Thursday, 13 January 2011

Suami Bela Ibu, Istri "Terganggu"

Suami Bela Ibu, Istri 'Terganggu?'


Tanya:
Indahnya merajut kasih hingga berlanjut ke jenjang pernikahan, bahkan sampai kakek nenek adalah impian setiap orang. Setelah sekian lama memadu kasih, dan cocok satu sama lain, akhirnya aku dilamar seorang pria yang kini menjadi suamiku.
Mulanya keinginan suami untuk menikahiku tidak mendapat restu dari sang ibu, maklum aku bukan dari kalangan berada. Aku adalah anak yatim piatu, anak pertama dari 8 bersaudara. Sebenarnya kondisi suami juga tak jauh berbeda. Ia menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Berbekal niat, tekad dan dukungan dari banyak pihak akhirnya kami melangsungkan pernikahan. Biduk rumahtangga yang kami jalani tak semulus jalan tol. Romantika layaknya pasangan pengantin baru hanya dirasakan sesaat. Mulailah terjadi pertengkaran, apalagi jika menyangkut keluarganya. Dengan serta merta, suamiku selalu membela ibu dan adik-adiknya, sementara aku dan adik-adikku hanya bisa mengalah. Di mata suamiku, kedua orangtuanya, terutama ibu harus dijunjung tinggi dan dihormati. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh ibu selalu dianggap benar. Bahkan, semua keinginan adik-adiknya selalu dipenuhi.


JAWAB
Keributan dalam rumahtangga adalah hal wajar yang dialami pasangan istri-suami. Tapi, apa jadinya bila suami kerap 'membela' ibunya sementara istri merasa terpojok, dan tidak berdaya menghadapi amarah sang suami.
Hmm, mengapa kaum adam tampak begitu berpihak pada ibunya ya? Karena tidak mau melukai perasaan sang bunda, atau jangan-jangan ingin memberi 'pelajaran' kepada istri bagaimana menghormati orangtua.

Mums, mungkin perlu mengubah cara berkomunikasi yang tepat dengan ibu mertua dan suami. Kalau Anda marah-marah, apalagi sambil menunjuk-nunjuk, justru membuat suami bersikap lebih reaktif dan akhirnya malah membela ibunya.

Nah, upaya apa yang bisa dilakukan istri terhadap suami? Ikuti saja saran-saran berikut:

Upaya Non-Verbal:
- Ciptakan suasana tenang dulu sebelum memulai percakapan yang serius. Misalnya jangan bicara saat suami baru pulang kerja. Buat dia merasa rileks sembari memijat-mijat badannya atau mengajaknya duduk serta minum kopi plus kudapan favoritnya. Anda juga bisa membuat janji dengan suami, kapan ingin melakukan pembicaraan agar keduanya lebih siap.
- Aturlah intonasi bicara yang tenang, bukannya meledak-ledak atau tinggi.
- Bahasa tubuh sebaiknya terkontrol, tidak menunjuk-nunjuk wajah suami atau berkacak pinggang. Termasuk ekspresi muka sebaiknya dikendalikan, jangan menampilkan wajah garang dengan mata melotot!

Ungkapkan Kepada Si Dia:
- Agar tidak timbul prasangka buruk pada suami, sebaiknya ceritakan kasus atau kondisi yang jelas. Bukan hanya didominasi oleh perasaan. Misalnya, “Mama melanggar kesepakatan” sebaiknya bilang, “ Tadi sore, Mama lagi-lagi belikan permen untuk anak-anak sebelum mereka makan, padahal kita sudah sepakat bahwa permen hanya boleh diberikan saat akhir pekan, bukan?.”
- Ungkapkan cinta kepada pasangan. Misalkan, “Aku menghormatimu, juga ibumu, tapi aku begitu jengkel saat beliau tiba-tiba marah dan tidak tahu apa sebabnya. Apalagi, aku baru pulang dari kantor.”
- Mintalah bantuan suami untuk menyelesaikan suatu masalah. Misalnya, “Menurut Papa, apa yang harus kukatakan kalau beliau mengajak anak kita menonton TV? Padahal, tontonan TV kan tidak baik untuk anak kita.”
- Sampaikan dengan tepat maksud Anda, misal “Papa, kamu tuh nyakitin perasaanku banget!” Lebih baik katakan, “Aku merasa sakit hati karena Papa tak menyapaku, tapi malah bicara kepada pembantu!”


