Tulisan ini dibuat berdasarkan observasi dan penelitian terhadap para klien saya, yaitu: banyak menantu merasa ditekan atau diintervensi oleh mertuanya; dan banyak mertua merasa menantunya kurang positif dalam merawat anaknya dan cucunya. Di buku-buku teks pun disebutkan bahwa salah satu hubungan yang cenderung negatif adalah hubungan antara menantu dan mertua, khususnya antara mertua perempuan dan menantu perempuan. Ya, bahwa ada sebagian orang yang hubungannya baik-baik saja bahkan lebih mesra dengan mertuanya daripada dengan orangtuanya sendiri, itu tentu ada. Juga banyak. Tetapi tidak sebanyak yang hubungannya kurang positif.
Dalam psikoterapi, hubungan menantu dan mertua ini termasuk paling sulit. Mengapa sulit? Biasanya karena para mertua tidak bersedia terlibat dalam psikoterapi atau tak mau ikut konseling. Hla, kalau perubahan dari satu arah ya sulit; apalagi jika pihak lain terus menyerang.
Aspek penghalang lainnya adalah apa yang saya tulis beberapa hari lalu soal "tugas menikahkan." Ya, banyak orangtua beranggapan tugasnya sudah selesai setelah anaknya menikah. Mereka merasa sudah lengkap, sudah sempurna; maka pastilah yang lebih muda, yang baru menikah, yang keliru. Mereka merasa tak perlu belajar lagi; termasuk belajar mendidik cucu. Mereka anggap sudah berhasil mendidik anaknya, maka otomatis berhasil pula mendidik cucunya. Padahal, yang satu posisi dan perannya adalah anak dan yang lain adalah cucu. Jelas berbeda, tapi mereka anggap sama.
Nah, dalam kondisi seperti itu, tentu sulit jika kita mengajarkan "bagaimana menjadi menantu yang baik." Minta menantu untuk berubah langsung; sementara membiarkan pihak mertua terus melakukan apa yang menjadi kebiasaan mereka. Maka, biasanya saya menyarankan posisi perubahan minimal yang seakan-akan "menjaga jarak" -- tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh. 10 prinsip berhubungan dengan mertua jika dilakukan, juga masih ada 10 lainnya lagi yang saya tulis, akan membuat hubungan agak berjarak. Jarak emosional ini akan mengurangi konflik. Nah, karena konflik berkurang, maka pihak mertua akan merasakan hubungan yang membaik. Jika ia merasa sudah mulai membaik, maka di masa depan, ia akan lebih bersedia berubah. Syukur jika mertua akhirnya bersedia ikut konseling juga.
Ringkasnya, ada dua langkah penting dalam memperbaiki hubungan menantu - mertua: menjaga jarak untuk menciptakan suasana positif, baru kemudian memperbaiki kedua pihak.
10 Prinsip Hubungan dengan Mertua
1. Setiap keluarga memiliki masalahnya sendiri. Bahkan jika segalanya tampak manis di luar, di dalam bisa mengandung banyak kepahitan.
2. Anda juga perlu memahami bahwa perkawinan mengubah hubungan Anda dengan orangtua secara fundamental.
3. Setelah menikah, bagaimana pandangan dan ide pasangan (istri/suami) itu lebih penting daripada pemikiran orangtua Anda.
4. Anda juga perlu menyadari bahwa Anda mesti mengenal baik keluarga pasangan Anda, meskipun istri/suami Anda mengatakan bahwa ayahnya dulu suka memukulinya dan bahwa ibunya sering mendengar suara-suara gaib. Cobalah untuk memaafkan orangtua pasangan Anda.
5. Setelah menikah, jangan biarkan orangtua Anda membelikan Anda atau cucu-cucunya dengan berbagai hadiah. Biasanya, barang-barang itu ada ikatannya
Paling tidak, akan menimbulkan rasa bersalah atau utang budi di dalam diri Anda. Dua perasaan itu akan membuat Anda sulit bersikap tegas kepada orangtua ketika dibutuhkan.
6. Jangan berusaha mengubah istri atau suami Anda hanya karena orangtua Anda berpendapat bahwa pasangan Anda seharusnya berperilaku begini dan begitu atau mesti memperbaiki diri.
7. Anda perlu mengenali dan memahami keluarga Anda sendiri, tak peduli apa pun anggapan Anda terhadap keluarga Anda. Karena hanya dengan begitu Anda mampu menjaga kewarasan mental.
8. Anda juga mesti menyadari bahwa ibu mertua Anda akan kerap memberi hadiah-hadiah yang benar-benar “ajaib.” Ucapkan terima kasih dengan sangat hangat dan wajah yang penuh rasa syukur, tak peduli bahwa setelah itu Anda menghadiahkan kembali barang-barang itu kepada sepupu dari pembantu tetangga jauh Anda.
9. Pada perayaan Natal atau Lebaran, Anda mesti mengatur jadwal makan malam dengan keluarga mana secara jelas. Jelaskan pula hal itu kepada anak-anak. Meski itu berarti Anda mesti menjalani dua kali makan malam hanya dalam tempo enam jam.
10. Oh ya, Anda mesti sangat berhati-hati dalam membandingkan. Jangan pernah membandingkan istri Anda dengan ibunya. Jangan membandingkan suami Anda dengan ayahnya. Bandingkan saja ia dengan Kaisar Nero, atau dengan wabah penyakit. Pokoknya, jangan bandingkan dengan ibu atau ayahnya!
