pola kerjasama, juga kebugaran, kesehatan dan gangguan/penyakit.

Apakah aura tiap orang berbeda?
Ya, tiap orang itu manusia unik, tidak satu pun yang sama.

Apakah aura seseorang bisa berubah?
Susunan warna pada cakra kedua tidak berubah; sejak masih di 7 bulan di kandungan sampai sesaat sebelum meninggal. Yang bisa berubah adalah ‘warna situasional, ’ lebar-sempitnya tiap warna, dan intensitas warnanya (muda-tua/terang-gelap).

Apa itu Graphology dan Doodle Test?
Keduanya adalah alat ukur psikologi yang sangat akurat untuk memetakan kepribadian balita yang belum bisa menulis (doodle test) dan anak/orang yang bisa menulis (graphology).

Untuk mengikuti AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS yang dilakukan oleh Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D, hubungi Intan di 0813-1641-0088

dan ikuti artikel-artikel tentang parenting melalui facebook: dono baswardono.

JADWAL AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS
BANDUNG, Sabtu-Minggu 16-17 April 2011, di Warung Pasta, Jl. Ganesha.
SURABAYA, Jumat-Sabtu 22-23 April 2011, di Resto Kemiri 4.
MALANG, Minggu & Senin, 24-25 April 2011, di lobby Hotel Trio 2.
SEMARANG, Kamis-Minggu, 28 April - 1 Mei 2011. Di lobby Hotel Semesta.
JAKARTA, Minggu 15 Mei 2011, di Bakoel Koffie, Jl. Cikini Raya 27, Menteng.

PENDAFTARAN: Hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Wednesday, 23 March 2011

Matematika Itu Menyenangkan Lho!

Matematika Itu Menyenangkan Lho!

Oleh: Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D


Kebanyakan orangtua ketika bertemu dengan matematika akan lebih banyak mengerutkan kening daripada menyungging senyum. Tidak sedikit yang dulu punya kenangan buruk bersama pelajaran yang satu ini. Hanya sedikit yang benar-benar mengerti tentang matematika. Yang jelas, kalau berurusan dengan duit pasti tidak ada orangtua yang meleset! Ha ha, bukankah ini lebih realistis dibandingkan hitungan integral, bilangan negatif, dan rumus-rumus lainnya. Namun ini bukan berarti orangtua bisa lepas tangan dan menyerahkan semuanya kepada guru. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa membantu anak-anak menyukai matematika?

Beberapa tahun lalu, saya dihenyakkan oleh sebuah lokakarya untuk para guru yang difasilitasi oleh departemen Matematika ITB. Pertemuan tersebut membuat para peserta manggut-manggut menyadari kekeliruan mereka selama ini. Para ahli matematika itu menunjukkan bahwa matematika sungguh menyenangkan.

Pertama-tama kami dikenalkan dengan soal hitungan. Katakanlah 30 x 15. yang ditanyakan tentu saja jawabannya berapa? Soal begini tentu saja mudah. Hampir semua orangtua, apalagi guru, bisa menjawab soal ini dengan cepat. Tapi komentar Iwan Pranoto, dosen matematika ITB, sungguh bikin keki. Dia bilang, "Bu, Pak. Kalau soal beginian bukan matematika namanya, karena tidak memakai otak." Tentu saja semua tidak setuju. "Coba, di mana letak tidak pakai otaknya Pak Iwan?" tanya seorang bapak. "Mudah saja. Kalkulator saya seharga lima ribu perak pun pasti bisa menjawabnya. Mudah kan? Tidak pakai otak kan?" yakinnya. Tidak seorang pun tertawa. Tampaknya para guru dan orangtua mencoba meyakini bahwa hitungan macam ini tidak ada otaknya.

Matematika Kok Pakai Otot
Iwan meneruskan, “Saat ini banyak sekali yang kita ajarkan tentang Matematika sama sekali tidak berdasar otak, tapi lebih ke otot.” Ia kemudian merujuk pada tren belakangan ini di mana orangtua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke kursus-kursus matematika seperti sempoa dan kumon, juga olimpiade Matematika. Menurutnya, belajar sempoa atau metoda apa pun yang digunakan untuk bisa menghitung lebih cepat, relatif tidak menggunakan otak. “Yang mereka pakai cuma otot,” tandasnya sambil mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan otot bisep yang menyembul di sana.

Untuk membuktikan pernyataannya tentang kursus-kursus matematika yang menjamur, Iwan bereksperimen dengan sejumlah soal cerita. Ternyata, anak-anak yang "pintar" di kursus-kursus tersebut kelabakan menyelesaikannya. Problemnya? Matematika itu persoalan nalar, otak. Bukan hanya kecepatan menghitung.

Biarkan Anak Mencari Jawabannya Sendiri
Masih tidak percaya? Mari, kami ajak Anda untuk kembali ke ruangan lokakarya tersebut. Atmosfir ruangan berubah semakin hangat saat para guru dan orangtua dipertemukan dengan kesalahan-kesalahan cara mengajarkan matematika terhadap anak-anak. Seringkali anak-anak kita ajarkan dengan menggunakan jalan pintas ketimbang menemukannya sendiri.