Hal-hal yang Perlu Dihindari:
- Meminta suami untuk memilih antara ibu atau istri. Ini merupakan ancaman besar bagi suami, sebab tentu saja ia menyayangi keduanya dan ingin hidup damai bersama keduanya termasuk buah hati.
- Suka menjelek-jelekkan citra ibunya, baik di hadapan suami atau orang lain.
- Mengatakan hal-hal yang kurang sopan atau kurang ajar tentang ibunya.
- Sering mengungkit kejadian yang sudah lama terjadi, setiap terjadi keributan.
- Bertengkar di depan anak-anak. n

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Marriage & Family Therapist, Sexologist, & Psychoanalyst

BUKU

BUKU

Kiriman buku dari amazon.com telah datang. Kusiapkan secangkir kopi hitam hangat, melesakkan tubuh kurusku di sofa dan mulai membuka “Cheating Death,” yang ditulis dokter Sanjay Gupta – buku tentang ‘zona abu-abu,’ wilayah antara hidup dan mati. Di luar gerimis bercumbu dengan daun-daun Kuping Gajah, sementara sungai Ciliwung di samping rumah terdengar bergemuruh, menandakan di daerah Puncak sana tengah hujan deras. Setelah belasan halaman, kantuk mulai menyerang.

Suara buku tebal jatuh membangunkanku. Aku menegakkan punggungku, melepas kacamata plus dua, dan tepat saat itulah kebingungan menerjang otakku. Mengapa aku berada di ruang perpustakaan Universitas Southern New Hampshire, tempat yang lebih dari tujuh tahun lalu setiap hari kuhampiri? Namun, perpustakaan terasa tanpa kehidupan sama sekali. Dingin menggigit tulang. Kuseret mataku mendekati jendela dan menengok keluar: tanah dan pohon memutih. Salju.

Kepalaku menoleh kembali ke sofa. Masih sama dengan sofa yang berada di ruang bacaku. Hijau muda. Buku Gupta masih tergeletak di karpet. Kucubit lenganku sendiri. Auh, sakit. Aku tidak bermimpi.

Kudekati salah satu rak buku dari kayu mahogani coklat tua itu. Bagian atasnya tertulis, “Orang-orang yang Kusukai.” Hlo, koq bukan filsafat, agama, sosiologi, ekonomi, dst? Tanganku terulur untuk mengambil salah satu buku. Di covernya hanya tertera sebuah nama yang kukenal. Kuambil buku lainnya, dan lainnya. Semuanya dengan nama-nama yang sangat kukenal. Kubuka salah satu buku yang berjudul Asdar Muis. Banyak foto-foto dirinya tengah makan, melukis, berakting di panggung, dan membacakan monolog. Juga cerita-cerita lucu yang tiap hari selalu ada yang baru. Deretan kenangan manis membuat hatiku menghangat.

Sambil mengepit buku itu, aku berjalan ke rak sebelahnya. Air mukaku menegang membaca tulisan yang terukir di ujung rak, “Kawan-kawan yang Kukhianati.” Buku yang berderet di rak ini lebih panjang. Sama seperti sebelumnya, judul buku-buku itu adalah nama-nama orang yang pernah melintas dalam hidupku. Rasa ingin tahuku berubah menjadi horor. Rasa malu dan penyesalan mengiris-mengiris hatiku. Aku mengintip dari balik bahuku, takut kalau ada orang lain melihat.

Perpustakaan ini sangat luas, boleh jadi ada ratusan rak. Tajuknya dari yang biasa-biasa sampai yang aneh, mulai dari “Buku-buku yang Pernah Kubaca,” sampai “Lelucon yang Membuatku Tertawa,” dan “Dusta yang Kuucapkan.” Anehnya, ada pula yang kepersisannya sangat rinci, seperti “Umpatan-umpatan yang Kuserapahkan Kepada Kakakku.” Sebagian rak lainnya membuatku sama sekali tak bisa tersenyum apalagi tertawa, seperti “Gerutuan Kepada Orangtuaku yang Kuteriakkan dalam Hati,” dan “Hal-hal yang Kulakukan Ketika Marah Menguasai Hatiku.”