Prinsip Hubungan dengan Mertua dan Orangtua
11. Anda perlu menjauh dari pertikaian keluarga pasangan Anda. Tiap keluarga punya sinetronnya masing-masing. Mereka bertengkar bahkan pada musim-musim liburan, seperti saat Lebaran atau libur akhir tahun, misalnya. Lebih baik tidak masuk ke dalam drama keluarga istri/suami Anda. Jika Anda berusaha menengahi atau terlibat, maka salah satu pihak dari keluarga suami/istri Anda akan mengingat Anda sebagai orang yang akhirnya berteriak atau menjerit kepada salah satu saudaranya. Maka, pada titik itu, mereka semua akan bersatu dan Anda menjadi “musuh bersama.” Bahkan bisa-bisa, Anda juga akan dimusuhi oleh istri/suami Anda sendiri.
12. Kalau ibu atau ayah dari pasangan Anda seorang pecandu atau memiliki tabiat negatif yang tidak disukai oleh pasangan Anda, maka Anda akan menemukan perkawinan Anda sendiri menjadi lebih menarik dan lebih kuat.
Mengapa? Karena suami/istri Anda sepenuhnya menggantungkan kebutuhan emosional pada diri Anda saja. Anda dana anak-anak menjadi prioritasnya; prioritas yang tidak terbagi.
13. Apabila Anda mengawini seseorang yang salah satu atau kedua orangtuanya memiliki kebiasaan buruk, seperti merokok atau kecanduan sesuatu, maka…besar kemungkinan di dalam keluarga Anda sendiri juga ada anggota keluarga yang juga keluar dari rel.
14. Sering-seringlah mengirim sesuatu kepada mertua Anda, entah itu bunga, makanan, atau kado, atau sekadar menelpon menanyakan kabar mereka, tanpa ada ikatan apa pun. Bukan hanya pada saat mereka menjalani hari-hari penting seperti hari ulang tahun, dan juga bukan hanya oleh-oleh setelah Anda pulang dari bepergian, tetapi juga pada hari-hari biasa.
15. Nah, ini juga sangat penting. Anda tidak perlu memberitahu orangtua Anda setiap Anda bertengkar dengan suami/istri Anda. Mungkin besok Anda sudah berbaikan dengan suami/istri. Anda berdua sudah bermesraan lagi dan sudah menemukan solusi atas masalah Anda berdua. Akan tetapi…orangtua Anda malah belum; mereka masih terus teringat akan persoalan Anda, bahkan mungkin masih ingat bagaimana kata-kata suami/istri Anda kepada diri Anda (sementara Anda sendiri sudah lupa).
16. Sebagai lelaki, ya nomor ini khusus lelaki, Anda mesti memiliki karakter yang kuat. Anda mesti cukup kuat dan berani untuk mengatakan kepada ayah Anda untuk minggir; untuk tidak turut campur. Istri Anda adalah orang terpenting di dunia saat ini. Tunjukkan kepada ayah Anda bahwa Anda sanggup mengubah diri untuk melindungi dan memimpin keluarga Anda; bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih sayang dan kelembutan Anda.
17. Halo para menantu; baik menantu lelaki dan khususnya menantu perempuan: mertua Anda beranggapan semua yang mereka lakukan adalah untuk menolong, bukan untuk menghalangi. Mereka pikir, semua yang mereka lakukan adalah untuk mencintai cucunya, bukan untuk memanjakan apalagi merusak disiplin cucunya. Maka, pertama-tama, berterima kasihlah atas niat baik mereka, berterima kasihlah atas bantuan dan pertolongan mereka. [Walau kenyataannya, mereka juga turut bertanggung jawab atas tidak disiplinnya anak-anak Anda. Tetapi, ehmm…ehm…, sebagian besar tetaplah kesalahan Anda sendiri yang tidak teguh menegakkan kesepakatan, tidak teguh menjalankan konsekuensi secara konsisten. Anda punya waktu berhari-hari untuk mengajarkan anak disiplin dan membuat disiplin itu sudah menjadi kebiasaan anak, sebelum sehari berkunjung ke rumah kakek-nenek di mana mereka dimanjakan dan ternyata malah menolak kemanjaan itu karena sudah terbiasa disiplin. Jadi, kalau Anda masih tinggal bersama orangtua atau mertua, ya segeralah pergi dari rumah mereka walau itu berarti harus kontrak satu kamar kecil.]
18. Di awal perkawinan mestinya Anda sudah tahu apakah akan mengalami banyak masalah dengan mertua atau tidak dari salah satu tanda ini: ia tetap ingin tinggal di dekat rumah orangtuanya atau bersedia pindah ke kota lain yang sangat jauh. Jadi, kalau setelah menikah Anda masih tinggal dengan orangtua atau mertua, itu tanda kuat bahwa persoalan akan berdatangan: baik dari mertua/orangtua maupun dari Anda berdua yang belum siap untuk menjadi pribadi yang dewasa dan belum siap untuk menumbuhkan hubungan perkawinan Anda berdua. Anda berdua baru siap untuk merayakan pesta pernikahan saja. Sekali lagi, salah satu langkah dasar dari perkawinan dan keluarga yang dewasa adalah mesti tinggal sendiri, terpisah dari orangtua/mertua — tak peduli apa pun kondisi ekonomi Anda.
19. Kadang-kadang, perkawinan itu bisa berarti: Anda lebih banyak menghabiskan waktu dan sumber daya (termasuk uang) untuk merawat dan mengurusi orangtua/mertua daripada anak-anak. Sadari saja.
20. Dan… salah satu cara menghargai orangtua/mertua adalah dengan…menitipkan anak-anak selama beberapa jam atau sehari kepada nenek dan kakek mereka. Dapat menjadi “nenek-kakek” adalah apresiasi tertinggi yang dapat Anda berikan. DB
#InLawsRelationship
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D – Marriage & Family Therapist, Sexologist, Psychoanalyst, Graphologist. Untuk konsultasi, hubungi Hita di 0878-8170-5466 atau pin 5701AFF1.