Ini contoh lainnya yang menarik lagi. Ada dua pertanyaan:
1. Mengapa kalau kita membuat perkalian, selalu di mulai dari belakang?
.........................123
.............................5 x
Perhatikan angka lima di bawah angka 3

2. Tetapi jika modelmya pembagian, justru angka pembaginya itu diletakkan di depan
contoh: 2/ 123 \ = ....
Perhatikan angka 2 yang berada di depan bilangan 123

Padahal ternyata bisa juga dimulai dari mana pun. Memangnya tidak boleh kalau
mengalikan sesuatu dimulai dari ratusan, puluhan lalu satuan? Pada contoh di
atas, perkalian 123 x 5 bisa diselesaikan dengan mengalikan ratusan, lalu puluhan,
lalu satuan. Jadi, tidak musti dimulai dulu dari satuan, terus ke puluhan, terus ke ribuan.

Sambil menjelaskan, Iwan menyisipkan penjelasan tentang alat peraga bernama multi base system. Alat peraga ini berfungsi efektif untuk – selain menghitung juga mengenalkan dimensi kepada anak yang sudah sekolah. Satuan diwakili dengan kancing, puluhan (berisi angka sepuluh) diibaratkan satu penggaris, ratusan dicontohkan dengan bungkus cd berbentuk kubus. Lalu ribuan, merupakan jumlah kepingan bungkus cd yang berjumlah 10.

Penjelasannya, bungkus cd yang mewakili ratusan mengenalkan luas – bayangkan ada 10 penggaris yang disusun ke samping. Sedangkan ribuan, mengenalkan bentuk tiga dimensi. Ada volume di sana – bayangkan 10 keping cd yang disusun. Jadi, selain berhitung, siswa juga diajarkan mengenali bentuk, memahami ruang, memahami luas dan volume. Bagaimana dengan pengalaman Anda? Tidak pernah kan ketika sekolah dulu mendapat pelajaran seperti ini?

"Nah, biarkanlah anak dan siswa mencoba, eksplorasi, kreatif," saran Iwan. Jika anak dibiarkan mencari sendiri, nanti mereka akan bisa menemukan sendiri ternyata mengalikan dengan jumlah ratusan itu, jauh lebih lama dibandingkan dengan mengalikan dari belakang. "Tring!" (bayangkan gambar lampu menyala ada di atas kepala anak Anda). Anak akhirnya tahu cara yang paling efektif untuk menyelesaikan soal yang dihadapinya. Cara-cara seperti ini, tidak perlu dilakukan guru. Tapi biarkan anak-anak yang menemukannya sendiri. Explore and discover!

Matematika, pada dasarnya adalah bernalar, reasoning. Jadi, kuncinya bukan pada menghafal sejumlah rumus. Iwan mengimbuhi, “Rumus itu sebaiknya ditemukan, karena matematika juga berdasar pada pengenalan pola-pola.” Semakin lama menyimak penjelasan Iwan ini, kebanyakan orangtua larut dalam pikirannya sendiri. "Coba kalau anak saya nanti belajar dengan cara menyenangkan seperti ini. Pasti bakal mengalahkan bapaknya," begitu harapan mereka.

Matematika dari Tuhan vs Bikinan Manusia
Seorang ibu mengacungkan tangannya, "Bagaimana cara kita mengajarkan bilangan bulat yang relatif tidak logis?" Rupanya ia juga seorang guru. "Tidak logis apanya Bu," Iwan mencoba menelisik. "Begini Pak, saya sering kesulitan mengajarkan bilangan bulat negatif. Contohnya, negatif 2. Tidak logisnya adalah saat ia dikalikan dengan saudara yang juga negatif, tiba-tiba ia berubah positif. Kan kalau kita pakai logika berhutang misalnya, jadi tidak logis Pak. Masak hutang 3 dikali hutang 3, malah jadi punya penghasilan berjumlah 9?" Peserta lain manggut-manggut, seakan mengamini pemikiran Ibu guru tersebut.

Di bagian ini Iwan menjelaskan semacam doktrin teologis. “Memang benar Bu. Konon katanya bilangan yang asli dari Tuhan itu hanya 1 sampai dengan 9. Selebihnya adalah buatan manusia. 0 buatan manusia, -2, -3, buatan manusia, 1/4/ 1/5 buatan manusia juga. Jadi yang betul-betul asli itu memang dari 1 sampai dengan 9.”

Iwan meneruskan, "Pertanyaan yang ibu sampaikan tadi merupakan salah satu contoh pengajaran matematika yang tidak berdasar pada realitas. Seringkali kita mencekoki siswa dengan hal-hal yang abstrak, tidak nyata. Akibatnya siswa kesulitan memahami matematika yang sepertinya melangit, mengawang-awang! Tapi bukan berarti bilangan bulat negatif dan sebagainya tidak berguna lho Bu! Banyak untungnya juga lho bilangan-bilangan ciptaan manusia.”