Tidak satu pun rak yang buku-bukunya tak mengejutkanku. Semuanya jauh melebihi apa yang kuduga. Dan ketika melangkah menuju rak-rak paling ujung, aku baru menyadari sebuah fakta yang sedari awal ada di depan mataku: semua buku itu dengan tulisan tanganku sendiri – bahkan lengkap dengan tanda tanganku.

Ketika sampai di rak terakhir, setiap centi kulitku terasa membeku saat membaca tajuk “Pikiran-pikiranku yang Penuh Nafsu.” Tubuhku gemetar, bahkan akhirnya berguncang, saat membaca buku-buku di rak itu yang menggambarkan dengan sangat rinci setiap pikiran yang selama ini kuanggap hanya kuketahui sendiri. Perutku bergolak, keringat dingin menetes.

Mendadak, kemarahan menggelegak di hatiku. Tujuanku satu: tidak satu pun orang yang boleh membaca buku-buku ini. Kalau perlu, tidak seorang pun juga boleh mengunjungi perpustakaan ini. Aku harus memusnahkan ruangan ini, tak peduli betapa luasnya. Kucari-cari korek api di kantung celanaku, namun tidak kudapati karena aku memang bukan perokok yang selalu sedia macis. Dengan segera tanganku meraih salah satu buku dan berusaha merobek-robek halamannya. Ajaib! Tidak satu milimeter pun kertasnya bisa kusobek. Kubanting buku itu dan kuinjak-injak, namun ia tetap utuh. Kucoba menyobek dan menghancurkan buku yang lain. Tetap sama. Kucoba dengan tenaga yang lebih keras hingga aku terengah-engah. Bergeming.

Aku bergidik karena amarah. Kucoba terus hingga lemas, nyaris lumpuh. Seperti film kartun, tubuhku menggelosor, bersandar pada salah satu rak kokoh itu. Rasa kalah membebani diriku. Aku menghembuskan keluh panjang, mengasihani diriku sendiri. Dalam kelumpuhanku, mataku mulai basah. Aku tersedu-sedu yang makin lama makin kuat hingga tubuhku bergetar.

Pada saat itulah samar-samar aku melihat rak bertajuk “Orang-orang yang Berbagi Pujian Bersamaku.” Dan entah dari mana, kulihat Ia berdiri di samping rak itu. Tersenyum kepadaku. Oh tidak, jangan Dia. Terutama sekali, di ruangan ini. Aku bisa menerima siapa saja saat ini, kecuali Dia.

Tanpa daya aku melihatNya mulai membuka dan membacai buku-buku itu. Tak satu pun halaman terlewat, tak satu pun baris kalimat diloncatinya, namun waktu sama sekali tak terasa lama. Mengapa Ia musti membaca semua buku itu?

Aku tidak tahan melihat tanggapanNya. Namun kemudian kukumpulkan segala keberanianku untuk memandang wajahNya. Kulihat dukacita yang lebih dalam daripada yang kurasakan sendiri.

Ia balas menatapku; mataNya dipenuhi rasa kasih. Aku menundukkan kepala, menutupi wajahku dengan kedua tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan menghampiriku dan merangkulku. Ia bisa saja memberi nasehat sepanjang apa pun yang Ia mau. Tetapi Ia tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia bangkit berdiri dan kembali ke rak buku. Dia ambil satu persatu buku itu dan mulai menerakan namaNya di atas tanda tanganku.

“Jangan!” aku berseru sambil menghampiriNya. Tapi yang bisa kulakukan hanyalah berteriak, “Tidak, tidak!” sambil berusaha merebut buku-buku itu dariNya. NamaNya tidak seharusnya berada di buku-buku itu. Tetapi malah sudah menancap di setiap halaman, tertulis dengan warna merah darah yang berkilauan. NamaNya menutupi namaku.

Entah bagaimana Ia bekerja, tetapi Ia sudah berada di rak paling ujung dan telah mengembalikan buku terakhir. Dan mendadak Ia telah di sampingku lagi, merangkulkan tanganNya di pundakku dan membisikkan, “Sudah selesai.”

Aku berdiri, dan Ia memanduku keluar dari ruangan itu. Ternyata pintunya tidak berkunci. Dan aku masih harus menulis buku-buku yang lain.

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Twitter: @donobaswardono
Facebook: dono baswardono

Wednesday, 12 January 2011

KURSUS GRAFOLOGI


KURSUS GRAFOLOGI

Identifikasi & Analisis Kepribadian Dari Tulisan Tangan & Tanda Tangan
Bersertifikat - basic, intermediate & advanced level
Untuk Psikolog, Guru, HRD, Konselor, Dokter, Terapis, Notaris, & Peminat Umum
Trainer: Dr. Dono Baswardono, MA, Ph.D (Anggota Asosiasi Grafolog Belanda)

JADWAL KURSUS
SURABAYA, Coffee Corner, Jl Arif Rahman Hakim.
Basic: 5 Februari 2011
Intermediate: 6 Februari 2011
Advanced: 7-8 Februari 2011

JAKARTA, Puri Sawo Manila, Pasar Minggu.
Basic: 3 Maret 2011
Intermediate: 4 Maret 2011
Advanced: 5-6 Februari 2011

BIAYA
- Discount untuk early bird; (pembayaran sebelum 20 januari 2011).
- Harga spesial untuk mahasiswa S1 psikologi.

Biaya Untuk Mahasiswa S-1 Psikologi
Basic: Rp 350.000
Intermediate: Rp 450.000
Advanced: Rp 1.000.000
Basic & Intermediate: Rp 800.000
Basic - Advanced: Rp 1.800.000

Biaya Untuk Mahasiswa Pasca Sarjana Psikologi
Basic: Rp 450.000
Intermediate: Rp 550.000
Advanced: Rp 1.250.000
Basic & Intermediate: Rp 1.000.000
Basic - Advanced: Rp 2.250.000

Biaya Untuk Lulusan Psikologi
Basic: Rp 600.000
Intermediate: Rp 800.000
Advanced: Rp 1.500.000
Basic & Intermediate: Rp 1.400.000
Basic - Advanced: Rp 2.900.000

Biaya Untuk Peserta Umum
Basic: Rp 700.000
Intermediate: Rp 900.000
Advanced: Rp 2.000.000
Basic & Intermediate: Rp 1.600.000
Basic - Advanced: Rp 3.600.000

MATERI KURSUS GRAFOLOGI HOLISTIK
Dasar-dasar Depth Psychology & Psychoanalysis
Pengantar: Grafologi, Sejarah dan Aplikasi Modern
Interpretasi Tanda Tangan dan Tulisan Tangan
Identifikasi Tipologi Kepribadian
Identifikasi Gangguan Kepribadian, Gangguan Mental, dan Kebutuhan Khusus
Interpretasi Secara Utuh Untuk Menghasilkan Profil Kepribadian Menyeluruh
Psikoterapi Berbasis Grafologi
Trainer: Dr. Dono Baswardono, MA, Ph.D (Anggota Asosiasi Grafolog Belanda)

INFORMASI & PENDAFTARAN
Intan di 0813-1641-0088
Hieta (S1 - Unair) di 0813-3177-8353
Ratih (S2 - Unair) di 0813-3205-1001
E-mail: donobaswardono@rocketmail.com
FB: www.facebook/donobaswardono
Twitter: @donobaswardono

Tuesday, 11 January 2011

AURA: 20 Pertanyaan yang Sering Anda Ajukan


AURA: 20 Pertanyaan yang Sering Anda Ajukan

Setiap kali saya menulis status tentang aura, banyak sekali orangtua yang belum memahami apa sebenarnya yang saya maksud dengan ‘aura’ ini. Untuk memudahkan Anda, di bawah ini saya jelaskan beberapa pertanyaan yang kerap diajukan oleh kawan-kawan di FB.