Untuk lebih membuat peserta faham, Iwan memberikan contoh. Jika ada orang membeli barang seharga Rp 750,00 dan ia menyodorkan uang lima ribuan, maka berapakah kembaliannya?" Hampir seluruh isi ruangan dengan cepat dan seperti berlomba berteriak, “Empat ribu dua ratus lima puluh!” Iwan tersenyum mendengarnya dan meneruskan, “Tentu semua bisa cepat menjawab, tapi pertanyaannya belum selesai. “Apa yang biasa dilakukan pedagang saat menyerahkan uang kembaliannya kepada pembeli? Apakah dengan membuat coretan seperti ini?”
...5000
.....750_
...4250

“Ternyata tidak! Apa yang dilakukan pedagang biasanya menggenapkan uang 750 dengan 250 rupiah, lalu menambahkan uang ribuan satu persatu: ...dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu. Lengkap sudah!” Sebagian wajah peserta tampak terperangah, seperti mulai mengerti arah penjelasan dosen yang kerap menulis di Jurnal Matematika di Jepang ini. Lalu ia mengingatkan, “Bu, Pak, mohon maaf, tapi cara-cara pengembalian uang seperti pedagang ini jarang kita ajarkan kepada anak-anak kan? Yang kita ajarkan selalu membuat coretan dengan mengurangi bilangan yang besar dulu, kemudian bilangan yang kecil.” Kini peserta seperti baru saja dicemplungkan ke dalam kolam dingin. Tersadar, mereka pun berkali-kali manggut-manggut. "Benar juga ya," di sana-sini terdengar gumaman.

Lalu, sebelum menutup perjumpaan, Iwan yang umurnya berkepala empat ini lagi-lagi memberi amaran. “Yang ingin saya sampaikan adalah mari kita mulai mengenalkan matematika dengan fun, asyik. Selama ini kita terlalu serius mengajarkannya. Mengajarkan sekian banyak rumus yang tidak pernah dicari tahu dari mana datangnya, mengenalkan sekian banyak hitungan tanpa menggali bahwa matematika itu sebetulnya berkaitan dengan kreativitas. Pengenalan pola-pola!” DB


Ari Legowo, Dosen Mechanical Engineering di International Islamic University Malaysia (IIUM), ayah satu putri (Amaliyah Miyazono Legowo).
“Bikin puisi juga perlu matematika”

Menurut dosen IIUM ini, matematika penting untuk semua disiplin ilmu. “Semuanya menggunakan matematika dan turunannya, baik itu logika, aritmatika, aljabar, geometri, kalkulus; walaupun memang kadarnya berbeda. Kalau ekonomi paling banyak menggunakan aritmatik dan logika saja, ilmu hukum menggunakan unsur logika dan aritmatika sederhana, kedokteran menggunakan statistik, logika, sampai ilmu seni juga menggunakan geometri dan logika. bikin puisi juga perlu matematika lho,” urainya panjang lebar.

Sebagai orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan eksata, Ari sadar betul bahwa matematika sangat penting untuk semua aspek kehidupan. “Saya sudah mengajarkan matematika pada Lea sejak dini, saat dia sudah bisa diajak berkomunikasi kira-kira menjelang 1 tahun,” akunya.

Pertama kali Ari memberikan putrinya mainan berupa balok dari kayu yang bisa disusun. “Saya takjub melihat imajinasi Lea, dia menyusun balok-balok itu jadi berbagai bentuk sesuai dengan apa saja yang pernah dilihatnya sehari-hari. Dia juga bisa menceritakan balok-balok yang sudah disusun,” terangnya.

Ari juga mengakui, “Kadang Lea lebih cepat menangkap masalah matematika setelah diajar guru di sekolah, mungkin karena ada unsur persaingan dengan teman ya, jadi dia merasa harus bisa seperti teman-temannya di sekolah atau mungkin lebih takut sama guru, he he he...,” gelak ahli aeronautika ini. DB

TIPS dari Dr. Ari Legowo untuk orangtua dalam mengajar matematika kepada anak-anak:
• Pacu anak dengan membacakan cerita yang memiliki banyak unsur science, cerita yang melibatkan bentuk-bentuk yang mudah diingat anak, atau tebak-tebakan angka.
• Jangan memaksakan anak untuk cepat menguasai matematika, kalau anak kurang menyukai matematika. Cobalah menyamarkan dengan bercerita tentang logika, dan hitungan. DB

Sumber Penulisan:
- Dr. Iwan Pranoto, Departemen Matematika, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132. E-mail: pranoto@dns.math.itb.ac.id.
- Dr. Arilegowo, Department of Mechanical Engineering, International Islamic University Malaysia.

Tuesday, 22 March 2011

SEKUINTAL DOA

SEKUINTAL DOA

Batuk, entah keberapa ratus, muntah kembali dari lelaki kurus itu. Suaranya yang kering dengan cepat memantul dari satu dinding ke dinding lainnya dan menghunjam ke dada semua penghuninya. Istri dan ketiga anaknya hanya bisa menatap kosong ke arah tulang-tulang iga yang turun naik dengan amat cepat itu. Desis nafasnya bagai peluit yang ditiup pelan-pelan.

Sang istri beringsut ke dapur – atau lebih tepatnya, satu-satunya ruangan yang mereka miliki di rumah itu yang juga menjadi kamar tidur mereka berlima dan kamar bermain anak-anak. Walau sudah tahu, ia tetap membuka kaleng-kaleng bekas yang tadinya menjadi wadah beras, gula, garam dan bumbu-bumbu. Ia tetap berharap salah satu wadah itu, terutama wadah beras, masih menyisakan beberapa butir agar ia bisa menanak nasi, yang siapa tahu bisa mengurangi derita suaminya, dan anak-anak. Kosong. Hanya udara berbau lapuk yang menguar.