1. Apa sih aura itu? Dari bayi di dalam kandungan sampai manula yang mau meninggal, semuanya mengeluarkan ‘vibrasi.’ Setiap atom, partikel, bahkan pikiran dan kesadaran kita juga menyebarkan ‘vibrasi.’ Karena itu, Aura juga disebut sebagai vibrasi elektro-fotonik. Aura manusia, sebagian besar terdiri atas radiasi elektromagnetik – mulai dari gelombang mikro, infra merah sampai ultra violet. Gelombang mikro berfrekuensi rendah dan merah infra (panas tubuh) berhubungan dengan fungsi jasmaniah (struktur DNA, metabolisma, sirkulasi, dsb) sedangkan yang berfrekuensi tinggi terkait dengan aktivitas kesadaran kita, seperti berfikir, kreativitas, niat, selera humor, dan emosi. Nah, bagian terakhir ini paling penting dan bisa dilihat dengan mata telanjang.

2. Apa bedanya dengan aura menurut awam? Kita sering mendengar orang mengatakan misalnya, “Koq auramu hari ini terasa berbeda ya?” Biasanya, yang dimaksud aura oleh awam adalah ‘suasana hati’ atau ‘air muka’ atau bahkan perasaan. Jadi, pengertian aura oleh awam dan oleh kalangan ilmuwan memang berbeda jauh.

3. Apa yang dimaksud dengan membaca/melihat aura? Artinya ya memang ‘melihat’ aura seperti Anda melihat benda-benda dan sinar dan warna-warni pada benda lain. Ya, betul, melihat dengan mata telanjang – tanpa bantuan alat apa pun. Tentu saja, supaya berguna bagi yang melihat dan terutama bagi yang dilihatkan, maka setelah melihat warna-warni aura tersebut, perlu diinterpretasikan.

4. Mengapa saya tidak bisa melihat aura? Semua orang sebenarnya bisa melihat aura karena aura itu gelombang elektro-fotonik yang bisa dilihat. Hanya saja karena sudah tidak terlatih lagi, akhirnya kebanyakan orang tidak bisa melihat aura lagi. Sebagian besar bayi masih bisa melihat aura; tetapi pelahan-lahan mereka pun akhirnya tak bisa melihatnya lagi. Kita bisa melihat lagi aura dengan berlatih pernafasan – dengan berbagai metoda, antara lain dengan metoda kundalini.

5. Bisakah aura dilihat dari jarak jauh? Atau dari foto saja? Tidak! Kalau dari foto, berarti yang terlihat adalah aura foto tersebut.

6. Seperti apa sih aura manusia itu? Seperti warna-warni pelangi yang terpancar dari seluruh tubuh kita, khususnya dari ketujuh cakra (lingkaran) yang ada pada tubuh kita; mulai dari cakra pertama yang terletak sekitar 1-2 inci di atas kepala, cakra kedua berpusat di antara kedua alis, dan seterusnya sampai cakra ketujuh yang berpusat di sekitar ujung tulang ekor kita.

7. Umur berapa bisa dilihat auranya? Sejak bayi masih di dalam kandungan, mulai trimester tiga, sudah bisa dilihat auranya. Batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai manula juga bisa dilihat auranya.

8. Bagaimana cara menginterpretasikan aura? Metoda interpretasi juga bermacam-macam. Ada yang ilmiah, ada yang semi-ilmiah, dan tentu saja, ada yang tidak ilmiah. Saya sendiri menginterpretasikan warna-warni aura berdasarkan teori-teori ‘Psikologi Dalam’ (Depth Psychology) seperti teori-teori psikoanalisis, teori-teori Jungian, dll.

9. Jadi, bisakah semua orang menginterpretasikan aura? Sebenarnya bisa saja, ASALKAN ia juga memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang psikologi, berbagai macam aliran dan teori dalam psikonalisis, psikologi dalam, psikologi holistik, dan juga harus sangat detil dalam memahami anatomi otak manusia.