Hujan membuat udara di ruangan itu makin lembab. Anak sulungnya, perempuan, telah berdiri di sampingnya. Ia membisikkan sesuatu. Sang ibu terdiam. Ia tak setuju tetapi apa lagi yang bisa dilakukannya?

Pintu berkeriut ketika anak perempuan itu menerobos hujan. Ia melompati got yang walau kini tampak penuh dengan air hujan, ia tahu kalau di bawahnya menggumpal lumpur yang berkerak. Ia mendengar suara-suara dari televisi di rumah tetangga. Ia menengok ke atas, ke arah kamar benderang di lantai dua rumah besar itu. Ia tersenyum membayangkan kehangatannya. Ia kembali berlari.

Beberapa warung kecil dilewatinya. Ia sudah beberapa kali ke sana. Ada yang masih buka, dan yang lain telah tutup, mungkin karena hujan. Mungkin juga karena toko yang hendak ditujunya.
Toko itu tampak ramai. Ia tahu kira-kira apa jawaban yang akan diterimanya, namun ia harus mencobanya, demi ayah dan adik-adiknya; juga untuk ibu yang selalu mengelus-elus rambutnya yang panjang jika ia mengatakan kalau ia lapar sampai akhirnya ia tertidur.

Badannya yang basah kuyup membuat baju dan rambutnya menempel lekat. Orang-orang memandanginya. Walau ia sudah berusaha membuang sisa-sisa air hujan sebelum masuk, namun tak ayal lantai supermarket itu basah juga. Ia memandangi rak-rak yang penuh dengan makanan. Dilihatnya pula lemari pendingin yang penuh dengan susu kemasan. Kerongkongannya bergerak, ia menelan ludah membayangkan kedua adiknya meminumnya dengan rakus.

Ia berjalan pelahan menuju meja kasir. Kasir berteriak memintanya keluar. Karyawan lain mendekat, ikut memarahi gadis kecil yang hanya membuat kotor toko mereka. Pelanggan-pelanggan lain menoleh, berusaha mencari tahu apa yang telah mengganggu kenikmatan berbelanja mereka.
Dari sebuah pintu, muncul seorang lelaki tanpa seragam yang segera berdiri di belakang mesin kas. Agaknya, ia pemilik toko ini, orang yang mengeluarkan uang untuk mendapat waralaba. “Ada apa?” tanyanya tajam, walau ia bisa menduga apa yang bakal keluar dari mulut gadis ini.

“Ayah saya sakit keras, sudah dua bulan ini tidak bisa bekerja. Adik-adik saya sudah beberapa hari tidak makan. Bolehkah saya berhutang? Nanti kalau gaji saya sebagai tukang cuci sudah diberi, saya akan langsung bayar hutang saya,” suaranya gemetar, lebih karena rasa takut daripada kedinginan.

“Disini tidak bisa berhutang tahu! Ini bukan warung. Sana pulang, pinjam saja kepada saudara kalian!” tolaknya sambil menuding pintu keluar. Namun gadis itu hanya diam terpaku, karena tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Si pemilik toko hendak berteriak kembali, namun suara bariton seorang lelaki paruh baya menghentikannya. “Biarkan saja pak. Saya yang akan membayar apa yang dibutuhkan anak perempuan ini,” suaranya yang berwibawa membuat pemilik toko hanya bisa merunduk melihat tombol-tombol mesin kas.

Namun, mendadak satu pikiran menggerayangi otaknya, dan ia tak mau menyerah. Ia tak mau dipermalukan. “Tak usah pak. Biar saya saja yang menanggung belanjaannya,” ia membalas dengan tersenyum kecut penuh arti. Gadis itu seperti tak percaya mendengarnya, ia masih berdiri kaku di tempatnya semula.

“Baiklah, apa kamu membawa daftar belanjaan?” si pemilik toko bertanya, ketika Bapak tua itu mendekat. “Letakkan daftar belanjaanmu di timbangan ini. Aku akan memberimu barang apa saja, gratis, sesuai dengan berat daftar belanjaanmu.” Pria yang kini telah berdiri dekat meja kasir itu terhenyak mendengar akal-akalan si pemilik toko ini. Ia berusaha mengendalikan amarahnya. Sementara, para karyawan dan pengunjung toko lainnya telah berkerumun dekat meja kasir.

Gadis itu merogoh kantung roknya, dan mengeluarkan secarik kertas yang kini lengket karena basah. Digenggamnya erat-erat, berjalan mendekat, lalu dengan hati-hati, seakan tak mau melepasnya, ia meletakkan gumpalan kertas itu di tatakan timbangan. Belasan pasang mata tak percaya akan pandangan mereka: timbangan itu berbunyi keras karena menghantam dasar.

Rasa malu, marah, dan keakuan bercampur aduk di dalam hati pemilik toko. “Jangan diam saja, sana ambil barang yang kau perlukan,” teriaknya kepada gadis itu, dan kepada salah seorang karyawan yang berada di dekatnya, “Bantu anak itu!”

Gadis itu mengambil beberapa bungkus mie instan dan meletakkannya di timbangan, namun timbangan itu seperti tak banyak bergerak. Ia kini setengah berlari, mengambil sebungkus susu. Timbangan itu mulai bergerak, namun masih belum seimbang. Ia berlari mengambil gula, seakan takut waktu akan membuat timbangan itu berubah sendiri, tetapi lagi-lagi masih belum seimbang. Diambilnya garam, bumbu-bumbu dapur, dua botol saos sambal, beberapa bungkus jahe instan, dan kue-kue kering, tetapi tetap saja timbangan itu belum seimbang. Akhirnya ia berlari ke ujung rak dan berdiri sejenak, meragukan pikirannya sendiri, namun akhirnya ia membungkuk berusaha mengangkat kantung beras yang bertuliskan Rojolele 20 kg. Kedua tangannya yang kurus tak sanggup mengangkatnya. Pelayan toko memegang tangannya, mereka berpandangan dan gadis itu tersenyum. Rasa sejuk mengalir ke sekujur tubuh pelayan toko itu. Ia mengangkat karung beras itu sambil tersenyum, berjalan ke arah timbangan dengan diikuti semua mata yang ada di toko itu.

Waktu seakan berhenti ketika pemuda itu meletakkan karung itu. Seperti adegan superlambat di dalam film the Matrix. Mikrodetik demi mikrodetik berjalan... pelahan-lahan timbangan itu bergerak dan akhirnya berhenti... seimbang persis.

Keheningan terus menggantung. Bahkan bunyi rinai hujan di atap toko dan lalu lalang angkutan kota di depan toko seperti teredam. Orang-orang berusaha keras menahan keluarnya nafas mereka, seakan takut suaranya akan memecah kesunyian ini.

Seperti robot, pemilik toko itu akhirnya memasukkan sendiri semua barang itu ke dalam tas plastik. Suara kemereseknya membangunkan semua orang, namun mereka tetap tak beranjak dari tempat berdiri masing-masing. Diserahkannya dua tas plastik itu ke pelayannya yang kemudian membantu gadis yang hatinya berbunga-bunga itu keluar dari toko. Hujan masih mengguyur tetapi gadis itu berjalan menembusnya dengan tertatih-tatih karena kedua lengannya penuh beban. Dari mulutnya terdengar senandung pujian.

Sementara di dalam toko, orang-orang kembali berpencar, kembali sibuk berbelanja seakan-akan tak terjadi apa-apa. Hanya pak Tua itu yang masih berdiri di depan meja kasir. Si pemilik toko masih tak percaya akan apa yang dialaminya. Tangannya yang gendut mengambil gumpalan kertas itu dan berusaha membukanya. Mulutnya membacanya pelan-pelan tapi cukup terdengar oleh pak Tua, “Tuhan, hanya Engkau yang bisa menolong kami.” Dono Baswardono

PS: Jangan pernah meremehkan kekuatan doa. Hanya Tuhan yang tahu seberapa berat doa kita.

Kerokan: Bolehkah Untuk Anak-anak?

Untuk Menyembuhkan Masuk Angin, Jangan Kerok Anak Anda!

Saya mempunyai putra yang saat ini baru berumur satu tahun. Pernah suatu kali dia mengalami masuk angin. Saat itu juga langsung saya berikan dia campuran minyak kayu putih dengan irisan bawang merah. Lalu saya oleskan di punggungnya. Ibu saya sih menyarankan untuk mengeriknya dengan bawang. Tapi saya tidak mau. Karena saya takut pori-porinya melebar dan semakin sering masuk angin. Yang ingin saya tanyakan, bolehkah anak-anak dikerok? Apakah benar ada hubungannya dengan pori-pori yang melebar dengan seringnya masuk angin? Kalau dalam kedokteran apakah istilah masuk angin itu? Apakah ada efeknya jika terlalu banyak memberikan minyak telon pada bayi? Bagaimana halnya dengan minyak kayu putih? Terima kasih.

Jawab: Sebenarnya, istilah awam masuk angin itu kalau dalam istilah kedokteran adalah common cold. Kadang-kadang orang menyebutnya dengan sakit flu. Pada dasarnya common cold ini adalah penyakit yang 2-3 hari hilang dengan sendirinya. Tapi memang semua itu bergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Seperti putra Ibu misalnya. Bisa jadi dia terkena common cold.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Pada umumnya penyakit ini mempunyai gejala seperti demam. Demam di sini bisa dengan suhu yang sedang saja (hangat), atau demam tinggi. Gejala lainnya seperti nyeri kepala, nafsu makan menurun (anorexia), mual, muntah, kembung, kadang disertai dengan diare atau susah buang air besar (konstipasi). Dan biasanya anak-anak itu mengalami gejala seperti kembung dan muntah.

Cara yang ibu lakukan (mengolesi minyak kayu putih dicampur dengan bawang) itu sebenarnya merupakan pengobatan tradisional yang sudah turun temurun dilakukan oleh para orang tua. Dan itu masih diperbolehkan dalam ilmu kedokteran.

Tapi sangat tidak disarankan jika si kecil terserang common cold atau yang lebih dikenal masuk angin, ibu mengobatinya dengan cara mengerik tubuhnya. Karena tujuan utama dari pengobatan tradisional itu adalah menghangatkan. Tapi, kalau usaha menghangatkan itu dilakukan dengan cara dikerok, maka akan terjadi kerusakan pada kulit anak. Selain itu si kecil pasti akan menjadi trauma. Karena kulitnya sudah merasa disakiti.