10. Interpretasi aura secara ilmiah itu bisa mengetahui apa saja? Banyak sekali informasi yang bisa didapatkan dari interpretasi aura. Kita bisa mengetahui tingkat intelijensi, komponen-komponen intelijensi mana saja yang kuat dan mana yang kurang, bakat-bakatnya apa saja yang menonjol (apakah bakat komunikasi/bahasa, kreatif-artistik ataukah bakat logika-teknik, sampai bakat kewirausahaan), bagaimana karakternya, apakah intuisinya tajam atau tidak, seberapa besar energi mentalnya untuk sanggup berkonsentrasi, bagaimana pola reaksinya dalam relasi sosial, bahkan bagaimana kecenderungan kesejahteraan psikologisnya.

11. Benarkah aura juga bisa meramalkan masa depan, nasib atau bahkan peruntungan bisnis? Nah ini dia. Tak sedikit klien saya yang malah ingin dilihatkan masa depannya. Saya tegaskan sekali lagi bahwa melihat dan menginterpretasikan aura ini berdasarkan metoda yang ilmiah. Dan sampai saat ini, belum satu pun cabang ilmu pengetahuan yang bisa meramalkan masa depan (selain karena sesungguhnya masa depan adalah milik Allah semata). Yang bisa dilakukan oleh ilmu pengetahuan hanyalah mempelajari bakat, intelijensi, pola karakter dan pola kepribadian Anda, lalu semua itu dipakai untuk memprediksi respons Anda dalam suatu situasi di masa depan. Sebagai contoh, kalau karakter Anda sangat tidak berani mengambil risiko, maka besar kemungkinan kemajuan bisnis Anda tidaklah pesat.

12. Jadi, apakah melihat dan membaca aura itu bertentangan dengan agama? Tidak sedikit orang yang takut melihat dan menginterpretasikan aura karena dianggapnya bertentangan dengan agama/keyakinannya. Tentu saja saya tidak mengklaim bahwa melihat dan menginterpretasikan aura dengan metoda ilmiah seperti yang saya lakukan ini tidak melanggar keyakinan/agama Anda atau sebaliknya. Saya hanya membuktikan bahwa seluruh metoda yang dipakai adalah ilmiah; bahkan metodanya lebih akurat daripada psikotes. Hanya saja saya SANGAT MENYARANKAN, jika Anda ragu-ragu atau takut berdosa, ya tidak usah mengikuti acara pembacaan dan penginterpretasian aura.

13. Apakah aura tiap orang berbeda? Tiap anak, tiap orang itu manusia yang unik; bahkan anak kembar identik pun sesungguhnya berbeda. Begitu pula dengan aura; aura ayah berbeda dari ibu, dan berbeda dari anak-anaknya.

14. Apanya yang membedakan aura satu orang dari orang lainnya? Susunan warnanya! Dari ketujuh cakra atau minimal dari cakra kedua (yang terpenting). Misalnya, ada yang susunannya dari mulai terdalam sampai terluar: biru, kuning, hijau, ungu, jingga. Ada yang kuning, ungu, hijau, orange, biru; ungu, kuning, biru, hijau, orange, kuning, ungu; dan macam-macam lainnya.

15. Apakah aura seseorang bisa berubah? Susunan warna pada cakra kedua tidak berubah; sejak masih di dalam kandungan sampai sesaat sebelum meninggal. Yang bisa berubah adalah ‘warna situasional, ’ lebar-sempitnya tiap warna, dan intensitas warnanya (muda-tua/terang-gelap). Karena susunan warna aura pada cakra kedua menetap, maka bisa dipakai sebagai alat identifikasi bakat, intelijensi, intuisi, relasi sosial, karakter, dll. Dengan mengetahui aura anak/orang, kita seperti mendapatkan ‘peta’ untuk mengoptimalkan semua kelebihan/berkat pemberian Tuhan yang khusus diberikan untuknya.