Mengenai apakah ada kaitannya antara sering dikerok dengan seringnya masuk angin, tentu tidak ada. Memang, seseorang yang dikerok pori-porinya akan semakin melebar, tapi tidak betul kalau itu yang menyebabkan seseorang akan sering menderita common cold. Karena proses infeksi influeza atau common cold berasal dari udara. Begitu juga cara penularannya.

Jadi kalau ada orang yang sedang flu, dan kondisi kita sedang lemah, bukan tidak mungkin kita akan cepat tertular. Begitu pula dengan buah hati Ibu.

Biasanya, common cold ini bisa hilang sendiri dalam waktu singkat. Tapi kalau kondisi tubuh anak tidak dalam keadaan fit, maka bisa berlanjut menjadi batuk-pilek.

Cara menanggulangi anak-anak yang terkena common cold bisa dilakukan dengan cara mengoleskan campuran minyak telon atau minyak kayu putih yang diberi irisan bawang. Campuran minyak ini dioleskan pada punggung, perut atau ubun-ubun kepala si kecil. Selain itu anak yang terserang sakit “masuk angin” ini harus istirahat cukup, banyak tidur, makan makanan yang bergizi, dan tidak lupa mengonsumsi vitamin C. Misalnya saja dari buah-buahan jeruk, jambu biji, dan mangga. Ini semua bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sehingga kalau dia terserang penyakit serupa, tubuhnya mampu menyembuhkan dirinya sendiri. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi, permintaan seminar-training, dan mengikuti "Aura-Graphology Psychodiagnostics," hubungi Intan di 0813-1641-0088

.

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

AURA – GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS

Apa sih aura itu?
Aura adalah gelombang elektro-magnetik. Dari bayi di dalam kandungan sampai manula yang mau meninggal, semua memancarkan gelombang ini; mulai dari infra merah sampai ultra violet. Gelombang mikro berfrekuensi rendah dan merah infra (panas tubuh) berhubungan dengan fungsi jasmaniah (struktur DNA, metabolisma, sirkulasi, dsb) sedangkan yang berfrekuensi tinggi terkait dengan aktivitas kesadaran kita, seperti berfikir, kreativitas, niat, dan emosi. Nah, bagian terakhir ini paling penting dan bisa dilihat dengan mata telanjang oleh siapa saja.

Bagaimana cara melihat aura?
Bisa dengan kamera Kirlian (buatan Rusia, berukuran besar, seperti mesin MRI, dan HANYA ada delapan (8) di dunia, yang semuanya berada di Eropa) atau dengan mata telanjang oleh siapa saja yang berlatih (yaitu mendalami ilmu psikologi dan/atau kedokteran dan mengambil sub-spesialisasi psikologi/kedokteran aura).

Umur berapa bisa dilihat auranya?
Sejak bayi masih di dalam kandungan, mulai trimester tiga. Jadi, mulai nol tahun, bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai manula.

Bagaimana cara interpretasi aura?
Metoda interpretasi psikologi yang ilmiah didasarkan pada teori-teori ‘Psikologi Dalam’ (Depth Psychology) seperti psikoanalisis. Jadi, interpreter aura harus seorang psikolog dan/atau psikiater.

Bisa mengetahui apa saja?
Banyak sekali informasi yang bisa didapat dari interpretasi aura; antara lain: belahan otak yang dominan; tingkat intelijensi (IQ) dan komponen-komponennya; pola belajar dan bekerja yang sesuai; seluruh peta bakat (bakat komunikasi/bahasa, kreatif-artistik ataukah bakat logika-teknik, sampai bakat kewirausahaan), komponen bakat yang lebih menonjol (yang aktif atau yang reseptif); kecerdasan emosional (EQ) yaitu kemampuan memahami perasaan sendiri dan berempati; tinggi-rendahnya kecerdasan mentalnya (MQ - kemampuan fokus, konsentrasi, daya tahan terhadap stres, dll); rasa percaya diri; pola motivasinya (apakah menaik, menurun, atau naik-turun); pola hubungan sosial; intuisi; karakter dan kepribadian (bahkan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, gangguan belajar, dll); bakat kepemimpinan (leadership), pola kerjasama, juga kebugaran, kesehatan dan gangguan/penyakit.

Apakah aura tiap orang berbeda?
Ya, tiap orang itu manusia unik, tidak satu pun yang sama.

Apakah aura seseorang bisa berubah?
Susunan warna pada cakra kedua tidak berubah; sejak masih di 7 bulan di kandungan sampai sesaat sebelum meninggal. Yang bisa berubah adalah ‘warna situasional, ’ lebar-sempitnya tiap warna, dan intensitas warnanya (muda-tua/terang-gelap).

Apa itu Graphology dan Doodle Test?
Keduanya adalah alat ukur psikologi yang sangat akurat untuk memetakan kepribadian balita yang belum bisa menulis (doodle test) dan anak/orang yang bisa menulis (graphology).

Untuk mengikuti AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS yang dilakukan oleh Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D, hubungi Intan di 0813-1641-0088 dan ikuti artikel-artikel tentang parenting melalui facebook: dono baswardono.