16. Apa pentingnya melihat aura bayi, batita, balita dan anak-anak? Anak-anak mempunyai aura yang jauh lebih terang dan kuat daripada mayoritas orang dewasa. Tak peduli, anak-anak ini berasal dari kelas sosial mana pun dan keturunan dari orangtua dengan tingkat pendidikan apa pun. Aura mereka dengan cepat meredup begitu mereka masuk SD. Rupanya, sistem pendidikan kita memang banyak mematikan ‘bakat’ dan ‘berkat’ pemberian Tuhan. Nah, agar aura anak-anak Anda tidak meredup dan menyempit, Anda musti menyesuaikan gaya parenting, pola asuh dan pendidikan (formal dan informal) dengan keunikan aura tiap anak Anda. Saya akan memberikan saran-saran spesifik setelah membantu melihat aura anak-anak Anda.

17. Apakah orang bisa memalsukan auranya? Tidak! Setiap orang mempunyai aura – dan tak bisa memalsukannya. Tapi kebanyakan auranya SANGAT LEMAH dan tumpul – kecuali aura BALITA. Mengapa? Ini akibat langsung dari kehidupan materialistik yang menekan perkembangan kesadarannya, tapi menumbuhsuburkan rasa khawatir, kecemburuan, iri-dengki, kemarahan dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Sikap-sikap seperti itu membuat aura mereka tertekan.

18. Apa saja manfaat membaca aura?
a. Untuk identifikasi bakat, intelijensi dan ciri-ciri psikologis lainnya (mirip fungsi psikotes, hanya lebih akurat dan lebih detil, dan jauh lebih dini [psikotes baru bisa dilakukan setelah anak umur tertentu]). Setelah mengetahui bakat-bakatnya, karakternya, dll, tinggal orangtua dan anak ybs mau mengembangkannya atau tidak.
b. Sebagai alat bantu psikoterapi; seperti untuk anak berkebutuhan khusus.
c. Untuk membantu pasangan istri-suami menemukan metoda-metoda komunikasi yang lebih efektif, memulihkan kembali rasa saling percaya, dll.
d. Bagi yang masih belum menikah, juga bermanfaat untuk mengetahui kesesuaian karakter mereka; dan bagaimana cara-cara agar keduanya bisa saling melengkapi.
e. Untuk mengetahui jurusan yang sesuai dengan bakat remaja.
f. Untuk mengetahui bidang pekerjaan dan/atau bisnis yang sesuai dengan bakat dan karakter Anda. Juga untuk mengetahui kecocokan antara Anda dan (calon) mitra bisnis Anda.
g. Dengan membaca aura, kita juga bisa mendiagnosis malafungsi pada tubuh (penyakit) jauh sebelum gejala-gejala fisiknya muncul. Nah, dengan demikian, Anda bisa melakukan langkah-langkah pencegahan agar penyakit itu tak muncul.
h. Namun, Jauh lebih penting lagi adalah melihat dan membaca aura untuk memperbaiki perkembangan emosional, spiritual dan kesadaran kita. Dan manfaat-manfaat lainnya.

19. Bagaimana sih proses pembacaan dan interpretasi aura ini? Anda atau orang/anak yang hendak dibacakan auranya musti berhadapan dengan saya. Saya – dengan mata telanjang , tanpa alat – melihat aura klien, dan agar Anda bisa ikut melihat maka saya menggambarkan apa yang saya lihat itu di secarik kertas dengan krayon. Saya kemudian menginterpretasikannya secara langsung kepada Anda saat itu juga – dan kemudian secara tertulis (laporan tertulis) sekitar sebulan kemudian. Pada saat saya menginterpretasikan secara langsung, Anda bisa langsung bertanya/berkonsultasi.

20. Bagaimana caranya agar saya, suami/istri, dan anak saya bisa dibacakan auranya? Untuk membaca dan menginterpretasikan aura Anda dan anak Anda, silahkan SMS Intan di 0813-1641-0088. Setelah itu, Intan akan menelpon Anda.

Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – psikolog, psikoanalis & grafolog. Anggota Asosiasi Grafolog Belanda.

CATATAN: Untuk membaca dan menginterpretasikan aura Anda dan anak Anda, silahkan hubungi Intan di 0813-1641-0088. Setelah itu, Intan akan menelpon Anda.