JADWAL AURA-GRAPHOLOGY PSYCHODIAGNOSTICS


YOGYA, Jumat-Sabtu, 25-26 Maret 2011. Di Cafe Dixie, Gejayan.
SEMARANG, Minggu 27 Maret 2011. Di lobby Hotel Amaris.
JAKARTA, Minggu 3 April 2011, Sabtu-Minggu 9-10 April 2011.
BANDUNG, Sabtu-Minggu 16-17 April 2011, di Warung Pasta, Jl. Ganesha.
SURABAYA, Jumat-Sabtu 22-23 April 2011, di Resto Kemiri 4.
MALANG, Minggu 24 April 2011, di lobby Hotel Trio 2.
PENDAFTARAN: Hubungi Intan di 0813-1641-0088.

Wednesday, 16 March 2011

Anak-anak pun Bisa Celaka dan Sakit Gara-gara Mainan Beracun

Anak-anak pun Bisa Celaka dan Sakit Gara-gara Mainan Beracun
Pilihlah Mainan yang Aman, Sehat dan Mencerdaskan

Pada tiap tahap perkembangan, anak-anak menghadapi tantangan-tantangan baru dan risiko yang berbeda-beda. Dengan menyadari beragam bahaya yang terkait dengan mainan pada tiap tahap perkembangan, kita sebagai orangtua akan bisa melindungi anak-anak dengan lebih baik, sekaligus menjamin mereka bisa bermain dengan menyenangkan dan aman.

Paling tidak seperempat juta anak dirawat karena kecelakaan di rumah-rumah sakit di setiap tahun. Dan tragisnya, sekitar seribu anak meninggal akibat kecelakaan – lebih dari sebab lainnya.

Merek Amerika dan Eropa tapi Bikinan Cina dan Vietnam
Kebanyakan mainan merek ternama berasal dari Amerika dan Eropa. (Mainan berbau teknologi ada juga yang asal Jepang.) Namun pabrik pembuatnya tidak ada yang bercokol di kedua benua itu. Kebanyakan dibuat di Cina, Vietnam dan negara-negara lain yang gaji buruhnya murah.

Nah, mainan-mainan yang belakangan ini kerap ditarik dari peredaran itu kebanyakan dipabrikasi di Cina. Ini terjadi karena standar keamanan yang ditetapkan di Eropa dan Amerika jauh lebih tinggi dibandingkan Cina maupun, Indonesia misalnya. Boleh jadi, jika mengikuti standar Indonesia, tidak satu pun mainan itu yang perlu ditarik dari pasar. Dianggap aman saja untuk dipakai anak-anak.

Dengan demikian, semuanya terpulang kembali kepada keputusan orangtua: apakah akan mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan pada anak-anaknya akibat mainan yang sesungguhnya beracun dan berisiko atau menyerah dan menunggu tindakan pemerintah yang selama ini toh nyaris tak peduli pada kesejahteraan anak-anak.

Mengapa Mainan yang Mengandung Timbal Berbahaya?

Mainan yang ditarik dari peredaran sejak beberapa bulan ini adalah karena tingginya kadar timbal di cat permukaannya. Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan anak-anak.

Mainan Berbahaya – Daftar Tindakan
.
Mainan berbahaya ada di mana-mana. Jutaan mainan berbahaya ditarik karena beragam alasan. Penyebab paling jamak adalah magnit, kadar timbal terlalu tinggi, dan bagian-bagian kecil mainan yang gampang lepas. Kalau Anda khawatir akan mainan berbahaya di rumah Anda, daftar singkat di hal 10-11 bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.

Aman di Taman Bermain.
Amankan anak Anda dengan mengikuti Tip Keamanan Dasar di Taman Bermain ini. Apakah anak Anda punya beberapa alat bermain sendiri di halaman rumah atau anak Anda bermain di taman bermain umum, pastikan keamanan tempat bermain itu dan pelihara keamanan itu untuk menghindari kecelakaan yang tak perlu. Ikuti tip keamanan ini saat memasang alat-alat permainan di rumah.

Bermain Aman di Halaman
Tahukah Anda ada banyak risiko bahaya di halaman Anda sendiri yang bisa membuat anak Anda celaka? Sangat penting menerapkan batasan-batasan keamanan bagi anak-anak ketika mereka bermain di luar rumah. Ikuti tip di halaman 10 – 11 ini.

Mainan Organik.
Mainan organik semakin populer. Orangtua yang peduli pada masalah seperti modifikasi genetik, pestisida, antibiotika dalam makanan, pemanasan global dan semacamnya, biasanya akan merasa lebih nyaman dan tenang jika bayi dan anak-anaknya bermain dengan mainan organik.

Sama seperti makanan organik, mainan organik dibuat dari bahan-bahan yang seratus persen alamiah. Mainan ini umumnya mengandung kapas organik seratus persen, kayu organik seratus persen, dan serba ‘seratus persen’ lainnya.

Mainan Bersahabat dengan Lingkungan
.
Bukan hanya aman, kini juga ngetren mainan yang ramah lingkungan. Mainan akrab lingkungan ini terbuat dari bahan-bahan aman dan alamiah yang tidak merusak alam. ‘Mainan hijau’ – begitu sebutannya – sebenarnya tidak sulit ditemukan. Sudah cukup banyak perusahaan di seluruh dunia yang mulai memroduksi mainan hijau ini. DB


Yang Bagus Untuk Balita, Tak Cocok Untuk Bayi
Tidak semua mainan cocok untuk umur berapa pun. Kebanyakan mainan hanya sesuai untuk tahap perkembangan tertentu.

Mainan Kakak Bukan Untuk Bayi.
Bayi yang sedang menjelajah suka sekali memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Mereka berisiko menelan sesuatu, termasuk mainan, dan tersedak. Tidak sedikit bayi yang tersedak ketika bermain ‘kerincingan’ atau mainan ‘pencet-pencetan.’ Kunci pencegahannya adalah pengawasan orangtua. Mainan yang ditujukan untuk anak-anak yang sudah lebih besar, utamanya mainan yang bagian-bagiannya berukuran kecil, harus dijauhkan dari bayi dan anak-anak yang masih kecil.

Belajar Merangkak.
Ketika bayi belajar merangkak atau berjalan, kotak atau keranjang mainan bisa menjadi penghalang yang sangat berbahaya. Begitu pula dengan mainan yang berserakan di lantai. Termasuk bola-bola kecil. Lebih baik singkirkan segala mainan, bahkan perabotan, pada saat ia hendak berjalan tertatih-tatih atau merangkak.

Sepeda Bukan untuk Anak Baduta.
Sepeda roda tiga dan mainan-mainan lain yang dikendarai sangat berbahaya bagi anak-anak usia baduta. Mengapa? Karena kecakapan koordinasi motorik mereka belum berkembang sempurna. Tak urung, banyak anak kecil yang mengalami luka dan lecet ketika ermain sepeda. Pilihlah mainan yang sesuai dengan usia perkembangan anak-anak dan pastikan mereka bersepda di tempat-tempat yang aman.

Jangan Bermain Tembak-tembakan.
Mainan-mainan berpeluru dan mainan lain yang bagian-bagiannya bisa terbang sangat menarik bagi anak usia sekolah. Padahal mainan itu bisa menyebabkan beragam luka, khususnya cacat pada mata. Kalau Anda membolehkan anak-anak bermain dengan pistol-pistolan, panah-panahan, ketapel, dan semacamnya, selalu dampingi dan awasi mereka. Dan tegaskan kepada anak-anak agar tidak pernah sekali pun mengarahkan projektilnya kepada siapa pun.

Balon Bisa Menyedak

.
Balon memang bisa membuat gembira siapa saja. Tetapi balon juga mengandung risiko tersedak terbesar untuk anak-anak usia berapa pun. Karena itu, jangan biarkan anak-anak meniup sendiri balonnya. Anda atau orang dewasa lainnya yang harus meniup. Lebih baik lagi kalau pakai pompa udara saja.

Kalau balonnya pecah, jangan pernah membolehkan mereka bermain dengan potongan-potongannya. Apalagi mengunyah-ngunyahnya. Jangan pula meminta mereka untuk membuat balon-balon super kecil dengan cara menyedot potongan-potongan balon pecah itu. Satu lagi, jangan bolehkan mereka menggigit-gigit balon – baik yang pecah maupun yang masih padat berisi udara. DB


Sebelum dan Setelah Membeli Mainan: Agar Anak Selalu Aman

Sekeranjang Pencegahan
.
Sebelum Anda membeli sebuah mainan untuk anak Anda, periksalah apakah mainan itu sesuai bagi usia anak Anda, dan apakah cukup aman bagi mutiara kecil Anda. Ada empat petunjuk yang bisa Anda ikuti untuk membeli mainan yang tepat dan aman bagi anak Anda.
• Gunakan dan perhatikan betul-betul label “recommeded age” sebagai pedoman. Biasanya berupa angka yang ditulis besar dan tebal, seperti “3+” yang artinya cocok untuk anak berumur tiga tahun atau lebih. Itu juga berarti, tidak cocok dan bisa berbahaya untuk anak-anak yang umurnya belum tiga tahun. Belilah mainan yang benar-benar sesuai dengan usia anak Anda.
• Hindari mainan apa saja yang ujung-ujung tajam, runcing dan lancip.
• Jika membeli boneka (manusia, hewan), periksalah mata, hidung, ekor, kaki dan tangannya. Apakah ada bagian yang kasar dan keras? Apakah cukup kencang sehingga tidak bisa ditarik lepas oleh anak-anak?
• Jika membeli mainan yang ukurannya agak besar, pastikan pula bahwa bagian-bagiannya tidak berukuran terlalu kecil; misalnya roda-roda mobil.
Setelah Membeli.
Pencegahan bukan hanya pada saat sebelum membeli. Setelah mainan dibeli dan sebelum diserahkan kepada anak Anda, lakukan beberapa langkah pencegahan:
• baca baik-baik pesan-pesan di kemasan mainan dan ikuti semua instruksinya;
• buang semua kemasan mainan, seperti plastik, selofen dan styrofoam;
• ajari anak Anda untuk memakai mainan secara selayaknya;
• buang mainan rusak yang tidak dapat diperbaiki;
• pastikan baterai dalam mainan dipasang dengan tepat;
• jangan bolehkan anak Anda tidur sambil membawa mainan yang dijalankan dengan tenaga baterai atau listrik;
• awasi anak-anak yang tengah bermain dengan balon dan buang pecahan-pecahan balon yang meletus;
• buang mainan-mainan yang dipasang di samping dan digantung di atas ranjang bayi begitu bayi Anda mulai bisa menekan dengan tangan dan kakinya;
• periksa mainan-mainan anak Anda secara berkala. DB

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Untuk konsultasi dan permintaan seminar-workshop, hubungi Intan di 0813-1641-0088.